CARACAS
- Menteri Pertahanan (Menhan) Venezuela Vladimir Padrino memerintahkan
Angkatan Bersenjata negara tersebut tetap siaga di sepanjang perbatasan
negara untuk mencegah potensi pelanggaran teritorial. Dia menantang
siapa pun yang ingin menggulingkan Presiden Nicolas Maduro untuk
melangkahi mayat para tentara.
Padrino mengatakan para perwira dan tentara Venezuela tetap patuh dan tunduk kepada Presiden Maduro, yang oleh sekitar 50 negara di seluruh dunia tidak lagi mengakuinya sebagai kepala negara yang sah. Dia menolak pemaksaan pemerintahan baru, meski ada dorongan dari asing sekalipun.
"Mereka yang berupaya menjadi presiden di sini, di Venezuela, harus melangkahi mayat kami," katanya, dalam komentar yang disiarkan di stasiun televisi pemerintah, yang dikutip Al Jazeera, Rabu (20/2/2019).
Padrino mengatakan para perwira dan tentara Venezuela tetap patuh dan tunduk kepada Presiden Maduro, yang oleh sekitar 50 negara di seluruh dunia tidak lagi mengakuinya sebagai kepala negara yang sah. Dia menolak pemaksaan pemerintahan baru, meski ada dorongan dari asing sekalipun.
"Mereka yang berupaya menjadi presiden di sini, di Venezuela, harus melangkahi mayat kami," katanya, dalam komentar yang disiarkan di stasiun televisi pemerintah, yang dikutip Al Jazeera, Rabu (20/2/2019).
Komentar
Padrino itu merujuk pada pemimpin oposisi Juan Guaido, yang telah
mendeklarasikan diri sebagai presiden sementara Veneuela dan mengecam
Maduro sebagai pemimpin tidak sah.
Komitmen loyalitas Menhan Padrino disampaikan setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mendesak militer Venezuela untuk menerima tawaran amnesti dan mendukung pemimpin oposisi Juan Guaido atau kehilangan segalanya.
Ancaman Trump disampaikan saat berbicara kepada para pendukung dan ekspatriat Venezuela di Miami pada hari Minggu waktu setempat. Dia memiliki pesan untuk para pejabat yang membantu menjaga Maduro tetap pada kekuasaannya.
"Mata seluruh dunia tertuju pada Anda hari ini, setiap hari dan setiap hari di masa depan," katanya.
"Anda tidak bisa bersembunyi dari pilihan yang sekarang berhadapan dengan Anda. Anda dapat memilih untuk menerima tawaran amnesti murah hati dari Presiden Guaido untuk menjalani hidup Anda dengan damai bersama keluarga dan bangsa Anda," kata Trump.
"Atau Anda bisa memilih jalan kedua; terus mendukung Maduro. Jika Anda memilih jalan ini, Anda tidak akan menemukan pelabuhan yang aman, tidak ada jalan keluar yang mudah dan tidak ada jalan keluar. Anda akan kehilangan segalanya," imbuh dia.
Komitmen loyalitas Menhan Padrino disampaikan setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mendesak militer Venezuela untuk menerima tawaran amnesti dan mendukung pemimpin oposisi Juan Guaido atau kehilangan segalanya.
Ancaman Trump disampaikan saat berbicara kepada para pendukung dan ekspatriat Venezuela di Miami pada hari Minggu waktu setempat. Dia memiliki pesan untuk para pejabat yang membantu menjaga Maduro tetap pada kekuasaannya.
"Mata seluruh dunia tertuju pada Anda hari ini, setiap hari dan setiap hari di masa depan," katanya.
"Anda tidak bisa bersembunyi dari pilihan yang sekarang berhadapan dengan Anda. Anda dapat memilih untuk menerima tawaran amnesti murah hati dari Presiden Guaido untuk menjalani hidup Anda dengan damai bersama keluarga dan bangsa Anda," kata Trump.
"Atau Anda bisa memilih jalan kedua; terus mendukung Maduro. Jika Anda memilih jalan ini, Anda tidak akan menemukan pelabuhan yang aman, tidak ada jalan keluar yang mudah dan tidak ada jalan keluar. Anda akan kehilangan segalanya," imbuh dia.
Pada hari Minggu Guaido menuduh pemerintah Maduro "tidak rasional" karena mengusir lima anggota parlemen Eropa yang berkunjung.
Anggota Parlemen Eropa diusir tanpa penjelasan itu termasuk Esteban Gonzalez Pons dari Spanyol, Gabriel Mato Adrover dan Esther de Lange dari Belanda dan Paulo Rangel dari Portugal.
Menteri Luar Negeri Jorge Arreaza mengatakan Eropa memiliki "tujuan konspirasi" dan para anggota parlemen itu dikirim kembali dari bandara Maiquetia.
Anggota Parlemen Eropa diusir tanpa penjelasan itu termasuk Esteban Gonzalez Pons dari Spanyol, Gabriel Mato Adrover dan Esther de Lange dari Belanda dan Paulo Rangel dari Portugal.
Menteri Luar Negeri Jorge Arreaza mengatakan Eropa memiliki "tujuan konspirasi" dan para anggota parlemen itu dikirim kembali dari bandara Maiquetia.
Credit sindonews.com