WASHINGTON
- Arab Saudi dan mitra koalisinya di Yaman, Uni Emirat Arab (UEA)
dituduh memberikan senjata buatan Amerika Serikat (AS) kepada
kelompok-kelompok yang terkait dengan al-Qaeda. Kelompok milisi yang
komandannya pernah melayani cabang ISIS di Yaman juga disebut ikut
menerima senjata tersebu.
Tuduhan itu muncul dari laporan investigasi CNN. Tuduhan itu menguatkan laporan serupa yang pernah diterbitkan Al Jazeera. Bedanya, laporan CNN menyebut senjata-senjata AS juga telah jatuh ke tangan pemberontak Houthi yang sejatinya sedang diperangi koalisi pimpinan Arab Saudi.
Arab Saudi dan UEA mulai terlibat perang di Yaman pada 2015. Koalisi Arab tersebut melakukan intervensi militer atas permintaan pemerintah Presiden Yaman Abd Rabbo Mansour Hadi yang nyaris digulingkan kelompok Houthi.
Tuduhan itu muncul dari laporan investigasi CNN. Tuduhan itu menguatkan laporan serupa yang pernah diterbitkan Al Jazeera. Bedanya, laporan CNN menyebut senjata-senjata AS juga telah jatuh ke tangan pemberontak Houthi yang sejatinya sedang diperangi koalisi pimpinan Arab Saudi.
Arab Saudi dan UEA mulai terlibat perang di Yaman pada 2015. Koalisi Arab tersebut melakukan intervensi militer atas permintaan pemerintah Presiden Yaman Abd Rabbo Mansour Hadi yang nyaris digulingkan kelompok Houthi.
Menurut CNN,
yang mengutip komandan dan analis setempat, Koalisi Arb menggunakan
senjata buatan AS sebagai bentuk mata uang untuk membeli loyalitas
milisi atau suku. "Untuk mendukung aktor bersenjata terpilih, dan
memengaruhi lanskap politik yang kompleks," bunyi laporan tersebut, yang
dikutip Rabu (6/2/2019).
Menurut Pentagon, kedua monarki Teluk melanggar ketentuan perjanjian senjata dengan Washington.
Seorang pejabat pertahanan AS mengatakan kepada CNN bahwa ada penyelidikan yang sedang berlangsung terhadap masalah ini.
Mengutip situasi di kota Taiz yang sedang bergejolak, CNN mengatakan bahwa al-Qaeda telah membentuk aliansi menguntungkan dengan milisi pro-Saudi yang mereka perjuangkan bersama.
Sebagai contoh, kelompok milisi Brigade Abu al-Abbas memiliki kendaraan lapis baja Oshkosh buatan AS yang diarak di kota itu dalam unjuk kekuatan tahun 2015.
Abu al-Abbas, pendiri milisi, diberi sanksi oleh AS pada tahun 2017 karena diduga mendanai al-Qaeda dan cabang ISIS di Yaman.
"Koalisi masih mendukung saya," kata al-Abbas dalam sebuah wawancara pada bulan Desember dengan Washington Post. "Jika saya benar-benar seorang teroris, mereka akan membawa saya untuk diinterogasi."
Laporan CNN menambahkan, kelompok al-Abbas masih menikmati dukungan dari koalisi yang dipimpin Saudi.
Menurut Pentagon, kedua monarki Teluk melanggar ketentuan perjanjian senjata dengan Washington.
Seorang pejabat pertahanan AS mengatakan kepada CNN bahwa ada penyelidikan yang sedang berlangsung terhadap masalah ini.
Mengutip situasi di kota Taiz yang sedang bergejolak, CNN mengatakan bahwa al-Qaeda telah membentuk aliansi menguntungkan dengan milisi pro-Saudi yang mereka perjuangkan bersama.
Sebagai contoh, kelompok milisi Brigade Abu al-Abbas memiliki kendaraan lapis baja Oshkosh buatan AS yang diarak di kota itu dalam unjuk kekuatan tahun 2015.
Abu al-Abbas, pendiri milisi, diberi sanksi oleh AS pada tahun 2017 karena diduga mendanai al-Qaeda dan cabang ISIS di Yaman.
"Koalisi masih mendukung saya," kata al-Abbas dalam sebuah wawancara pada bulan Desember dengan Washington Post. "Jika saya benar-benar seorang teroris, mereka akan membawa saya untuk diinterogasi."
Laporan CNN menambahkan, kelompok al-Abbas masih menikmati dukungan dari koalisi yang dipimpin Saudi.
"Amerika
Serikat belum mengizinkan Kerajaan Arab Saudi atau Uni Emirat Arab
untuk mentransfer kembali peralatan apa pun ke pihak-pihak di Yaman,"
kata juru bicara Pentagon Johnny Michael kepada CNN.
"Pemerintah AS tidak dapat mengomentari investigasi yang tertunda dari klaim pelanggaran penggunaan (senjata) dari artikel dan layanan pertahanan," imbuh Michael.
AS sejauh ini merupakan pemasok senjata terbesar untuk Arab Saudi dan UEA. Dukungan Washington sangat penting bagi perang berkelanjutan di Yaman oleh koalisi yang dipimpin Saudi. Baik Saudi maupun UEA belum mengomentari laporan investigasi soal transfer senjata buatan AS ke para kelompok militan di Yaman.
"Pemerintah AS tidak dapat mengomentari investigasi yang tertunda dari klaim pelanggaran penggunaan (senjata) dari artikel dan layanan pertahanan," imbuh Michael.
AS sejauh ini merupakan pemasok senjata terbesar untuk Arab Saudi dan UEA. Dukungan Washington sangat penting bagi perang berkelanjutan di Yaman oleh koalisi yang dipimpin Saudi. Baik Saudi maupun UEA belum mengomentari laporan investigasi soal transfer senjata buatan AS ke para kelompok militan di Yaman.
Credit sindonews.com