Selasa, 31 Oktober 2017

Bela Balfour, Menlu Johnson: Saya Bangga Inggris Ciptakan Israel



Bela Balfour, Menlu Johnson: Saya Bangga Inggris Ciptakan Israel
Menteri Luar Negeri Inggris Borish Johson bangga negaranya berperan menciptakan negara Israel. Foto/REUTERS



LONDON - Menteri Luar Negeri (Menlu) Inggris Borish Johnson membela Deklarasi Balfour yang menjadi cikal bakal negara Israel di tanah Palestina. Menlu Johnson mengaku bangga negaranya beperan dalam menciptakan Israel.

Kamis pekan merupakan seratus tahun Deklarasi Balfour, sebuah surat 67 kata dari Menlu Inggris saat itu; Arthur Balfour, yang melontarkan dukungan London untuk penciptaan tanah air orang-orang Yahudi di wilayah Palestina.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan berkunjung ke London untuk memperingati ulang tahun tersebut.

Pernyataan Menlu Johnson tetap kontroversial, karena munculnya Israel telah membuat jutaan orang Palestina menderita dan pertikaian selama bertahun-tahun antara kedua komunitas terus berlanjut sampai hari ini.

”Saya bangga dengan peran Inggris dalam menciptakan Israel,” katanya yang dilansir surat kabar The Telegraph.”Dokumen tersebut sangat diperlukan untuk menciptakan sebuah negara besar,” katanya lagi, yang dikutip Senin (30/10/2017).

Namun dia memperingatkan bahwa salah satu keberatan utama Deklarasi Balfour—bahwa hak-hak masyarakat non-Yahudi harus dilindungi—belum sepenuhnya terwujud.

Dalam artikel surat kabar itu, Johnson mengatakan bahwa dia sedang menulis pemikirannya di ruangan yang sama yang digunakan Balfour satu abad yang lalu.

Dia memuji surat tahun 1917 tersebut. “Karena tujuan moral yang tak terbayangkan; untuk memberi orang-orang yang teraniaya dengan tanah air yang aman dan nyaman,” katanya.

London, lanjut dia, tetap berkomitmen pada solusi dua negara, yakni Israel dan Palestina.

”Saya tidak ragu bahwa satu-satunya solusi yang tepat untuk konflik tersebut menyerupai yang pertama kali ditemukan di kertas oleh orang Inggris lainnya, Lord Peel, dalam laporan Komisi Kerajaan di Palestina pada tahun 1937, dan itulah visi dua negara bagian untuk dua orang,” lanjut Johnson.

Perbatasannya, kata dia, seharusnya seperti sebelum perang Enam Hari 1967, dengan Yerusalem sebuah wilayah bersama.”Dan pertukaran lahan yang setara untuk mencerminkan kepentingan nasional, keamanan, dan agama masyarakat Yahudi dan Palestina,” imbuh dia. 

”Satu abad ke depan, Inggris akan memberikan dukungan apa pun yang kita bisa untuk menutup ring dan menyelesaikan masalah Deklarasi Balfour yang belum selesai,” papar dia.




Credit  sindonews.com