Pada Kamis, DPR AS akan memberikan suara pada Kamis (26/10) mengenai undang-undang lain untuk menjatuhkan sanksi tambahan kepada Iran terkait dengan program rudal balistiknya.
Sanksi pertama terkait Hizbullah yang disahkan pada Rabu yaitu memberlakukan sanksi baru terhadap entitas yang diketahui mendukung kelompok tersebut, seperti dengan memberikan senjata kepada Hizbullah.
Kedua memberlakukan sanksi terhadap Iran dan Hizbullah karena menggunakan warga sipil sebagai alat perlindungan. Sanksi yang ketiga yaitu mendesak Uni Eropa untuk menunjuk Hizbullah sebagai organisasi teroris.
Presiden Donald Trump mengatakan pada 13 Oktober lalu bahwa dia tidak akan menyatakan Iran mematuhi sebuah perjanjian internasional mengenai program nuklirnya. Ia mengancam akan memutuskan kesepakatan tersebut.
Negara Amerika Serikat menunjuk Hizbullah sebagai organisasi teroris asing pada 1997. Awal bulan ini, Washington menawarkan hadiah jutaan dolar untuk informasi seputar dua pejabat Hizbullah. Tindakan ini untuk mengembangkan strategi AS dalam melawan pengaruh regional yang tumbuh di Iran.
"Langkah-langkah kritis ini akan memberlakukan sanksi baru untuk memberantas pembiayaan Hizbullah, dan meminta pertanggungjawaban atas tindakannya yang menyebabkan kematian dan kerusakan," kata Wakil Ketua Komite Urusan Luar Negeri DPR AS, Ed Royce.
Namun, memperoleh dukungan internasional untuk kampanye intensif melawan Hizbullah merupakan hal yang sulit. Hizbullah merupakan organisasi kuat dan bagian dari pemerintah koalisi di Lebanon yang memberikan dukungan besar untuk layanan sosial.
Credit REPUBLIKA.CO.ID
DPR Loloskan Sanksi terhadap Hizbullah
WASHINGTON
- Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat (AS) mendukung sanksi baru
terhadap milisi Hizbullah Lebanon yang didukung Iran. Sanksi ini sebagai
bagian dari upaya untuk mengambil garis keras melawan Teheran tanpa
harus merongrong sebuah kesepakatan nuklir internasional.
Tiga tindakan terkait Hizbullah disahkan dengan suara bulat, tanpa pertentangan. DPR akan memberikan suara pada hari Kamis mengenai undang-undang lain, untuk menjatuhkan sanksi tambahan kepada Iran terkait dengan program rudal balistiknya.
Presiden Donald Trump pada 13 Oktober mengatakan dia tidak akan menyatakan bahwa Iran mematuhi sebuah perjanjian internasional mengenai program nuklirnya. Trump juga mengancam bahwa pada akhirnya dia dapat memutuskan kesepakatan tersebut.
Tindakan Trump membuka jendela 60 hari bagi Kongres untuk bertindak guna mengajukan kembali sanksi atas program nuklir Iran yang diangkat berdasarkan kesepakatan tersebut. Namun tidak ada langkah untuk melakukannya di DPR atau Senat.
Staf DPR AS mengatakan bahwa, untuk saat ini, anggota parlemen DPR memfokuskan diri untuk menekan Iran dengan cara lain seperti sanksi Hizbullah dan terkait rudal.
Langkah pertama tindakan terkait Hizbullah yang disahkan pada hari Rabu akan memberlakukan sanksi baru terhadap entitas yang ditemukan untuk mendukung kelompok tersebut, seperti dengan memberikan senjata kepada Hizbullah. Yang kedua memberlakukan sanksi terhadap Iran dan Hizbullah karena menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia. Yang ketiga adalah sebuah resolusi yang mendesak Uni Eropa untuk menunjuk Hizbullah sebagai organisasi teroris.
AS telah memasukkan Hizbullah sebagai organisasi teroris asing pada tahun 1997. Awal bulan ini, Washington menawarkan hadiah jutaan dolar untuk dua pejabatnya seiring langkah pemerintahan Trump mengembangkan strateginya untuk melawan pengaruh regional Iran yang tengah tumbuh di Timur Tengah.
"Langkah-langkah kritis ini akan memberlakukan sanksi baru untuk memberantas pendanaan Hizbullah, dan meminta pertanggungjawaban atas tindakan kematian dan penghancurannya," kata Wakil Ketua Komite Urusan Luar Negeri DPR AS, Ed Royce, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (26/10/2017).
Namun, memenangkan dukungan internasional untuk kampanye intensif melawan Hizbullah bisa menjadi sulit. Organisasi yang kuat ini adalah bagian dari pemerintah koalisi yang rapuh di Lebanon dan memberikan dukungan besar untuk layanan sosial yang diberikannya.
Tiga tindakan terkait Hizbullah disahkan dengan suara bulat, tanpa pertentangan. DPR akan memberikan suara pada hari Kamis mengenai undang-undang lain, untuk menjatuhkan sanksi tambahan kepada Iran terkait dengan program rudal balistiknya.
Presiden Donald Trump pada 13 Oktober mengatakan dia tidak akan menyatakan bahwa Iran mematuhi sebuah perjanjian internasional mengenai program nuklirnya. Trump juga mengancam bahwa pada akhirnya dia dapat memutuskan kesepakatan tersebut.
Tindakan Trump membuka jendela 60 hari bagi Kongres untuk bertindak guna mengajukan kembali sanksi atas program nuklir Iran yang diangkat berdasarkan kesepakatan tersebut. Namun tidak ada langkah untuk melakukannya di DPR atau Senat.
Staf DPR AS mengatakan bahwa, untuk saat ini, anggota parlemen DPR memfokuskan diri untuk menekan Iran dengan cara lain seperti sanksi Hizbullah dan terkait rudal.
Langkah pertama tindakan terkait Hizbullah yang disahkan pada hari Rabu akan memberlakukan sanksi baru terhadap entitas yang ditemukan untuk mendukung kelompok tersebut, seperti dengan memberikan senjata kepada Hizbullah. Yang kedua memberlakukan sanksi terhadap Iran dan Hizbullah karena menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia. Yang ketiga adalah sebuah resolusi yang mendesak Uni Eropa untuk menunjuk Hizbullah sebagai organisasi teroris.
AS telah memasukkan Hizbullah sebagai organisasi teroris asing pada tahun 1997. Awal bulan ini, Washington menawarkan hadiah jutaan dolar untuk dua pejabatnya seiring langkah pemerintahan Trump mengembangkan strateginya untuk melawan pengaruh regional Iran yang tengah tumbuh di Timur Tengah.
"Langkah-langkah kritis ini akan memberlakukan sanksi baru untuk memberantas pendanaan Hizbullah, dan meminta pertanggungjawaban atas tindakan kematian dan penghancurannya," kata Wakil Ketua Komite Urusan Luar Negeri DPR AS, Ed Royce, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (26/10/2017).
Namun, memenangkan dukungan internasional untuk kampanye intensif melawan Hizbullah bisa menjadi sulit. Organisasi yang kuat ini adalah bagian dari pemerintah koalisi yang rapuh di Lebanon dan memberikan dukungan besar untuk layanan sosial yang diberikannya.
Credit sindonews.com