New Delhi (CB) - Lockheed Martin, Rabu, menawarkan kepada
India sebuah jet tempur baru F-21, yang akan dibuat di India dalam upaya
untuk menyabet pesanan militer senilai lebih dari 15 miliar dolar AS
(sekitar Rp210,6 triliun).
Perusahaan produksi pertahanan Amerika Serikat itu sebelumnya menawarkan pesawat tempur F-16, yang digunakan berbagai negara di dunia, untuk mengikuti kompetisi yang sedang digelar Angkatan Udara India bagi pembuatan 114 pesawat yang akan diproduksi di India.
Namun Lockheed, yang menyampaikan rencana tersebut pada pameran dirgantara di kota selatan Bengaluru, mengatakan pihaknya menawarkan India sebuah pesawat baru yang dirancang berdasarkan kebutuhan negara itu.
"F-21 ini beda, baik di dalam maupun luarnya," kata Vivek Lall, Wakil Kepala Strategi dan Pengembangan Bisnis Lockheed Martin Aeronautics, dalam pernyataan.
Lockheed Martin akan membuat pesawat tersebut bersama Tata Advanced Systems, kata perusahaan itu.
Lockheed saat ini bersaing dengan jet tempur F/A-18 buatan Boeing, Gripen buatan Saab, Rafale buatan Dassault Aviation, Eurofighter Typhoon dan sebuah pesawat Rusia untuk pesanan angkatan udara.
Perusahaan produksi pertahanan Amerika Serikat itu sebelumnya menawarkan pesawat tempur F-16, yang digunakan berbagai negara di dunia, untuk mengikuti kompetisi yang sedang digelar Angkatan Udara India bagi pembuatan 114 pesawat yang akan diproduksi di India.
Namun Lockheed, yang menyampaikan rencana tersebut pada pameran dirgantara di kota selatan Bengaluru, mengatakan pihaknya menawarkan India sebuah pesawat baru yang dirancang berdasarkan kebutuhan negara itu.
"F-21 ini beda, baik di dalam maupun luarnya," kata Vivek Lall, Wakil Kepala Strategi dan Pengembangan Bisnis Lockheed Martin Aeronautics, dalam pernyataan.
Lockheed Martin akan membuat pesawat tersebut bersama Tata Advanced Systems, kata perusahaan itu.
Lockheed saat ini bersaing dengan jet tempur F/A-18 buatan Boeing, Gripen buatan Saab, Rafale buatan Dassault Aviation, Eurofighter Typhoon dan sebuah pesawat Rusia untuk pesanan angkatan udara.
Credit antaranews.com