JAKARTA (CB) - Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Ade supandi, menyambut kedatangan KRI
Rigel 933 yang didatangkan dari Prancis. Dia mengkalim, kapal perang
jenis Bantu Hidro-Oseanografi (BHO) itu merupakan kapal perang
tercanggih se-Asia.
KRI Rigel 933 bertolak dari dermaga Les Sables d'Olonne, Prancis pada Kamis 26 Maret 2015 dan tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, hari ini.
"KRI ini disiapkan untuk survei penelitian, pemetaan laut, publikasi penerapan lingkungan laut dan keselamatan navigasi pelayaran baik untuk kepentingan TNI maupun umum," kata Ade, Jumat (15/5/2015).
Ia menambahkan, nantinya KRI ini akan bertugas pada Dinas Hidro-Oseanografi TNI AL yang mendukung kebijakan pemerintah dalam kemaritiman. Kapal ini juga akan memperkuat kapal survei lainnya yang dimiliki BHO seperti, KRI Dewa Kembar 932, KRI Louser 924, KRI Pulau Rote 721, KRI Pulau Romang 723, KRI Pulau Rempang 729, KAL Aries dan KAL Vega.
KRI Rigel ini dipimpin oleh komandan Letkol Laut M Wirda Prayogo dengan awak 30 orang. Diharapkan, ia Wirda dan pasukannya bisa memelihara KRI 933 ini.
"Pengadaan kapal ini bukanlah harga yang murah. Untuk itu, para perwira dan prajurit yang ditugaskan di KRI933 harus menunjukkan dedikasi memelihara KRI 933 agar dapat digunakan dalam kondisi prima," ucap Ade.
Credit Okezone
CB, Jakarta -
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut baru saja menerima kapal perang
jenis hidro-oseanografi buatan Prancis. Kapal perang yang diberi nama
KRI Rigel 933 itu mendarat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, hari
ini, Jumat, 15 Mei 2015, setelah mengarungi samudera dari galangan kapal
OCEA Les Sables d’Olonne, Prancis, Maret lalu.
Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Ade Supandi mengatakan KRI Rigel bakal menjadi tenaga baru bagi Dinas Hidro-Oseanografi TNI AL. Ade menjelaskan, selain menjaga kedaulatan laut Indonesia, TNI AL juga punya tugas memetakan kondisi bawah laut.
"Peta bawah laut itu sangat diperlukan untuk navigasi pelayaran di Indonesia," ucap Ade kepada wartawan di Dermaga JICT 2, Tanjung Priok, Jakarta, Jumat, 15 Maret 2015.
Jika sebuah kapal tak melengkapi diri dengan peta bawah laut, kapal tersebut berisiko mengalami berbagai kendala saat berlayar. Sebab, dasar laut Indonesia menyimpan banyak jebakan yang mampu mengandaskan kapal, seperti karang besar, bebatuan dasar laut, bangkai kapal, dan ranjau laut. Tentunya ranjau laut menjadi barang yang paling ditakuti. Sebab, ranjau sisa Perang Dunia I dan II itu memiliki daya ledak yang tinggi jika tersenggol kapal.
"Karena itu, peta dasar laut diperlukan para nakhoda kapal agar bisa menghindari rintangan-rintangan tersebut," ujar Ade.
Menurut Ade, Angkatan Laut punya program kerja pembaruan peta dasar laut setiap tahun. Dia beralasan, kondisi dasar laut bisa berubah sewaktu-waktu. Sebagai contoh, kondisi perairan sekitar pantai yang direklamasi. Selain itu, kapal yang karam setiap tahun juga perlu dimasukkan dalam peta dasar laut. "Proses up-date peta diperlukan untuk mencegah hal-hal yang tak diinginkan," tuturnya.
KRI Rigel 933 bertolak dari dermaga Les Sables d'Olonne, Prancis pada Kamis 26 Maret 2015 dan tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, hari ini.
"KRI ini disiapkan untuk survei penelitian, pemetaan laut, publikasi penerapan lingkungan laut dan keselamatan navigasi pelayaran baik untuk kepentingan TNI maupun umum," kata Ade, Jumat (15/5/2015).
Ia menambahkan, nantinya KRI ini akan bertugas pada Dinas Hidro-Oseanografi TNI AL yang mendukung kebijakan pemerintah dalam kemaritiman. Kapal ini juga akan memperkuat kapal survei lainnya yang dimiliki BHO seperti, KRI Dewa Kembar 932, KRI Louser 924, KRI Pulau Rote 721, KRI Pulau Romang 723, KRI Pulau Rempang 729, KAL Aries dan KAL Vega.
KRI Rigel ini dipimpin oleh komandan Letkol Laut M Wirda Prayogo dengan awak 30 orang. Diharapkan, ia Wirda dan pasukannya bisa memelihara KRI 933 ini.
"Pengadaan kapal ini bukanlah harga yang murah. Untuk itu, para perwira dan prajurit yang ditugaskan di KRI933 harus menunjukkan dedikasi memelihara KRI 933 agar dapat digunakan dalam kondisi prima," ucap Ade.
Credit Okezone
TNI AL Akan Perbarui Peta Kondisi Bawah Laut
KRI
Rigel-933 TNI AL buatan Prancis memasuki perairan Indonesia dari pulau
terluar wilayah barat, Sabang, Aceh, 6 Mei 2015. KRI Rigel-933 merupakan
kapal bantu Hidro-Oseanografi (OSV 190 SC-W). ANTARA FOTO/M Agung
Rajasa
Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Ade Supandi mengatakan KRI Rigel bakal menjadi tenaga baru bagi Dinas Hidro-Oseanografi TNI AL. Ade menjelaskan, selain menjaga kedaulatan laut Indonesia, TNI AL juga punya tugas memetakan kondisi bawah laut.
"Peta bawah laut itu sangat diperlukan untuk navigasi pelayaran di Indonesia," ucap Ade kepada wartawan di Dermaga JICT 2, Tanjung Priok, Jakarta, Jumat, 15 Maret 2015.
Jika sebuah kapal tak melengkapi diri dengan peta bawah laut, kapal tersebut berisiko mengalami berbagai kendala saat berlayar. Sebab, dasar laut Indonesia menyimpan banyak jebakan yang mampu mengandaskan kapal, seperti karang besar, bebatuan dasar laut, bangkai kapal, dan ranjau laut. Tentunya ranjau laut menjadi barang yang paling ditakuti. Sebab, ranjau sisa Perang Dunia I dan II itu memiliki daya ledak yang tinggi jika tersenggol kapal.
"Karena itu, peta dasar laut diperlukan para nakhoda kapal agar bisa menghindari rintangan-rintangan tersebut," ujar Ade.
Menurut Ade, Angkatan Laut punya program kerja pembaruan peta dasar laut setiap tahun. Dia beralasan, kondisi dasar laut bisa berubah sewaktu-waktu. Sebagai contoh, kondisi perairan sekitar pantai yang direklamasi. Selain itu, kapal yang karam setiap tahun juga perlu dimasukkan dalam peta dasar laut. "Proses up-date peta diperlukan untuk mencegah hal-hal yang tak diinginkan," tuturnya.