Festival musik itu dimulai sejak 20 Desember 2018 dan berakhir pada 23 Februari lalu.
CB,
AL ULA – Musik kini bukan menjadi hal yang tabu di Arab Saudi. Bahkan,
musik menjadi pertunjukan yang digunakan untuk memikat wisatawan.
Di bawah kepemimpinan penguasa
de facto
Putra Mahkota Muhammad bin Salman, Saudi mulai gencar melakukan
reformasi di segala bidang. Termasuk di bidang hiburan dan pariwisata.
Para pejabat di bawah pemerintahannya berusaha membangun
industri pariwisata dan budaya Saudi dengan mempromosiokan acara-acara
seperti halnya festival musik.
Hal ini berbeda
dengan beberapa tahun terakhir, di mana festival musik semacam itu tidak
akan ada di daerah terpencil dari Kerajaan Saudi di bawah pemerintahan
yang konservatif.
Strategi ini memang sejalan dengan
upaya Pangeran Salman untuk melonggarkan pembatasan pada hiburan dan
ekspresi budaya yang populer.
Pangeran berusia 33
tahun itu berada di balik sejumlah perubahan di Saudi, termasuk dengan
diizinkannya pertunjukan musik di kafe-kafe dan tempat lainnya.
Dalam
mengembangkan industri pariwisata, pemerintah Saudi memusatkan
perhatian pada kota karavan kuno Al Ula di Hejaz, sebuah wilayah barat
yang telah menjadi persimpangan bagi para pedagang antara kekaisaran
Mediterania dan pelabuhan di sepanjang Teluk Aden.
"Kami
menyebut ini tempat masa depan. Jika kamu kembali dalam satu tahun,
tempat ini akan berbeda," kata Maher Mazan, seorang manajer di Shaden
Resort, dilansir di
The New York Times, Kamis (14/2).
Shaden
Resort adalah sebuah hotel baru yang dibangun di antara tebing-tebing
di luar kota, di mana kamar-kamar biasanya dibanderol 440 dolar AS per
malam.
Di tengah padang pasir yang berkilauan di
bawah sinar mahatahari terbenam, aula konser yang baru dengan desain
khas Italia berdiri. Sementara dinding cerminnya memantulkan bukit batu
pasir keemasan dan tebing.
Sementara dalam aula
tersebut, orkestra simfoni dari Cina dengan lagu klasik Barat telah
bersiap menyambut konser yang menampilkan pianis asal Cina, Lang Lang.
Konser
ini merupakan bagian dari seri dengan penampilan dari Andrea Bocelli,
Yanni, dan Majida El Roumi yang berlangsung musim dingin ini di Saudi.
Sebenarnya,
sejarah yang kaya dan situs arkeologi di Al Ula telah lama menarik hati
Raja Salman, ayah dari putra mahkota. Pada 2017, Raja Salman mendirikan
Komisi Kerajaan untuk Al-Ula.
Hal itu bertujuan untuk melestarikan arkeologi bebatuan yang menarik perhatian, terlepas dari asal usulnya sebelum Islam.
Di
samping itu, tentu tujuannya untuk lebih banyak wisatawan. Komisi ini
juga mulai mempertimbangkan untuk menggelar serangkaian konser.
Pusat
dari area pariwisata itu adalah Mada'in Saleh atau Al Hijr. Di sana
terdapat lebih dari 100 makam menjulang yang diukir di lereng bukit.
Saat matahari terbenam, nuansa di sana tampak seperti cahaya emas yang mengkilap.
Area ini adalah bagian selatan dari wilayah Nabatea, yang mengukir Petra, kota batu pasir yang terkenal di Yordania.
Makam-makam
tersebut berasal dari dua ribu tahun yang lalu. Banyak orang Saudi
percaya bahwa mereka dikutuk, yang menjadi tempat tinggal jin.
Yang
terdekat dari area itu adalah stasiun yang diawetkan dari Rel Kereta
Api Hejaz yang sudah tidak ada. Rel kereta api tersebut merupakan jalur
yang dibangun di era Ottoman oleh para insinyur Jerman dan Turki. Pada
1908, rel tersebut membentang sepanjang 800 mil dari Damaskus ke
Madinah.
Di suatu sore, seorang pemandu memimpin
sekelompok pengunjung asing dengan mobil pertama menuju stasiun kereta,
kemudian ke makam Nabatean.
Seorang pemandu,
Mohammed al-Anzi, mengatakan wilayah itu telah didominasi pada zaman
kuno oleh empat peradaban yang berbeda. Beberapa orang telah pindah ke
sana dari Yunani, katanya, sembari menunjuk ke elang yang diukit di atas
ambang pintu.
"Belakangan, orang Romawi
menghancurkan orang Nabatea. Peradaban datang, peradaban pergi. Inilah
hidup, sejak awal kehidupan," ujar al-Anzi.
Di
antara para wisatawan tersebut terdapat pasangan Cina-Inggris yang
tampak tengah melihat bangunan dan mengambil foto dan video untuk
dikirim ke situs web wisata Tiongkok.
Berjalan ke
satu makam, mereka bertanya tentang tiga relung penguburan. Al-Anzi
mengatakan, bahwa kebiasaan dahulu ialah membungkus mayat dengan kulit
binatang dan menghiasi mereka dengan perhiasan.
Para turis itu lantas keluar dari daerah itu. Mereka kemudian melihat rumah-rumah yang ditinggalkan berdinding lumpur.
Menurut
al-Anzi, orang-orang diminta untuk pindah setelah ini ditetapkan
sebagai Situs Warisan Dunia pertama Arab Saudi. Ia merujuk pada label
yang diberikan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).
Keajaiban abadi dan tajam dari Mada'in Saleh kontras dengan ornamen mewah dari festival musik bernama Winter at Tantora.
Pada awal Februari, setidaknya 30 ribu orang telah menghadiri acara festival di akhir pekan.
Festival musik itu dimulai sejak 20 Desember 2018 dan berakhir pada 23 Februari lalu, setelah diperpanjang dua pekan.