Senin, 30 Oktober 2017

Bos Pentagon: Diplomasi dengan Dukungan Militer Solusi Krisis Korut


Bos Pentagon: Diplomasi dengan Dukungan Militer Solusi Krisis Korut
Menteri Pertahanan AS Jim Mattis. Foto/Istimewa


SEOUL - Pejabat tinggi pertahanan Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel) melakukan pertemuan di tengah meningkatnya ketegangan di Semenanjung Korea. Keduanya mengadakan pembicaraan mengenai penyelesaian krisis program nuklir Korea Utara (Korut).

Menteri Pertahanan AS Jim Mattis menyatakan bahwa Washington tidak akan pernah menerima nuklir Korut. Ia menambahkan bahwa Pyongyang mempercepat ancaman yang ditimbulkannya kepada tetangganya di dunia melalui program rudal dan nuklir yang tidak disengaja dan tidak perlu.

"Diplomasi tetap merupakan tindakan pilihan kami. Seperti yang telah berulang kali saya tekankan, para diplomat kami paling efektif saat didukung oleh kekuatan militer yang kredibel dalam situasi seperti ini," kata Mattis setelah mengadakan pembicaraan dengan Menteri Pertahanan Korsel Song Young-moo, sebagaimana dikutip dari Sputnik, Minggu (29/10/2017).

Setelah pertemuan tersebut, Pentagon mengeluarkan sebuah pernyataan tertulis yang mengatakan bahwa pemerintah AS dan Korsel telah memutuskan untuk memperluas kerja sama, termasuk penyelidikan bersama untuk memperbaiki pelaksanaan pencegahan terhadap Pyongyang, untuk penyelesaian konflik secara damai.

Keduanya juga akan terus mendukung dua upaya diplomatik kedua negara tersebut yang bertujuan untuk melakukan denuklirisasi Korut.

Korut telah melakukan enam uji coba nuklir tahun ini dan terus memperbaiki teknologi rudal balistiknya melalui serangkaian peluncuran rudal.

Uji coba nuklir dan rudal terakhir seolah menunjukkan kemampun nuklir dan rudal negara komunis itu. Uji coba nuklir terakhir disebut sebagai uji coba nuklir terbesar. Korut mengklaim bahwa mereka berhasil melakukan uji coba bom hidrogen yang akan dimuat ke dalam rudal balistik antar benua.

Sementara itu, dua uji coba rudal terakhir Korut berhasil terbang di atas wilayah Jepang sebelum jatuh ke Samudera Pasifik. 



Credit  sindonews.com



AS ancam balas habis-habisan Korea Utara jika berani menyerang


AS ancam balas habis-habisan Korea Utara jika berani menyerang
Menteri Pertahanan Amerika Serikat James Mattis. (Reuters)
Camkan, setiap serangan ke Amerika Serikat atau sekutu-sekutu kami akan kami patahkan

Jakarta (CB) - Menteri Pertahanan Amerika Serikat Jim Mattis hari ini memperingatkan Korea Utara untuk mengambil "balasan militer besar-besaran" terhadap siapa pun yang menggunakan senjata nuklir. Ancaman ini disampaikan menjelang kunjungan Presiden Donald Trump ke Korea Selatan.

Bulan-bulan belakangan ini Pyongyang memang telah membuat dunia tegang dengan enam kali uji coba senjata nuklir dan peluru kencali yang bisa mencapai daratan AS. Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un sendiri terlibat perang kata-kata dan saling menyerang secara pribadi.

Mattis, dalam lawatan ke Seoul untuk pertemuan pertahanan tahunan, berusaha tetap memilih diplomasi, namun belakangan menyatakan "diplomat-diplomat kami akan sangat efektif jika didukung oleh pasukan militer yang kredibel."

"Camkan, setiap serangan ke Amerika Serikat atau sekutu-sekutu kami akan kami patahkan," kata Mattis dalam jumpa pers bersama dengan Menteri Pertahanan Korea Selatan Song Young-Moo.

"Setiap penggunaan senjata nuklir oleh Korea Utara akan dihadapi dengan balasan militer besar-besaran, efektif dan menyeluruh," kata Mattis seraya menyatakan Washington tidak akan menoleransi sebuah Korea Utara yang bernuklir.

"Saya tak bisa membayangkan kondisi di mana Amerika Serikat bersedia menerima Korea Utara sebagai kekuatan nuklir," sambung dia seperti dikutip AFP.

Mattis tidak menjelaskan aktivitas senjata nuklir mana yang bisa memicu balasan militer dari AS. Tapi bulan lalu Menteri Luar Negeri Korea Utara Ri Yong-Ho berkata di Majelis Umum PBB bahwa negaranya dapat menggelar uji coba senjata nuklir di Pasifik.

Mattis minta Korea Utara tidak berilusi karena negara terisolir itu bukan lawan sepadan untuk AS dan Korea Selatan yang merupakan sekutu utama AS di mana 28.500 tentara AS berpangkalan. 






Credit  antaranews.com