Kamis, 26 Oktober 2017

Badan Atom Internasional Kunjungi Iran


Direktur Jenderal IAEA Yuki Amano.
Direktur Jenderal IAEA Yuki Amano.


CB, WINA -- Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Yukiya Amano akan mengunjungi Iran pada Ahad (29/10). Tujuan kunjungan ini adalah untuk membahas kesepakatan nuklir Iran yang tercapai pada 2015.

Kunjungan Amano ke Iran merupakan yang perdana sejak ia menjabat sebagai direktur jenderal IAEA. Kehadirannya di Teheran, selain untuk membahas kesepakatan nuklir, juga dimaksudkan menyelidiki dugaan bahwa Iran sedang mengembangkan senjata nuklir berbahaya. Dugaan ini telah berulang kali diutarakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Menteri Luar Negeri Iran Ali Akbar Salehi menyambut rencana kunjungan Amano ke negaranya. "Fokus kunjungan akan menjadi isu dalam kerangka kerja. Kami berharap kedua belah pihak dapat mencapai kesepakatan dan menyusun kerangka kerja baru untuk menjawab pertanyaan (IAEA) dan menjernihkan ambiguitas," kata Salehi, seperti dikutip laman the Guardian, Rabu (25/10).

Pertengahan Oktober lalu, Trump telah mencabut dukungannya terhadap kesepakatan nuklir Iran. Sejak tercapainya kesepakatan nuklir Iran pada 2015, Kongres AS mewajibkan presiden untuk mengesahkan kembali kesepakatan tersebut setiap 90 hari sebagai bukti bahwa Iran melaksanakan janjinya.
Sejak menjabat sebagai presiden AS, Trump telah dua kali mengesahkan kesepakatan nuklir tersebut. Namun ia menolak melakukan hal ini untuk yang ketiga kalinya.

Adapun alasan penolakan untuk melanjutkan kesepakatan nuklir, yakni karena Trump meyakinkan Iran telah melanggar kesepakatan tersebut dengan mengembangkan senjata nuklir berbahaya. Selain itu, ia menyebut Teheran telah mensponsori gerakan terorisme.

Dengan keputusan Trump tersebut, Kongres AS memiliki waktu 60 hari untuk memutuskan apakah akan membatalkan kesepakatan nuklir dengan menjatuhkan sanksi baru kepada Iran. Kesepakatan nuklir Iran adalah sebuah kesepakatan antara lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB, yakni AS, Inggris, Prancis, Rusia, Cina, ditambah Jerman dan Uni Eropa dengan Iran. Kesepakatan ini ditandatangani pada Oktober 2015 dan dilaksanakan pada awal 2016.

Kesepakatan ini tercapai melalui negosiasi panjang dan alot. Tujuan dari kesepakatan ini adalah satu, yakni memastikan bahwa penggunaan nuklir Iran hanya terbatas pada kepentingan sipil dan bukan untuk keperluan militer. Imbalannya adalah sanksi dan embargo ekonomi terhadap Teheran akan dicabut.





Credit  REPUBLIKA.CO.ID