Presiden Amerika Serikat Barack Obama
menghadapi tekanan untuk meyakinkan Timur Tengah bahwa kesepakatan
nuklir Iran tidak akan membahayakan mereka. (Reuters/Kevin Lamarque)
Sumber di pemerintahan Amerika Serikat pada Reuters, Rabu (6/5), mengatakan bantuan ini akan disampaikan dalam pertemuan Obama dengan enam negara anggota Dewan Kerja Sama Teluk, GCC, yang akan menyambangi Washington pekan depan. Hal ini juga tengah dibahas dalam pertemuan pendahuluan antara AS dengan para diplomat Arab.
Bantuan pengembangan sistem pertahanan ini juga akan diikuti dengan beberapa komitmen keamanan lainnya, seperti penjualan senjata dan latihan militer gabungan beberapa negara.
Timur Tengah, terutama Arab Saudi, khawatir hasil perundingan itu malah justru memudahkan Iran membuat senjata nuklir, terutama karena dana mudah mengalir masuk setelah aset-aset dicairkan dan sanksi serta embargo dicabut.
Pejabat AS mengatakan bahwa Obama menghadapi tekanan untuk meyakinkan Timur Tengah bahwa kesepakatan nuklir Iran tidak akan membahayakan mereka. Pada pertemuan dengan GCC pada 13-14 Mei mendatang, AS akan menegaskan komitmennya untuk keamanan Timur Tengah.
Tameng anti rudal
Dalam pertemuan itu, ujar sumber, AS akan memperbarui rencana kerja sama pembangunan sistem pertahanan berupa tameng anti rudal untuk menangkis ancaman rudal balistik Iran.
Sebelumnya negara-negara Teluk telah membeli sistem pertahanan rudal dari AS, seperti Patriot buatan perusahaan senjata Raytheon Co dan Terminal Pertahanan Wilayah Ketinggian Tinggi (THAAD) yang diproduksi Lockheed Martin Corp.
Sebelumnya rencana kerja sama pertahanan rudal disepakati pada 2013 namun tidak terealisasi akibat adanya beberapa negara Teluk yang tidak memercayai Amerika. Dalam program ini, Teluk juga akan membeli perangkat dari AS berupa radar, sensor dan jaringan peringatan dini serangan rudal.
Diperkirakan dalam pertemuan pekan depan akan dilakukan beberapa penjualan senjata dari AS, di antaranya adalah pasokan bom dan rudal yang akan digunakan oleh koalisi pimpinan Arab Saudi dalam menyerang pemberontak Houthi di Yaman.
Kuwait sendiri telah mengajukan pembelian 28 jet tempur F/A-18 Super Hornet senilai lebih dari US$3 miliar.
Namun sumber Reuters mengatakan, AS tetap akan menahan penjualan jet F-35 pada negara-negara Teluk. Pasalnya, AS telah berjanji menjual jet tempur canggih buatan Lockheed Martin ini pada Israel.
Credit CNN Indonesia