Kamis, 09 Februari 2017

Rusia Pasok 50 Rudal SS-21 Scarab ke Rezim Suriah

 
Rusia Pasok 50 Rudal SS-21 Scarab ke Rezim Suriah
Rudal balistik SS-21 Rusia. Sebanyak 50 unit rudal canggih jenis itu dikirim Rusia kepada rezim Suriah. Foto / Military Edge
 
WASHINGTON - Para pejabat pemerintah Amerika Serikat (AS) melaporkan bahwa Rusia baru saja mengirim 50 rudal balistik jarak pendek SS-21 kepada rezim Suriah. Pasokan puluhan rudal canggih itu dianggap AS sebagai pengiriman terbesar rudal Moskow untuk Damaskus.

Menurut para pejabat AS, sebanyak 50 rudal balistik jarak pendek SS-21 Rusia tiba di pelabuhan Tartus, Suriah, di kawasan Laut Mediterania dalam dua hari terakhir. ”Untuk seseorang yang mereda perang, itu kiriman rudal besar,” kata seorang pejabat AS yang berbicara dalam kondisi anonim, seperti dikutip Fox News, semalam (8/2/2017).

Rudal SS-21 yang dipasok Rusia kepada Suriah terdiri dari berbagai jenis. Rudal canggih Moskow ini memiliki jangkauan tembak sekitar 100 mil.

Masih menurut pejabat AS, Rusia telah menembakkan dua rudal SS-21 dan empat rudal Iskander SS-26 dalam dua hari terakhir di Provinsi Idlib, Suriah, untuk melawan pasukan oposisi atau pemberontak.

Rudal Iskander yang berkemampuan nuklir pernah jadi sorotan media-media Barat beberapa waktu lalu, ketika Kremlin mengerahkannya ke Kaliningrad, basis Rusia di kawasan Baltik. Pengerahan rudal Iskander itu sempat membuat beberapa negara Baltik anggota NATO cemas.

Sedangkan rudal balistik jarak pendek SS-21 juga dianggap NATO sebagai rudal canggih dengan nama “Scarab”. Hingga kini (9/2/2017), pemerintah maupun militer Rusia belum berkomentar atas laporan pengiriman rudal canggih ke Suriah seperti yang dibeberkan para pejabat AS.

Pada bulan Desember 2016, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan bahwa Moskow mulai menarik sebagian pasukannya di Suriah. Kapal induk Rusia yang sudah beroperasi membantu rezim Damaskus juga sudah kembali ke Moskow.

Kendati demikian, Rusia masih memiliki sekitar 50 pesawat di Suriah, termasuk pesawat jet tempur, helikopter tempur, dan pesawat militer biasa.

 

Laporan dari para pejabat AS itu bersamaan dengan pengumuman Wakil Ketua Majelis Tinggi Rusia Ilyas Umakhanov bahwa Moskow berencana mengirimkan senjata canggih kepada pemerintah Suriah untuk membantu Damaskus memberangus ISIS.

Menurut Umakhanov, untuk mengalahkan ISIS, pemerintah Suriah membutuhkan senjata canggih Rusia. Tapi, dia tak menyebut nama senjata canggih yang dimaksud.

”Rusia akan terus merespons keras aksi terorisme di Suriah, respons itu mencakup penyatuan kekuatan dan tentu saja pasokan senjata presisi tinggi untuk pemerintah Suriah,” kata Umakhanov.



Credit  sindonews.com



Berangus ISIS, Rusia Berencana Pasok Suriah dengan Senjata Canggih

Berangus ISIS, Rusia Berencana Pasok Suriah dengan Senjata Canggih
Rusia berencana mengirimkan senjata canggih kepada pemerintah Suriah untuk membantu Damaskus memberangus ISIS. Foto/Istimewa
 
MOSKOW -  Rusia berencana mengirimkan senjata canggih kepada pemerintah Suriah untuk membantu Damaskus memberangus ISIS. Hal itu disampaikan oleh Wakil Ketua Majlis Tinggi Rusia, Ilyas Umakhanov.

Umakhanov mengatakan, pihaknya menilai, untuk dapat mengalahkan ISIS, pemerintah Suriah membutuhkan senjata canggih. Sebagai salah satu mitra Suriah, lanjut Umakhanov akan memberikan pasokan senjata tersebut.

"Rusia akan terus merespon keras aksi terorisme di Suriah, respon itu mencakup penyatuan kekuatan dan tentu saja pasokan senjata presisi tinggi untuk pemerintah Suriah," kata Umakhanov, seperti dilansir Sputnik pada Rabu (8/2).

Dia kemudian mengatakan, untuk bisa menyelesaikan masalah terorisme tidak bisa mengandalkan satu atau dua negara saja. Ini membutuhkan upaya bersama, karena terorisme saat ini sudah menjadi ancaman global.

"Tidak mungkin untuk mengalahkan terorisme hanya dengan upaya satu negara. Terorisme telah diasumsikan sebagai ancaman global dan, setelah mencapai kemenangan di satu tempat, tidak ada alasan untuk membuat kekosongan tambahan di mana teroris dapat melanjutkan operasi militer," ucapnya.




Credit  sindonews.com