"Kami akan berdoa di jalan-jalan di sekitar masjid
Al-Aqsha sampai detektor logam Israel dilepas," kata Sabri kepada kantor
berita Anadolu.
Sabri berada di antara puluhan warga Palestina yang
terluka dalam bentrokan dengan pasukan Israel di Yerusalem timur, pada
Selasa (18/7). Mantan mufti agung Yerusalem itu mengatakan, tentara
Israel menembakkan granat setrum ke jamaah selepas melaksanakan shalat.
"Kami menjadi sasaran peluru karet, yang menyebabkan
luka-luka. Saya adalah salah satu yang terkena peluru karet dan dibawa
ke rumah sakit," ungkapnya.
Ketegangan semakin meningkat di Yerusalem timur sejak
Israel menutup kompleks masjid Al-Aqsha pada Jumat (14/7). Penutupan itu
dilakukan setelah terjadi baku tembak mematikan yang menewaskan dua
polisi Israel dan tiga warga Palestina.
Pihak berwenang Israel membuka kembali masjid tersebut
pada Ahad (16/7) bersamaan dengan pemasangan detektor logam di pintu
masuknya. Langkah ini menurut warga Palestina bertujuan untuk mengubah
status quo dari situs suci itu.
Sejak saat itu, jamaah Palestina berkumpul di gerbang
masjid dan menolak memasuki situs tersebut melalui detektor logam
Israel. "Detektor ini adalah serangan ke Masjid Al-Aqsha dan campur
tangan dalam urusan Muslim," kata Sabri.
Dia menekankan Masjid Al-Aqsha adalah milik Muslim dan
harus dijaga oleh umat Islam juga. "Masjid Al-Aqsha bukan milik
orang-orang Palestina, sebaliknya, ini milik umat Islam di seluruh
dunia. Muslim yang peduli dengan masjid Al-Aqsha harus maju dan bereaksi
terhadap kejadian ini," kata dia.
Credit REPUBLIKA.CO.ID
Militer Gaza: Kami tak akan Biarkan Israel Invasi Al-Aqsha
''Pernyataan kami tegas bila Zionis terus melanjutkan aksinya terhadap Al-Aqsha. Kami tak akan membiarkan musuh kami menginvasi Al-Aqsha, salah satu masjid suci umat Islam, dan warga Yerusalem,'' kata salah seorang perwakilan sayap militer Gaza itu dalam konferensi pers seperti dikutip Maan News, Selasa (18/7).
Perwakilan sayap militer memberi hormat bagi warga Jerusalem dan mengajak seluruh warga Palestina mendukung Al-Aqsha.
Otoritas Israel melarang warga Palestina memasuki kompleks Al-Aqsha menyusul serangan yang dua polisi Israel. Tiga orang penyerang polisi yang juga tewas di tempat itu merupakan warga Palestina yang tinggal di wilayah Israel.
Jamaah yang hendak shalat hanya boleh shalat di sekitar Lion Gate. Israel juga memasang pintu pendeteksi logam dan kamera pengaman di pintu masuk kompleks Al-Aqsha.
Kompleks Al-Aqsha juga tertutup bagi jamaah Muslim selama lebih dari dua hari pascakejadian penembakan itu. Penutupan Al-Aqsha oleh Israel juga pernah terjadi pada 2014 dan 1967 lalu.
Para pemimpin Palestina di Yerusalem juga terus mengajak warga Palestina melawan kebijakan Israel itu. Mereka juga menegaskan, warga Palestina tetap tidak mau melewati pendeteksi logam, meski harus shalat di luar.
Warga Palestina juga khawatir bila kebijakan Israel itu tetap berlanjut, nasib Al-Aqsha akan sama seperti Masjid Ibrahmi di Hebron. Masji Ibrahimi kini terbagi dua, sebagian jadi sinagog bagi warga Israel dan sebagian jadi masjid bagi warga Palestina sejak 1999. Hingga hari ini, warga Palestina di Hebron harus melalui pendeteksi logam milik Israel untuk bisa masuk ke Masjid Ibrahimi.
Credit REPUBLIKA.CO.ID