CB, Jakarta - Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menuduh AS munafik karena diduga berusaha menjual teknologi nuklir ke Arab Saudi secara terburu-buru, ketika Washington mencoba merusak program nuklir Iran.
Komentar Zarif di Twitter pada hari Rabu muncul setelah laporan pemerintahan Presiden Donald Trump berusaha memajukan penjualan pembangkit listrik tenaga nuklir ke Arab Saudi tanpa izin Kongres.
"Hari demi hari menjadi lebih jelas bagi dunia apa yang selalu jelas bagi kami: baik hak asasi manusia maupun program nuklir tidak menjadi perhatian nyata AS," tulis Zarif, dikutip dari laporan Aljazeera, 21 Februari 2019.
"Mula-mula seorang jurnalis yang dimutilasi; penjualan ilegal teknologi nuklir ke Arab Saudi sekarang sepenuhnya mengekspos #Hypocrisy," tambah Zarif, merujuk pada pembunuhan penulis Saudi Jamal Khashoggi di tangan agen-agen Saudi, dan laporan baru oleh komite kongres AS tentang penjualan teknologi nuklir ke Saudi.
Upaya untuk menjual teknologi nuklir ke Arab Saudi melanggar undang-undang AS yang menjaga transfer teknologi, kata laporan kongres itu.
Berita tentang penjualan yang direncanakan itu diterima dengan kekhawatiran oleh para analis keamanan yang mengatakan transfer teknologi nuklir AS yang sangat sensitif dapat membuka jalan bagi produksi senjata nuklir di kerajaan Saudi.
Komite DPR AS yang dipimpin Demokrat sekarang sedang menyelidiki upaya perusahaan-perusahaan tenaga nuklir AS untuk memenangkan persetujuan pemerintahan Trump untuk membangun pembangkit listrik tenaga nuklir di Arab Saudi dan negara-negara Arab lainnya.
Sasaran utama penyelidikan komite adalah upaya IP3 International, konsorsium produsen tenaga nuklir yang mulai melobi selama transisi Trump pada akhir 2016 dan awal 2017 untuk memenangkan persetujuan presiden Trump untuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga nuklir di Arab Saudi.
Komentar Zarif di Twitter pada hari Rabu muncul setelah laporan pemerintahan Presiden Donald Trump berusaha memajukan penjualan pembangkit listrik tenaga nuklir ke Arab Saudi tanpa izin Kongres.
"Hari demi hari menjadi lebih jelas bagi dunia apa yang selalu jelas bagi kami: baik hak asasi manusia maupun program nuklir tidak menjadi perhatian nyata AS," tulis Zarif, dikutip dari laporan Aljazeera, 21 Februari 2019.
"Mula-mula seorang jurnalis yang dimutilasi; penjualan ilegal teknologi nuklir ke Arab Saudi sekarang sepenuhnya mengekspos #Hypocrisy," tambah Zarif, merujuk pada pembunuhan penulis Saudi Jamal Khashoggi di tangan agen-agen Saudi, dan laporan baru oleh komite kongres AS tentang penjualan teknologi nuklir ke Saudi.
Upaya untuk menjual teknologi nuklir ke Arab Saudi melanggar undang-undang AS yang menjaga transfer teknologi, kata laporan kongres itu.
Berita tentang penjualan yang direncanakan itu diterima dengan kekhawatiran oleh para analis keamanan yang mengatakan transfer teknologi nuklir AS yang sangat sensitif dapat membuka jalan bagi produksi senjata nuklir di kerajaan Saudi.
Komite DPR AS yang dipimpin Demokrat sekarang sedang menyelidiki upaya perusahaan-perusahaan tenaga nuklir AS untuk memenangkan persetujuan pemerintahan Trump untuk membangun pembangkit listrik tenaga nuklir di Arab Saudi dan negara-negara Arab lainnya.
Sasaran utama penyelidikan komite adalah upaya IP3 International, konsorsium produsen tenaga nuklir yang mulai melobi selama transisi Trump pada akhir 2016 dan awal 2017 untuk memenangkan persetujuan presiden Trump untuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga nuklir di Arab Saudi.
Credit tempo.co