MOSKOW
- Duta Besar Prancis untuk Rusia, Sylvie Bermann mengatakan, pembahasan
mengenai kemungkinan mengikuti langkah Amerika Serikat (AS) untuk
menarik pasukan dari Suriah saat ini sedang berlangsung di Paris.
"Potensi penarikan pasukan Prancis dari Suriah saat ini sedang dibahas. Masalah ini sedang dibahas," kata Bermann dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Sputnik pada Selasa (12/2).
Dia menuturkan, pembahasan mengenai penarikan pasukan ini muncul tidak lama setelah Presiden AS, Donald Trump mengumumkan akan menarik pasukan pada Desember lalu. Di mana, menurut Bermann keputusan ini benar-benar mengejutkan Paris.
"Potensi penarikan pasukan Prancis dari Suriah saat ini sedang dibahas. Masalah ini sedang dibahas," kata Bermann dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Sputnik pada Selasa (12/2).
Dia menuturkan, pembahasan mengenai penarikan pasukan ini muncul tidak lama setelah Presiden AS, Donald Trump mengumumkan akan menarik pasukan pada Desember lalu. Di mana, menurut Bermann keputusan ini benar-benar mengejutkan Paris.
"Ya,
seperti semua orang, kami terkejut ketika AS mengatakan telah menarik
tentaranya dari Suriah. Sejak saat itu, kami telah melakukan kontak
terus-menerus dengan kepemimpinan AS, tetapi Prancis juga telah memikul
tanggung jawab tertentu sebagai bagian dari koalisi," ucapnya.
"Apa yang kami temukan agak meyakinkan adalah bahwa ini adalah tentang penarikan pasukan secara bertahap dan terencana," sambung diplomat senior Prancis tersebut.
"Apa yang kami temukan agak meyakinkan adalah bahwa ini adalah tentang penarikan pasukan secara bertahap dan terencana," sambung diplomat senior Prancis tersebut.
Sebelumnya,
pada Januari, Presiden Prancis Emmanuel Macron sempat mengatakan bahwa
Prancis akan terus terlibat secara militer di Timur Tengah dalam koalisi
internasional sepanjang 2019. Sebab menurutnya, pertempuran melawan
ISIS belum berakhir.
Pernyataan itu muncul setelah serangan bom bunuh diri yang diklaim oleh militan ISIS yang menewaskan sedikitnya 16 orang, termasuk dua anggota pasukan AS.
Pernyataan itu muncul setelah serangan bom bunuh diri yang diklaim oleh militan ISIS yang menewaskan sedikitnya 16 orang, termasuk dua anggota pasukan AS.
Credit sindonews.com