NEW YORK - Mantan utusan khusus PBB untuk Suriah, Lakhdar Brahimi menyatakan, jika sejak awal dunia internasional, khususnya Barat mendengarkan analisis Rusia, maka konflik di Suriah sudah selesai sejak tahun 2012 lalu. Namun sayangnya, Barat lebih memilih untuk menutup telinga, dan membuat konflik di Suriah semakin berlarut-larut.
"Kita harus mengatakan bahwa Rusia memiliki analisis yang jauh lebih realistis dari situasi di sana dari hampir semua orang lain," kata Brahimi, seperti dilansir Sputnik pada Minggu (13/3).
"Mungkin semua orang harus berbicara dan mendengarkan mereka sedikit lebih dari yang mereka lakukan. Mereka tahu apa situasinya. Ada kemungkinan untuk mengakhiri konflik kembali pada tahun 2012 jika semua orang benar-benar memiliki analisis yang lebih canggih dan lebih memahami apa yang terjadi di Suriah," sambungnya.
Pernyataan serupa sejatinya sempat muncul pada pertengahan tahun 2015 lalu. Dimana, kala itu mantan Presiden Finlandia, yang juga pemenang Nobel perdamaian Martti Ahtisaari mengatakan, bahwa lebih dari tiga tahun yang lalu, Rusia mengusulkan bahwa Presiden Suriah Assad bisa mundur sebagai bagian dari kesepakatan damai.
Namun, sayangnya menurut Ahtisaari, negara-negara Barat memutuskan untuk tidak menerima proposal yang diajukan Rusia tersebut. Akibatnya, konflik di Suriah kian berkembang, dan kian sulit untuk diselesaikan.
Credit Sindonews
Eks Negosiator Suriah: Barat Tak Pernah Bantu Suriah
NEW YORK - Mantan utusan khusus PBB untuk Suriah, Lakhdar Brahimi mengatakan, negara-negara Barat sejatinya tidak pernah sekalipun membantu Suriah. Apa yang mereka lakukan di Suriah hanya untuk melengserkan Bashar al-Assad.
"Apa yang orang Amerika lakukan, apa yang dilakukan orang Prancis? Apa yang Inggris lakukan? Tidak ada yang membantu Suriah. Mereka terus mengulangi slogan yang sama: Satu, adalah bahwa Assad harus pergi, yang lain, semua orang teroris," kata Brahimi, seperti dilansir Sputnik pada Minggu (13/3).
Di kesempatan yang sama, dirinya juga mengatakan, ISIS bukanlah organisasi yang tiba-tiba muncul. ISIS, menurutnya adalah sebuah organisasi yang tumbuh subur di Irak, di era pemerintah Irak masih memarjinalkan kaum Sunni.
"ISIS tidak datang dari Mars. Ini adalah sebuah organisasi Irak, yang memiliki sangat sedikit pengikut di Suriah pada awalnya. Ini adalah sebuah organisasi yang telah berkembang di belakang marjinalisasi kaum Sunni di Irak," sambungnya.
"Pemerintah Irak dan orang-orang yang mendukung pemerintah Irak, yakni Iran dan Amerika Serikat (AS) harus memahami bahwa al-Qaeda dibawa ke Irak oleh invasi Irak oleh AS," ucapnya.
Dirinya juga tidak luput menyalahkan peran pasukan asing dalam perkembangan konflik di Suriah. Brahimi berpandangan, kehadiran pasukan asing di Suriah bukan dimaksudkan untuk menolong masyarakat Suriah, tapi untuk mencapai tujuan masing-masing negara yang terlibat dalam konflik.
"Tidak ada orang, baik dalam tragedi Suriah dan saya juga akan menyalahkan pasukan luar: kekuatan, pemerintah dan lain-lain, yang mendukung satu sisi atau yang lain. Tak satu pun dari negara-negara ini memiliki yang memikirkan kepentingan rakyat Suriah sebagai prioritas pertama. Kepentingan rakyat Suriah, berada tempat kedua," sesalnya.
Credit Sindonews