Selasa, 31 Oktober 2017

Kota Fiksi di Gurun Arab Saudi


 Mohammed bin Salman
Mohammed bin Salman


CB, Di gurun pasir barat laut Arab Saudi, satu-satunya gangguan ber-mil-mil gurun adalah bangkai pesawat amfibi Catalina. Pesawat ini ditinggalkan oleh pilot Amerika pada 1960. Dan saat ini, di badan pesawat itu terlihat banyak coretan dalam bahasa Arab (grafiti).

Di sinilah Pangeran Putra Mahkota Arab Saudi merencanakan Neom, sebuah awal kota yang akan lebih besar dari Dubai. Ia membanyangkan akan memiliki lebih banyak robot daripada manusia di sana. Putra Mahkota Mohammed bin Salman membayangkannya sebagai "lompatan peradaban untuk kemanusiaan" di luar batasan tradisional Saudi dan pusat bisnis dengan manufaktur maju, bio-tech, media dan maskapai penerbangan.

"Kami menginginkan robot utama dan pertama di Neom, robot nomor satu. Semuanya akan memiliki hubungan dengan kecerdasan buatan, dengan Internet merupakan segalanya," ujar Pangeran Putra Mahkota tersebut dalam sebuah wawancara di samping Ritz Carlton di Riyadh.

Kota Sci-fi dibayangkan dengan perkantoran berkialauan dan hotel mewah mewakili usaha Saudi untuk mengubah negara yang tadinya kaya dari hasil minyaknya, sementara saat ini menghadapi tekanan finansial yang terpuruk.

Kota ini akan menjadi mikrokosmos dari Arab Saudi 2.0 dengan pemimpinnya yang sedang menyusun ulang ekonomi negara agar sesuai dengan dunia modern. Kota-kota besar lainnya di padang pasir telah banyak jatuh, namun ada harapan seperti pembuatan taman senilai 10 miliar dolar AS di pinggir kota Riyadh yang sebagian besar tidak dihuni.

Spesialis Timur Tengah, James Dorsey mengatakan, kota merupakan upaya untuk menciptakan zona ekonomi yang lebih efisien dan akan membutuhkan waktu untuk reformasi. "Pertanyaannya adalah apakah seseorang dapat mengisolasi sebuah kota besar dari efisiensi negara tersebut," ujarnya di Nanyang Technological University of Singapura.




Credit  REPUBLIKA.CO.ID