Jumat, 12 Desember 2014

Ilmuwan: Capung, Predator Paling Mematikan di Bumi

Capung sukses menyergap mangsanya 4 kali lebih efektif dari singa.
Capung lebih sukses dibanding singa dalam hal menyergap mangsa



CB - Berbicara hewan paling buas, maka yang terlintas di pikiran kita misalnya singa, harimau, ular, maupun hiu. Namun, ternyata tidak bagi ilmuwan. Mereka mengungkapkan predator paling mematikan di dunia adalah seekor capung.

Ilmuwan Howard Hughes Medical Institute di Virginia, Amerika Serikat, menemukan serangga bersayap itu tercatat paling sukses dalam memburu mangsanya.

Tercatat, keberhasilan capung dalam menangkap target buruannya mencapai lebih dari 95 persen. Dilansir Daily Mail edisi Kamis, 11 Desember 2014, kondisi ini menjadikannya dua kali lebih sukses ketimbang hewan berbadan besar dan ganas di lautan seperti hiu putih besar. Bahkan, kesuksesan capung menyergap mangsanya empat kali lebih efektif dari raja hutan seperti singa.

Seperti diketahui, capung sering memburu nyamuk dan serangga kecil lainnya seperti lalat, lebah, semut, dan tawon untuk dijadikan santapan baginya. Hewan tersebut sering berburu di sekitaran rawa, danau, kolam, sungai, dan lahan-lahan yang basah.

Ilmuwan tersebut mempunyai alasan yang kuat untuk mengukuhkan capung sebagai pemburu yang efektif. Ini bisa terlihat dari capung yang sering menyesuaikan penerbangannya saat akan menerka mangsanya itu.

Selain itu, capung dapat melihat akan ke mana pergerakan buruannya, sebelum menangkapnya. "Mata yang besar memberikan pandangan hampir bulat, sambil bertengger di daun menunggu mangsa terbang di atas kepalanya," ujar Dr. Anthony Leonardo.

Leonardo menjelaskan, saat meraih buruannya dengan kakinya, capung dapat menangkapnya hanya dengan sepersekian detik setelah menemukan mangsanya.

"Ketajaman dan refleks yang kilat berkat ada syaraf khusus di tubuh capung, sehingga dapat mendeteksi gerakan target dan menginstruksikan sayapnya untuk bereaksi," ungkapnya.

Temuan ini dilihat saat para ilmuwan meneliti aktivitas capung saat menangkap buruannya dengan menggunakan teknologi motion-capture untuk merekam serangga itu, saat bereaksi dalam bidikan kamera 1.000 frame per detik. Untuk menelitinya, mereka mengamati capung dengan melambatkan tayangan rekaman 20 kali lebih lambat untuk menganalisis di setiap pergerakannya.

Hasil penelitian dari ilmuwan Howard Hughes Medical Institute ini mereka terbitkan dalam jurnal internasional Nature.



Credit VIVAnews