CB, Tripoli -- Pasukan pemerintah Libya
yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB mengumumkan serangan
balik terhadap pasukan Jenderal Khalifa Haftar, untuk mengamankan ibu
kota Tripoli.
Kolonel Mohamed Gnounou mengatakan serangan balik dengan nama “Gunung Murka” ini ditujukan untuk menghentikan semua serangan agresi terhadap Tripoli oleh pasukan ilegal pimpinan Haftar.
Kepala pemerintahan Libya, yang didukung PBB, juga menuding Haftar sebagai pengkhianat karena menyerang Tripoli.
“Kami telah mengulurkan tangan untuk perdamaian. Tapi setelah agresi yang dilakukan pasukan Haftar dan deklarasi perang terhadap kota dan ibu kota kami, dia akan menghadapi kekuatan dan keteguhan pasukan kami,” kata Fayez al-Sarraj, yang merupakan kepala pemerintahan Kesepakatan Nasional dukungan PBB seperti dilansir Al Jazeera pada Ahad, 7 April 2019.
Pejabat PBB melansir Al-Sarraj dan Haftar menggelar pertemuan di Abu Dhabi pada akhir Februari 2019, yang merupakan pertemuan lanjutan setelah November 2018. Keduanya bersepakat perlunya digelar pemilihan umum.
“Saat itu, keduanya juga menyepakati cara-cara untuk menjaga stabilitas negara dan kesatuan institusinya,” cuit pejabat misi PBB di Libya lewat Twitter pasca pertemuan Abu Dhabi.
Pasukan dari Government of National Accord atau GNA, yang didukung PBB, melancarkan serangan udara terhadap agresi pasukan Libyan National Army atau LNA pimpinan Haftar sekitar 50 kilometer di sebelah selatan dari Tripoli pada Sabtu akhir pekan lalu.
Secara terpisah, pemerintah Amerika Serikat meminta pasukan Haftar untuk menghentikan serangan terhadap Tripoli.
“Serangan militer sepihak terhadap Tripoli membahayakan warga sipil dan melemahkan prospek untuk masa depan lebih baik bagi semua warga Libya,” kata Pompeo seperti dilansir Al Jazzera pada Senin, 8 April 2019.
Jenderal Khalifa Haftar dari Kota Benghazi, bekas anak buah pemimpin Libya, Moammar Gaddafi. Middle East Monitor
Pompeo mendesak semua pihak untuk melakukan deeskalasi konflik dengan mengatakan tidak ada solusi militer terhadap kondisi di Libya. Semua pihak agar kembali ke meja perundingan.
“Kami telah menegaskan bahwa kami menolak serangan militer oleh pasukan Khalifa Haftar dan mendesak serangan militer terhadap Tripoli Libya segera diakhiri,” kata Pompeo.
Kolonel Mohamed Gnounou mengatakan serangan balik dengan nama “Gunung Murka” ini ditujukan untuk menghentikan semua serangan agresi terhadap Tripoli oleh pasukan ilegal pimpinan Haftar.
“Kami telah mengulurkan tangan untuk perdamaian. Tapi setelah agresi yang dilakukan pasukan Haftar dan deklarasi perang terhadap kota dan ibu kota kami, dia akan menghadapi kekuatan dan keteguhan pasukan kami,” kata Fayez al-Sarraj, yang merupakan kepala pemerintahan Kesepakatan Nasional dukungan PBB seperti dilansir Al Jazeera pada Ahad, 7 April 2019.
Pejabat PBB melansir Al-Sarraj dan Haftar menggelar pertemuan di Abu Dhabi pada akhir Februari 2019, yang merupakan pertemuan lanjutan setelah November 2018. Keduanya bersepakat perlunya digelar pemilihan umum.
“Saat itu, keduanya juga menyepakati cara-cara untuk menjaga stabilitas negara dan kesatuan institusinya,” cuit pejabat misi PBB di Libya lewat Twitter pasca pertemuan Abu Dhabi.
Pasukan dari Government of National Accord atau GNA, yang didukung PBB, melancarkan serangan udara terhadap agresi pasukan Libyan National Army atau LNA pimpinan Haftar sekitar 50 kilometer di sebelah selatan dari Tripoli pada Sabtu akhir pekan lalu.
Secara terpisah, pemerintah Amerika Serikat meminta pasukan Haftar untuk menghentikan serangan terhadap Tripoli.
“Serangan militer sepihak terhadap Tripoli membahayakan warga sipil dan melemahkan prospek untuk masa depan lebih baik bagi semua warga Libya,” kata Pompeo seperti dilansir Al Jazzera pada Senin, 8 April 2019.
Jenderal Khalifa Haftar dari Kota Benghazi, bekas anak buah pemimpin Libya, Moammar Gaddafi. Middle East Monitor
Pompeo mendesak semua pihak untuk melakukan deeskalasi konflik dengan mengatakan tidak ada solusi militer terhadap kondisi di Libya. Semua pihak agar kembali ke meja perundingan.
“Kami telah menegaskan bahwa kami menolak serangan militer oleh pasukan Khalifa Haftar dan mendesak serangan militer terhadap Tripoli Libya segera diakhiri,” kata Pompeo.
Credit tempo.co