LONDON - Ketika Beluga XL terbang, orang yang melihatnya pasti akan terkagum-kagum dan tertegun. Mereka seperti melihat paus terbang. Beluga XL diuji coba terbang di pabrik Airbus di Broughton. Pesawat itu akan memasuki pelayanan terbang tahun ini.
Kabar bahagia itu cukup mengejutkan setelah Airbus beberapa waktu lalu menyatakan akan menghentikan produksi pesawat jumbo A380 karena penurunan pemesanan dari maskapai. “Si Paus Terbang” menjadi julukan Beluga XL di mana model pesawat sebelumnya digunakan untuk mengangkut pesawat.
Beluga XL diperbolehkan terbang setelah menjalani uji terbang selama 600 jam. Pesawat itu akan terbang dari pabrik Airbus di Toulouse, Hamburg, dan Tianjin. Uji coba tersebut telah dilaksanakan selama beberapa bulan. Beluga XL pertama kali menjalani penerbangan pada Juli 2018.
Beluga
XL juga dikenal sebagai pesawat paling unik, impresif, dan menakjubkan.
Pesawat tersebut juga merupakan pengecualian karena dari hidung dan
badan pesawatnya. Itu menunjukkan pesawat berbadan besar yang unik. Itu
bisa berkompetisi dengan pesawat produksi Embraer yang mirip dengan hiu.
Bukan hanya faktor unik, tetapi itu juga merupakan pesawat yang besar. Kamu tidak bisa terbang dengan Beluga XL. Itu disebabkan Beluga XL adalah pesawat kargo pesawat dan bukan pesawat penumpang. Bentuk pesawat yang unik itu mirip dengan paus beluga. Mamalia laut itu biasa hidup di Artik. Kini hanya ada satu dari enam pesawat yang dalam proses produksi Airbus.
Sebesar 40% dari 20.000 orang dalam jajak pendapat mengungkapkan mereka menyukai pesawat dengan desain wajah yang sedikit tersenyum dan desain yang unik. Beluga XL akan memulai layanan terbang pada tahun ini setelah menjalani 600 jam uji terbang. Pesawat itu dilengkapi dengan dua mesin Rolls-Royce Trent 700. Lima pesawat lainnya akan diproduksi pada 2019 hingga 2023.
Pesawat itu mampu terbang 2.500 mil setiap kali perjalanan dan beroperasi di 11 destinasi. Beluga XL merupakan pengganti Beluga atau Airbus A300-600ST, yang telah beroperasi sejak 1995. Dimulai dari pesawat A330, teknisi Airbus menurunkan dek penerbangan dan menyusun pesawat kargo untuk menciptakan pesawat dengan bentuk yang tidak lazim.
Dengan adanya “gelembung” di bagian depan pesawat, itu akan memudahkan pesawat yang diangkut untuk keluar dan masuk. Beluga XL lebih panjang 6 meter dan lebih lebar 1 meter dibandingkan model sebelumnya.
Memiliki Desain Unik
Desain unik Beluga XL itu dipilih oleh lebih dari 20.000 staf Airbus melalui jajak pendapat. Mereka harus memilih enam opsi dan menyebutkan favorit mereka. Sebesar 40% dari karyawan Airbus memilih Beluga XL.
“Kita mengatakannya di Toulouse atau di Hamburg, anak-anak menyebutnya Beluga,” kata Kepala Program Beluga XL Bertrand Grosse kepada CNN Travel. “Mereka menyukainya karena desain pesawat yang unik,” imbuhny.
Bagaimanapun desain itu lebih bersifat fungsional dibandingkan dengan bentuk yang lucu dan unik. Pesawat kargo itu mampu mengangkut dua pesawat A350 sekali terbang. Bentuk hidung pesawat yang unik sebenarnya berfungsi untuk efisiensi aerodinamis. "Terbang di udara itu seperti berenang di lautan,” ungkap Grosse.
Bagaimana menerbangkan Beluga XL? Meurut Grosse, menerbangkan pesawat tersebut tidak sulit. Menerbangkannya tidak berbeda dengan A330 meskipun bentuk pesawat yang berbeda dengan A330. “Pilot kita dilatih di A330, kemudian mereka mendapatkan kualifikasi Delta untuk diperbolehkan menerbangkan Beluga XL,” ujarnya.
Banyak orang menganggap, Beluga XL akan terbang lebih pelan. Menurut Grosse, kecepatan terbangnya seperti pesawat pada umumnya. Bentuk ekor pesawat juga menyesuaikan dengan pesawat kargo. “Ekor pesawat lebih tinggi 2 meter untuk akselerasi khusus dan memberikan dampak stabilitas,” paparnya.
Berbagai bandara juga harus melakukan modifikasi dan renovasi untuk menyesuaikan Beluga XL. Itu termasuk menyiapkan dua pintu untuk Beluga Line Station, satu untuk Beluga dan satunya untuk Beluga XL. Selain itu, bandara juga harus memiliki lapangan lepas landas sepanjang 1.600 meter.
“Pesawat ini, saya bisa katakana, ikonik untuk perusahaan kita,” ujar Grosse. “Ini menjadi kuda kerja bagi Airbus. Ini lebih dari pesawat. Ini menjadikan Airbus bisa memproduksi pesawat setiap hari,” paparnya.
Program Beluga XL diluncurkan pada November 2014. Tim Orr, kepala branding Airbus, enam desain yang sudah diajukan menunjukkan identitas brand perusahaan. “Kita bergerak dari konvensional ke tidak konvensional dengan sentuhan yang menyenangkan,” ujarnya.
A320neo Dikirim
Airbus menyatakan pengiriman pesawat A320neo tetap sesuai dengan kesepakatan. Jaminan itu menyusul permasalahan dengan mesin Pratt & Whitney. “Pratt telah memberikan informasi kepada Airbus bahwa isu mesin telah diatasi. Itu menjadi faktor yang menghambat dalam empat bulan terakhir,” kata Kepala Airbus India Anand Stanley.
Bulan lalu Badan Pengawas Keselamatan Penerbangan India memaksa maskapai melaksanakan pemeriksaan ekstra terhadap Airbus A320neo degan mesin Pratt & Whitney. Itu merupakan protokol keselamatan setelah ada perintah penarikan pesawat tersebut pada tahun lalu. IndiGo, maskapai terbesar di India, dan rivalnya berbiaya murah GoAir menerbangkan A320neo. Pesawat itu mulai terbang pada awal 2016 dan dianggap lebih irit bahan bakar.
IndiGo memiliki lebih dari 60 A320neo dan menjadi salah satu pelanggan terbesar karena telah memesan lebih dari 400 pesawat. Sedangkan GoAir memiliki 30 pesawat A320neo pada armadanya dan telah memesan lebih dari 100 pesawat jenis tersebut. “Tingkat ketersediaan A320neo kini mencapai 99,6%,” ujar Staley.
Sementara itu, Airbus menyatakan harus membuat keputusan sulit terkait investasi jika Inggris resmi keluar dari Uni Eropa (UE). Mereka telah menyiapkan jutaan euro sebagai bentuk persiapan menghadapi Brexit (Britain Exit).
Bukan hanya faktor unik, tetapi itu juga merupakan pesawat yang besar. Kamu tidak bisa terbang dengan Beluga XL. Itu disebabkan Beluga XL adalah pesawat kargo pesawat dan bukan pesawat penumpang. Bentuk pesawat yang unik itu mirip dengan paus beluga. Mamalia laut itu biasa hidup di Artik. Kini hanya ada satu dari enam pesawat yang dalam proses produksi Airbus.
Sebesar 40% dari 20.000 orang dalam jajak pendapat mengungkapkan mereka menyukai pesawat dengan desain wajah yang sedikit tersenyum dan desain yang unik. Beluga XL akan memulai layanan terbang pada tahun ini setelah menjalani 600 jam uji terbang. Pesawat itu dilengkapi dengan dua mesin Rolls-Royce Trent 700. Lima pesawat lainnya akan diproduksi pada 2019 hingga 2023.
Pesawat itu mampu terbang 2.500 mil setiap kali perjalanan dan beroperasi di 11 destinasi. Beluga XL merupakan pengganti Beluga atau Airbus A300-600ST, yang telah beroperasi sejak 1995. Dimulai dari pesawat A330, teknisi Airbus menurunkan dek penerbangan dan menyusun pesawat kargo untuk menciptakan pesawat dengan bentuk yang tidak lazim.
Dengan adanya “gelembung” di bagian depan pesawat, itu akan memudahkan pesawat yang diangkut untuk keluar dan masuk. Beluga XL lebih panjang 6 meter dan lebih lebar 1 meter dibandingkan model sebelumnya.
Memiliki Desain Unik
Desain unik Beluga XL itu dipilih oleh lebih dari 20.000 staf Airbus melalui jajak pendapat. Mereka harus memilih enam opsi dan menyebutkan favorit mereka. Sebesar 40% dari karyawan Airbus memilih Beluga XL.
“Kita mengatakannya di Toulouse atau di Hamburg, anak-anak menyebutnya Beluga,” kata Kepala Program Beluga XL Bertrand Grosse kepada CNN Travel. “Mereka menyukainya karena desain pesawat yang unik,” imbuhny.
Bagaimanapun desain itu lebih bersifat fungsional dibandingkan dengan bentuk yang lucu dan unik. Pesawat kargo itu mampu mengangkut dua pesawat A350 sekali terbang. Bentuk hidung pesawat yang unik sebenarnya berfungsi untuk efisiensi aerodinamis. "Terbang di udara itu seperti berenang di lautan,” ungkap Grosse.
Bagaimana menerbangkan Beluga XL? Meurut Grosse, menerbangkan pesawat tersebut tidak sulit. Menerbangkannya tidak berbeda dengan A330 meskipun bentuk pesawat yang berbeda dengan A330. “Pilot kita dilatih di A330, kemudian mereka mendapatkan kualifikasi Delta untuk diperbolehkan menerbangkan Beluga XL,” ujarnya.
Banyak orang menganggap, Beluga XL akan terbang lebih pelan. Menurut Grosse, kecepatan terbangnya seperti pesawat pada umumnya. Bentuk ekor pesawat juga menyesuaikan dengan pesawat kargo. “Ekor pesawat lebih tinggi 2 meter untuk akselerasi khusus dan memberikan dampak stabilitas,” paparnya.
Berbagai bandara juga harus melakukan modifikasi dan renovasi untuk menyesuaikan Beluga XL. Itu termasuk menyiapkan dua pintu untuk Beluga Line Station, satu untuk Beluga dan satunya untuk Beluga XL. Selain itu, bandara juga harus memiliki lapangan lepas landas sepanjang 1.600 meter.
“Pesawat ini, saya bisa katakana, ikonik untuk perusahaan kita,” ujar Grosse. “Ini menjadi kuda kerja bagi Airbus. Ini lebih dari pesawat. Ini menjadikan Airbus bisa memproduksi pesawat setiap hari,” paparnya.
Program Beluga XL diluncurkan pada November 2014. Tim Orr, kepala branding Airbus, enam desain yang sudah diajukan menunjukkan identitas brand perusahaan. “Kita bergerak dari konvensional ke tidak konvensional dengan sentuhan yang menyenangkan,” ujarnya.
A320neo Dikirim
Airbus menyatakan pengiriman pesawat A320neo tetap sesuai dengan kesepakatan. Jaminan itu menyusul permasalahan dengan mesin Pratt & Whitney. “Pratt telah memberikan informasi kepada Airbus bahwa isu mesin telah diatasi. Itu menjadi faktor yang menghambat dalam empat bulan terakhir,” kata Kepala Airbus India Anand Stanley.
Bulan lalu Badan Pengawas Keselamatan Penerbangan India memaksa maskapai melaksanakan pemeriksaan ekstra terhadap Airbus A320neo degan mesin Pratt & Whitney. Itu merupakan protokol keselamatan setelah ada perintah penarikan pesawat tersebut pada tahun lalu. IndiGo, maskapai terbesar di India, dan rivalnya berbiaya murah GoAir menerbangkan A320neo. Pesawat itu mulai terbang pada awal 2016 dan dianggap lebih irit bahan bakar.
IndiGo memiliki lebih dari 60 A320neo dan menjadi salah satu pelanggan terbesar karena telah memesan lebih dari 400 pesawat. Sedangkan GoAir memiliki 30 pesawat A320neo pada armadanya dan telah memesan lebih dari 100 pesawat jenis tersebut. “Tingkat ketersediaan A320neo kini mencapai 99,6%,” ujar Staley.
Sementara itu, Airbus menyatakan harus membuat keputusan sulit terkait investasi jika Inggris resmi keluar dari Uni Eropa (UE). Mereka telah menyiapkan jutaan euro sebagai bentuk persiapan menghadapi Brexit (Britain Exit).
“Jika
tidak terjadi kesepakatan, itu akan menjadi bencana bagi kita,” kata
Wakil Presiden Senior Airbus Katherine Bennett kepada BBC. “Beberapa
kesulitan telah dibuat jika tidak ada kesepakatan Brexit. Kita akan
melihat investasi masa depan,” paparnya.
Biaya puluhan juta euro yang dikeluarkan Airbus, menurut Bennett, bertujuan untuk menyiapkan suku cadang dan mengamankan sistem teknologi informasi. Kemudian, Airbus akan menghentikan produksi pesawat superjumbo A380 dikarenakan penurunan pesanan dari banyak maskapai. Apalagi, pesawat itu sempat mendominasi langit.
Pesawat terbesar di dunia yang memiliki dua dek kabin untuk menampung 544 penumpang untuk desain standar memang didesain untuk menantang pesawat legendaris Boeing 747. Tapi, A380 dinilai gagal karena generasi pesawat baru justru lebih kecil. Airbus kemarin mengungkapkan A380 terakhir akan dikirim ke maskapai pada 2021.
Kabar tak terduga dari Airbus itu setelah Emirates-pelanggan A380 terbesar-memutuskan untuk mengurangi pesanan pesawat superjumbo yang ikonik itu. Emirates memutuskan untuk membeli 30 pesawat A350 dan 40 A330neo yang berukuran lebih kecil. Itu dilakukan dalam upaya restrukturisasi.
“Ini adalah keputusan sulit bagi kita. Kita telah berinvestasi cukup banyak usaha, banyak sumber daya, dan banyak keringat. Tapi, kita harus realistis,” kata CEO Airbus Tom Enders dilansir Reuters.
Airbus akan berunding dengan serikat pekerja dalam beberapa pekan mendatang. Penghentian produksi A380 akan berdampak terhadap 3.000 hingga 3.500 pekerjaan. Biaya penghentian produksi bisa memakan dana senilai 463 juta euro, dan bisa mencapai 1 miliar euro karena utang pemerintahan Eropa.
Hingga 2021 Airbus hanya akan memproduksi 17 A380, termasuk 14 untuk Emirates dan tiga untuk maskapai ANA dari Jepang. Untuk menjamin pelanggan Airbus dari Asia hingga Eropa, Enders menjamin Airbus akan tetap mendukung pelayanan A380 ke depannya.
Biaya puluhan juta euro yang dikeluarkan Airbus, menurut Bennett, bertujuan untuk menyiapkan suku cadang dan mengamankan sistem teknologi informasi. Kemudian, Airbus akan menghentikan produksi pesawat superjumbo A380 dikarenakan penurunan pesanan dari banyak maskapai. Apalagi, pesawat itu sempat mendominasi langit.
Pesawat terbesar di dunia yang memiliki dua dek kabin untuk menampung 544 penumpang untuk desain standar memang didesain untuk menantang pesawat legendaris Boeing 747. Tapi, A380 dinilai gagal karena generasi pesawat baru justru lebih kecil. Airbus kemarin mengungkapkan A380 terakhir akan dikirim ke maskapai pada 2021.
Kabar tak terduga dari Airbus itu setelah Emirates-pelanggan A380 terbesar-memutuskan untuk mengurangi pesanan pesawat superjumbo yang ikonik itu. Emirates memutuskan untuk membeli 30 pesawat A350 dan 40 A330neo yang berukuran lebih kecil. Itu dilakukan dalam upaya restrukturisasi.
“Ini adalah keputusan sulit bagi kita. Kita telah berinvestasi cukup banyak usaha, banyak sumber daya, dan banyak keringat. Tapi, kita harus realistis,” kata CEO Airbus Tom Enders dilansir Reuters.
Airbus akan berunding dengan serikat pekerja dalam beberapa pekan mendatang. Penghentian produksi A380 akan berdampak terhadap 3.000 hingga 3.500 pekerjaan. Biaya penghentian produksi bisa memakan dana senilai 463 juta euro, dan bisa mencapai 1 miliar euro karena utang pemerintahan Eropa.
Hingga 2021 Airbus hanya akan memproduksi 17 A380, termasuk 14 untuk Emirates dan tiga untuk maskapai ANA dari Jepang. Untuk menjamin pelanggan Airbus dari Asia hingga Eropa, Enders menjamin Airbus akan tetap mendukung pelayanan A380 ke depannya.
Credit sindonews.com