Rabu, 04 Oktober 2017

Wakil pemimpin oposisi lari dari Kamboja, khawatirkan keselamatan



Wakil pemimpin oposisi lari dari Kamboja, khawatirkan keselamatan
PM Kamboja, Hun Sen (Reuters)



Phnompenh, 3/10 (CB) - Wakil pemimpin oposisi bersuara lantang tahanan Kamboja lari dari negara itu pada Selasa, dengan mengatakan bahwa ia takut akan keselamatannya setelah Perdana Menteri Hun Sen mengancam penangkapan lebih lanjut atas politisi oposisi.

Kem Sokha, pemimpin Partai Penyelamatan Bangsa Kamboja (CNRP), ditangkap pada 3 September dan didakwa melakukan pengkhianatan dalam tindakan keras meluas terhadap penentang Hun Sen, yang lawannya katakan adalah siasat untuk menang dalam pemilihan umum tahun depan.

"Tanpa oposisi sejati dan dengan ketakutan luas, tidak ada harapan untuk pemilihan umum bebas dan adil pada 2018," kata Mu Sochua, 63, kepada Reuters sesudah meninggalkan Kamboja, dengan menambahkan bahwa ia "merasa tidak aman".

"Demokrasi di Kamboja dengan cepat terkikis ke titik tidak ada lawan tersisa untuk melawan kediktatoran," kata wanita itu.

Juru bicara pemerintah Phay Siphan menyatakan Mu Sochua "pergi atas pilihannya sendiri" dan ia tidak tahu apakah pihak berwenang berencana menangkapnya.

Mu Sochua dikenal di mancanegara atas upayanya memerangi perdagangan seks dan menegaskan hak perempuan serta menjadi politisi lawan paling lantang di Kamboja sejak Kem Sokha ditangkap dan dituduh berencana mengambil alih kekuasaan dengan bantuan Amerika Serikat.

Ia mengatakan kepada Reuters pada pekan lalu bahwa sekitar setengah dari anggota parlemen asal CNRP meninggalkan negara itu karena takut.

Hun Sen, yang memerintah lebih dari tiga dasawarsa, pada Senin mengancam menangkap lebih banyak politisi oposisi, menyebut mereka "pemberontak di kota" untuk mengadakan "revolusi warna" meski gagal pada masa lalu.

Negara Barat mengecam penangkapan Kem Sokha dan menyerukan pembebasannya, dengan mengatakan meragukan kepercayaan akan pemilihan umum pada tahun depan, tapi mereka tidak memberikan tanda mengambil tindakan terhadap pemerintah itu.

Sementara itu, China menyuarakan dukungan bagi pemerintah Hun Sen, 65. Ia adalah mantan komandan di Khmer Merah, yang membelot dari kelompok itu, yang pemunahannya menghancurkan Kamboja pada 1970-an.

Keuntungan kuat CNRP pada pemilihan anggota dewan daerah pada Juni menunjukkan pertarungan sengit bagi Hun Sen dalam pemilihan umum pada tahun depan.

Meski bertahun-tahun pertumbuhan ekonomi tahunan sekitar 7 persen, yang membantu mengubah Kamboja dari negara gagal, kemarahan rakyat berkembang karena ketidaksetaraan dan tuduhan perkoncoan.

Dalam tanggapan pertamanya sejak ditangkap, Kem Sokha di Facebook pada Senin menyatakan mengupayakan perubahan baik di Kamboja melalui kotak suara dan tidak melalui revolusi seperti yang dituduhkan. Salah satu dari tiga wakilnya tetap berada di Kamboja.

Bukti terhadap Kem Sokha adalah video dari 2013, yang menunjukkan ia mengatakan kepada pendukungnya bahwa ia mendapat dukungan dari orang Amerika Serikat untuk mendapatkan kekuasaan.




Credit  antaranews.com