Capung sukses menyergap mangsanya 4 kali lebih efektif dari singa.
CB - Berbicara hewan
paling buas, maka yang terlintas di pikiran kita misalnya singa,
harimau, ular, maupun hiu. Namun, ternyata tidak bagi ilmuwan. Mereka
mengungkapkan predator paling mematikan di dunia adalah seekor capung.
Ilmuwan
Howard Hughes Medical Institute di Virginia, Amerika Serikat, menemukan
serangga bersayap itu tercatat paling sukses dalam memburu mangsanya.
Tercatat, keberhasilan capung dalam menangkap target buruannya mencapai lebih dari 95 persen. Dilansir Daily Mail edisi
Kamis, 11 Desember 2014, kondisi ini menjadikannya dua kali lebih
sukses ketimbang hewan berbadan besar dan ganas di lautan seperti hiu
putih besar. Bahkan, kesuksesan capung menyergap mangsanya empat kali
lebih efektif dari raja hutan seperti singa.
Seperti diketahui,
capung sering memburu nyamuk dan serangga kecil lainnya seperti lalat,
lebah, semut, dan tawon untuk dijadikan santapan baginya. Hewan tersebut
sering berburu di sekitaran rawa, danau, kolam, sungai, dan lahan-lahan
yang basah.
Ilmuwan tersebut mempunyai alasan yang kuat untuk
mengukuhkan capung sebagai pemburu yang efektif. Ini bisa terlihat dari
capung yang sering menyesuaikan penerbangannya saat akan menerka
mangsanya itu.
Selain itu, capung dapat melihat akan ke mana
pergerakan buruannya, sebelum menangkapnya. "Mata yang besar memberikan
pandangan hampir bulat, sambil bertengger di daun menunggu mangsa
terbang di atas kepalanya," ujar Dr. Anthony Leonardo.
Leonardo
menjelaskan, saat meraih buruannya dengan kakinya, capung dapat
menangkapnya hanya dengan sepersekian detik setelah menemukan mangsanya.
"Ketajaman
dan refleks yang kilat berkat ada syaraf khusus di tubuh capung,
sehingga dapat mendeteksi gerakan target dan menginstruksikan sayapnya
untuk bereaksi," ungkapnya.
Temuan ini dilihat saat para ilmuwan meneliti aktivitas capung saat menangkap buruannya dengan menggunakan teknologi motion-capture untuk
merekam serangga itu, saat bereaksi dalam bidikan kamera 1.000 frame
per detik. Untuk menelitinya, mereka mengamati capung dengan melambatkan
tayangan rekaman 20 kali lebih lambat untuk menganalisis di setiap
pergerakannya.
Hasil penelitian dari ilmuwan Howard Hughes Medical Institute ini mereka terbitkan dalam jurnal internasional Nature.
Credit VIVAnews