Partai pro-kemerdekaan Catalan memenangkan pemilu regional Catalunya. (Reuters)
Pemerintah Spanyol mempercepat pemilu dengan harapan dapat meredam hasrat merdeka Catalan. Namun dengan 97 persen suara telah dihitung, tiga partai pro-kemerdekaan Catalunya berhasil meraup 70 dari 135 kursi Parlemen. Perlu 68 kursi untuk. menjadi mayoritas di Parlemen Catalan.
“Seperti yang Anda lihat, kami kembali,” kata juru bicara Puidgemont Joan Maria Pique seperti dillansir Reuters, Jumat (22/12).
PM Rajoy berharap pemilu regional bakal mengembalikan situasi Catalunya, yang bertekad memisahkan diri dari Spanyol dalam referendum yang digelar 1 Oktober lalu. Puigdemont dan jajaran pemerintahan Catalunya dicopot, namun pemimpin Catalan itu berkampanye dari pelariannya di Brussels, Belgia.
Belum jelas apakah Puigdemont bakal kembali menjadi Presiden Catalan setelah kemenangan tersebut. Tidak diketahui pula apakah dia bakal ditangkap jika kembali ke Catalunya.
Meski partai-partai pro-kemerdekaan menang, namun partai anti-kemerdekaan Ciutadans (Warganegara) adalah partai tunggal yang paling banyak memperoleh kursi di Parlemen yakni 36 kursi. Adapun Partai Puigdemont hanya 34 kursi. Pada pemilu sebelumnya Ciutadans hanya mendapat 25 kursi.
Warga pro-kemerdekaan merayakan kemenangan mereka dengan turun ke jalan-jalan di Barcelona, Ibu Kota Catalunya. Mereka melantunkan teriakan “Presiden Puigdemont” dan “Hidup Republik Catalan”.
“Saya merasa bahagia dan lega. Kami ingin kemerdekaan sekarang, tidak mau menunggu,” kata Elena Carreras, seorang guru berusia 51 tahun sambil tersenyum lebar. Di dekatnya suara band terdengar menggelar.
Para pengamat mengatakan kemenangan kubu pro-kemerdekaan mengembalikan bola ke lapangan pemerintah pusat. “Gerakan separatis masih menjadi masalah Madrid,” kata Antonio Barroso, Deputri Direktur Lembaga Riset Teneo Inteligence.
Angka partisipasi dalam pemilu regional Catalunya itu mencapai rekor tertinggi, yakni lebih dari 83 persen. Pemilu berjalan tertib dan damai. Para pemilih rela antre panjang. Berbeda dengan suasana referendum kemerdekaan 1 Oktober, yang diwarnai tembakan peluru karet oleh polisi dan perisai anti-huru hara yang mencegah warga memberikan suara.
Credit cnnindonesia.com