TOKYO
- Pemerintah Jepang memerintahkan kapal pengangkut helikopter kelas
Izumo dikonversi menjadi kapal yang mampu meluncurkan jet tempur.
Kebijakan ini diambil di tengah ketegangan dengan China dan Korea Utara
(Korut).
Kapal sepanjang 248 meter itu akan menjadi kapal Jepang pertama yang mampu meluncurkan pesawat tempur sejak Perang Dunia Kedua, yang menandai kelanjutan militerisasi di Jepang baru-baru ini.
Setelah kekalahannya di akhir Perang Dunia Kedua, Jepang menandatangani sebuah kesepakatan yang menjanjikan untuk tidak membangun senjata ofensif dan untuk mengubah militernya menjadi kekuatan defensif.
Sekarang angkatan laut Jepang, yang dikenal sebagai Maritime Self Defense Force, telah membuat China memberikan peringatan setelah terlihat untuk menjauh dari kesepakatan damai tersebut.
Juru bicara kementerian luar negeri China Hua Chunying mengatakan: "Kami mendesak Jepang untuk melakukan lebih banyak hal yang dapat membantu meningkatkan rasa saling percaya dan mempromosikan perdamaian dan stabilitas regional," seperti dikutip dari Daily Express, Kamis (28/12/2017).
China telah memperingatkan langkah tersebut dapat melanggar klausul "no-war" konstitusional Jepang.
Perdana Menteri Shinzo Abe telah menuai kritik setelah menandatangani kesepakatan senjata termasuk satu dengan AS untuk membeli 42 F-35A.
F-35A membutuhkan landasan pacu dan tidak sesuai untuk kapal pengangkut kelas Izumo yang dikonversi, bagaimanapun, telah disarankan agar pesanan tersebut dapat diubah untuk menyertakan F-35B yang mampu melakukan landas vertikal.
Media lokal telah menempatkan biaya konversi sebesar USD500 juta, sebuah angka yang akan mrroket jadi USD4 miliar jika sebuah kapal serupa, Kaga, ditambahkan.
Diperkirakan kapal induk tersebut akan melakukan patroli daerah-daerah yang disengketakan di Laut Cina Timur dimana China dan Jepang keduanya mengklaim kedaulatan atas Kepulauan Senkaku.
Ekspansi tersebut terjadi setelah terungkap bahwa Jepang sedang membangun baterai rudal di sebuah pulau di dekat China.
Menteri Pertahanan Itsunori Onodera mengkonfirmasi bahwa rudal tersebut dibutuhkan untuk melindungi pulau tersebut dari invasi.
Langkah tersebut merupakan bagian dari ekspansi militer yang akan melihat baterai rudal jelajah anti-kapal dan anti-pesawat terbang yang bergabung dengan garnisun pasukan dan instalasi radar yang dipasang di pulau-pulau Jepang.
Kapal sepanjang 248 meter itu akan menjadi kapal Jepang pertama yang mampu meluncurkan pesawat tempur sejak Perang Dunia Kedua, yang menandai kelanjutan militerisasi di Jepang baru-baru ini.
Setelah kekalahannya di akhir Perang Dunia Kedua, Jepang menandatangani sebuah kesepakatan yang menjanjikan untuk tidak membangun senjata ofensif dan untuk mengubah militernya menjadi kekuatan defensif.
Sekarang angkatan laut Jepang, yang dikenal sebagai Maritime Self Defense Force, telah membuat China memberikan peringatan setelah terlihat untuk menjauh dari kesepakatan damai tersebut.
Juru bicara kementerian luar negeri China Hua Chunying mengatakan: "Kami mendesak Jepang untuk melakukan lebih banyak hal yang dapat membantu meningkatkan rasa saling percaya dan mempromosikan perdamaian dan stabilitas regional," seperti dikutip dari Daily Express, Kamis (28/12/2017).
China telah memperingatkan langkah tersebut dapat melanggar klausul "no-war" konstitusional Jepang.
Perdana Menteri Shinzo Abe telah menuai kritik setelah menandatangani kesepakatan senjata termasuk satu dengan AS untuk membeli 42 F-35A.
F-35A membutuhkan landasan pacu dan tidak sesuai untuk kapal pengangkut kelas Izumo yang dikonversi, bagaimanapun, telah disarankan agar pesanan tersebut dapat diubah untuk menyertakan F-35B yang mampu melakukan landas vertikal.
Media lokal telah menempatkan biaya konversi sebesar USD500 juta, sebuah angka yang akan mrroket jadi USD4 miliar jika sebuah kapal serupa, Kaga, ditambahkan.
Diperkirakan kapal induk tersebut akan melakukan patroli daerah-daerah yang disengketakan di Laut Cina Timur dimana China dan Jepang keduanya mengklaim kedaulatan atas Kepulauan Senkaku.
Ekspansi tersebut terjadi setelah terungkap bahwa Jepang sedang membangun baterai rudal di sebuah pulau di dekat China.
Menteri Pertahanan Itsunori Onodera mengkonfirmasi bahwa rudal tersebut dibutuhkan untuk melindungi pulau tersebut dari invasi.
Langkah tersebut merupakan bagian dari ekspansi militer yang akan melihat baterai rudal jelajah anti-kapal dan anti-pesawat terbang yang bergabung dengan garnisun pasukan dan instalasi radar yang dipasang di pulau-pulau Jepang.
Menteri Pertahanan Itsunori Onodera mengkonfirmasi bahwa rudal tersebut dibutuhkan untuk melindungi pulau tersebut dari invasi.
Pembentukkan tersebut terjadi saat Beijing secara agresif berusaha memperluas kekuasaannya di Laut Cina Selatan untuk menguasai jalur pelayaran dan kepulauan dari negara lain.
Walikota Ishigaki Yoshitaka Nakayama mengatakan: "Sampai China menjadi negara dengan sistem politik normal, kita perlu melindungi diri kita sendiri."
Namun persiapan dipenuhi oleh protes dari beberapa penghuni pulau yang khawatir langkah tersebut akan menjadikan mereka sasaran militer besar China.
Aktivis anti-basis Shizuo Ota mengatakan: "Kami akan dimusnahkan dalam sekejap."
Credit sindonews.com