Kamis, 20 Juli 2017

Imam Al-Aqsha: Kami Berdoa Sampai Detektor Logam Dilepas



Imam Masjid Al Aqsha Palestina Syeikh Ikrimah Shabri membentangkan syal berkunjung ke Museum Konferensi Asia Afrika (KAA), di Gedung Merdeka, Kota Bandung, Ahad (12/6). (Republika/Edi Yusuf)
Imam Masjid Al Aqsha Palestina Syeikh Ikrimah Shabri membentangkan syal berkunjung ke Museum Konferensi Asia Afrika (KAA), di Gedung Merdeka, Kota Bandung, Ahad (12/6). (Republika/Edi Yusuf)

CB, YERUSALEM -- Masjid Al-Aqsha, Shekh Ikrema Sabri, telah dipulangkan dari rumah sakit pada Rabu (19/7), setelah terluka oleh peluru karet polisi Israel. Sabri berjanji akan terus melakukan demonstrasi untuk menentang tindakan keamanan Israel di situs suci tersebut.
"Kami akan berdoa di jalan-jalan di sekitar masjid Al-Aqsha sampai detektor logam Israel dilepas," kata Sabri kepada kantor berita Anadolu.
 
Sabri berada di antara puluhan warga Palestina yang terluka dalam bentrokan dengan pasukan Israel di Yerusalem timur, pada Selasa (18/7). Mantan mufti agung Yerusalem itu mengatakan, tentara Israel menembakkan granat setrum ke jamaah selepas melaksanakan shalat.
 
"Kami menjadi sasaran peluru karet, yang menyebabkan luka-luka. Saya adalah salah satu yang terkena peluru karet dan dibawa ke rumah sakit," ungkapnya.
 
Ketegangan semakin meningkat di Yerusalem timur sejak Israel menutup kompleks masjid Al-Aqsha pada Jumat (14/7). Penutupan itu dilakukan setelah terjadi baku tembak mematikan yang menewaskan dua polisi Israel dan tiga warga Palestina.
 
Pihak berwenang Israel membuka kembali masjid tersebut pada Ahad (16/7) bersamaan dengan pemasangan detektor logam di pintu masuknya. Langkah ini menurut warga Palestina bertujuan untuk mengubah status quo dari situs suci itu.
 
Sejak saat itu, jamaah Palestina berkumpul di gerbang masjid dan menolak memasuki situs tersebut melalui detektor logam Israel. "Detektor ini adalah serangan ke Masjid Al-Aqsha dan campur tangan dalam urusan Muslim," kata Sabri.
 
Dia menekankan Masjid Al-Aqsha adalah milik Muslim dan harus dijaga oleh umat Islam juga. "Masjid Al-Aqsha bukan milik orang-orang Palestina, sebaliknya, ini milik umat Islam di seluruh dunia. Muslim yang peduli dengan masjid Al-Aqsha harus maju dan bereaksi terhadap kejadian ini," kata dia.



Credit  REPUBLIKA.CO.ID



Militer Gaza: Kami tak akan Biarkan Israel Invasi Al-Aqsha

 
Masjid Al Aqsa
Masjid Al Aqsa

CB, GAZA CITY -- Sayap militer dari berbagai faksi politik di Jalur Gaza memperingatkan Israel yang melanjutkan kebijakan pelarangan warga Palestina memasuki kompleks Masjid Al-Aqsha. Sikap keras kepala Israel hanya akan memicu 'ledakan' di sana.

''Pernyataan kami tegas bila Zionis terus melanjutkan aksinya terhadap Al-Aqsha. Kami tak akan membiarkan musuh kami menginvasi Al-Aqsha, salah satu masjid suci umat Islam, dan warga Yerusalem,'' kata salah seorang perwakilan sayap militer Gaza itu dalam konferensi pers seperti dikutip Maan News, Selasa (18/7).

Perwakilan sayap militer memberi hormat bagi warga Jerusalem dan mengajak seluruh warga Palestina mendukung Al-Aqsha.
Otoritas Israel melarang warga Palestina memasuki kompleks Al-Aqsha menyusul serangan yang dua polisi Israel. Tiga orang penyerang polisi yang juga tewas di tempat itu merupakan warga Palestina yang tinggal di wilayah Israel.

Jamaah yang hendak shalat hanya boleh shalat di sekitar Lion Gate. Israel juga memasang pintu pendeteksi logam dan kamera pengaman di pintu masuk kompleks Al-Aqsha.

Kompleks Al-Aqsha juga tertutup bagi jamaah Muslim selama lebih dari dua hari pascakejadian penembakan itu. Penutupan Al-Aqsha oleh Israel juga pernah terjadi pada 2014 dan 1967 lalu.

Para pemimpin Palestina di Yerusalem juga terus mengajak warga Palestina melawan kebijakan Israel itu. Mereka juga menegaskan, warga Palestina tetap tidak mau melewati pendeteksi logam, meski harus shalat di luar.

Warga Palestina juga khawatir bila kebijakan Israel itu tetap berlanjut, nasib Al-Aqsha akan sama seperti Masjid Ibrahmi di Hebron. Masji Ibrahimi kini terbagi dua, sebagian jadi sinagog bagi warga Israel dan sebagian jadi masjid bagi warga Palestina sejak 1999. Hingga hari ini, warga Palestina di Hebron harus melalui pendeteksi logam milik Israel untuk bisa masuk ke Masjid Ibrahimi.



Credit  REPUBLIKA.CO.ID