CB, Jakarta - Seorang pangeran Saudi yang tidak setuju dengan kekuasaan Mohammed bin Salman,
meminta pamannya untuk mengambil langkah menggulingkan Raja Salman dan
mengambil alih kerajaan. Pangeran Khaled bin Farhan membujuk Pangeran
Ahmed bin Abdulaziz dan Pangeran Muqrin bin Abdulaziz, dengan mengatakan
bahwa kerusakan yang terjadi di keluarga kerajaan Saudi oleh Salman
yang memerintah dengan "tidak rasional, tidak tegas dan bodoh" telah
melampaui klimaks.
Seperti yang dilaporkan Middle East Eye, 22 Mei 2018, dalam sebuah wawancara, Pangeran Khaled, yang mendapat suaka politik di Jerman pada tahun 2013, mengatakan bahwa jika Ahmed dan Muqrin ingin menyatukan kekuatan maka 99 persen dari anggota keluarga kerajaan, dinas keamanan dan tentara akan mendukung mereka.
Pangeran Khaled mengatakan bahwa pernyataan Mamduh bin Abdulaziz, salah satu saudara tertua Raja Salman yang masih hidup, menunjukkan ketidaksukaan dengan keluarga kerajaan secara menyeluruh.
"Ada begitu banyak kemarahan dalam keluarga kerajaan, saya mengambil informasi ini dan memohon kepada paman saya, Ahmed dan Muqrin, yang merupakan putra-putra Abdulaziz dan berpendidikan tinggi, fasih dan mampu mengubah hal-hal untuk lebih baik. Saya dapat mengatakan bahwa kita semua berada di belakang mereka dan mendukung mereka,” ujar Khaled.
Ahmed bin Abdulaziz, mantan wakil menteri dalam negeri dan menteri dalam negeri, mendapat dukungan dari pejabat penting pasukan keamanan dan dewan suku Arab, kata pangeran. Muqrin bin Abdulaziz awalnya ditunjuk sebagai putra mahkota oleh saudara laki-lakinya Salman, hanya untuk digantikan oleh Muhammad bin Nayef pada bulan April 2015. Ia kemudian digantikan oleh saat ini Mohammed bin Salman atau yang dikenal MBS pada Juni 2017.
Pangeran Khaled mengatakan dia telah menerima sejumlah besar pesan surel dari orang-orang di kepolisian dan angkatan bersenjata untuk mendukung niatnya, "Saya menganggap mereka memohon dan bukannya menuntut kepada Pangeran Ahmed bin Abdulaziz untuk mengambil inisiatif mengubah situasi saat ini."
Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman berbicara dengan seorang pangeran Saudi di Riyadh, Arab Saudi, 2012. Ia berusaha mendorong sejumlah reformasi sosial dengan dukungan dari ayahnya, Raja Salman. AP
Desakan untuk kudeta masih menjadi misteri apalagi muncul insiden tembakan yang terdengar di luar istana Ouja di Riyadh pada April. Menurut pernyataan resmi istana, tembakan berasal dari penjaga keamanan yang menembak jatuh sebuah drone mainan. Namun blogger anonim, Mujtahid, mengatakan istana diserang oleh dua mobil SUV bersenjata lengkap dan enam penjaga keamanan beserta dua penyerang tewas.
Sejak insiden ini Mohammed bin Salman tidak terlihat di muka publik yang memicu spekulasi bahwa Mohammed bin Salman tewas. Namun beberapa hari belakangan muncul gambar MBS bersama pemimpin negara untuk membantah isu. Berbeda dengan pernyataan resmi istana, pangeran Khaled mengatakan cerita soal drone adalah dalih.
"Secara pribadi saya yakin ini bukan usaha kudeta terhadap Mohammed bin Salman tapi lebih kepada tindakan protes kepadanya," tutur pangeran Khaled. Namun pangeran Khaled mengungkapkan jika MBS tetap berkuasa maka situasi di Arab Saudi ibarat gunung berapi yang siap meletus dan berdampak bukan hanya di Arab Saudi tetapi juga negara-negara Eropa.
Pangeran mengakui dia memuji beberapa reformasi yang diperkenalkan oleh Mohammed bin Salman, termasuk mengizinkan perempuan untuk mengemudi dan membatasi pengaruh otoritas keagamaan. Tapi ia menilai kebijakan ini dimaksudkan untuk menenangkan Barat, namun yang menjadi masalah sebenarnya di Arab adalah sistem politik, di mana raja memiliki kekuasaan mutlak untuk menunjuk hakim-hakim, anggota Dewan Syura dan pemerintah sendiri.
Sistem politik kerajaan mewakili kehendak raja dan tidak ada orang lain, dan ketika ada raja baru semuanya berubah. Pangeran Khaled mengatakan kerajaan Arab Saudi adalah kediktatoran dan sebelum Salman bertahta, setidaknya posisi kekuasaan dibagi tapi saat Mohammed bin Salman bertahta kekuasaan hanya terkonsentrasi di tangan satu orang.
Seperti yang dilaporkan Middle East Eye, 22 Mei 2018, dalam sebuah wawancara, Pangeran Khaled, yang mendapat suaka politik di Jerman pada tahun 2013, mengatakan bahwa jika Ahmed dan Muqrin ingin menyatukan kekuatan maka 99 persen dari anggota keluarga kerajaan, dinas keamanan dan tentara akan mendukung mereka.
Pangeran Khaled mengatakan bahwa pernyataan Mamduh bin Abdulaziz, salah satu saudara tertua Raja Salman yang masih hidup, menunjukkan ketidaksukaan dengan keluarga kerajaan secara menyeluruh.
"Ada begitu banyak kemarahan dalam keluarga kerajaan, saya mengambil informasi ini dan memohon kepada paman saya, Ahmed dan Muqrin, yang merupakan putra-putra Abdulaziz dan berpendidikan tinggi, fasih dan mampu mengubah hal-hal untuk lebih baik. Saya dapat mengatakan bahwa kita semua berada di belakang mereka dan mendukung mereka,” ujar Khaled.
Ahmed bin Abdulaziz, mantan wakil menteri dalam negeri dan menteri dalam negeri, mendapat dukungan dari pejabat penting pasukan keamanan dan dewan suku Arab, kata pangeran. Muqrin bin Abdulaziz awalnya ditunjuk sebagai putra mahkota oleh saudara laki-lakinya Salman, hanya untuk digantikan oleh Muhammad bin Nayef pada bulan April 2015. Ia kemudian digantikan oleh saat ini Mohammed bin Salman atau yang dikenal MBS pada Juni 2017.
Pangeran Khaled mengatakan dia telah menerima sejumlah besar pesan surel dari orang-orang di kepolisian dan angkatan bersenjata untuk mendukung niatnya, "Saya menganggap mereka memohon dan bukannya menuntut kepada Pangeran Ahmed bin Abdulaziz untuk mengambil inisiatif mengubah situasi saat ini."
Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman berbicara dengan seorang pangeran Saudi di Riyadh, Arab Saudi, 2012. Ia berusaha mendorong sejumlah reformasi sosial dengan dukungan dari ayahnya, Raja Salman. AP
Desakan untuk kudeta masih menjadi misteri apalagi muncul insiden tembakan yang terdengar di luar istana Ouja di Riyadh pada April. Menurut pernyataan resmi istana, tembakan berasal dari penjaga keamanan yang menembak jatuh sebuah drone mainan. Namun blogger anonim, Mujtahid, mengatakan istana diserang oleh dua mobil SUV bersenjata lengkap dan enam penjaga keamanan beserta dua penyerang tewas.
Sejak insiden ini Mohammed bin Salman tidak terlihat di muka publik yang memicu spekulasi bahwa Mohammed bin Salman tewas. Namun beberapa hari belakangan muncul gambar MBS bersama pemimpin negara untuk membantah isu. Berbeda dengan pernyataan resmi istana, pangeran Khaled mengatakan cerita soal drone adalah dalih.
"Secara pribadi saya yakin ini bukan usaha kudeta terhadap Mohammed bin Salman tapi lebih kepada tindakan protes kepadanya," tutur pangeran Khaled. Namun pangeran Khaled mengungkapkan jika MBS tetap berkuasa maka situasi di Arab Saudi ibarat gunung berapi yang siap meletus dan berdampak bukan hanya di Arab Saudi tetapi juga negara-negara Eropa.
Pangeran mengakui dia memuji beberapa reformasi yang diperkenalkan oleh Mohammed bin Salman, termasuk mengizinkan perempuan untuk mengemudi dan membatasi pengaruh otoritas keagamaan. Tapi ia menilai kebijakan ini dimaksudkan untuk menenangkan Barat, namun yang menjadi masalah sebenarnya di Arab adalah sistem politik, di mana raja memiliki kekuasaan mutlak untuk menunjuk hakim-hakim, anggota Dewan Syura dan pemerintah sendiri.
Sistem politik kerajaan mewakili kehendak raja dan tidak ada orang lain, dan ketika ada raja baru semuanya berubah. Pangeran Khaled mengatakan kerajaan Arab Saudi adalah kediktatoran dan sebelum Salman bertahta, setidaknya posisi kekuasaan dibagi tapi saat Mohammed bin Salman bertahta kekuasaan hanya terkonsentrasi di tangan satu orang.
Credit tempo.co