CB, RAKHINE -- Suku Rohingya tinggal di Myanmar
yang mayoritas penduduknya beragama Buddha. Mereka tinggal di Rakhine di
wilayah utara. Mereka hidup dalam kondisi yang menyedihkan seperti
kondisi era politik apartheid zaman dahulu di Afrika Selatan.
Seperti dilansi Aljazirah, Sabtu, (4/2)
hingga saat ini Yangon tak mengakuiRohingya sebagai etnik minoritas
mereka. Yangon menyebut suku Rohingya sebagai migran ilegal yang berasal
dari Bangladesh. Padahal banyak suku Rohingya yang hidup di Myanmar
dari generasi ke generasi.
Investigasi yang dilakukan oleh Pemerintah Myanmar
sendiri tak menunjukkan jika pasukan keamanan Myanmar melakukanoperasi
pemusnahan suku Rohingya. Meskipun faktanya mereka melakukan pemusnahan
terhadap suku Rohingya dan buktinya sudah tersebar ke seluruh dunia
lewat berbagai media.
Saat ini terdapat66 ribu suku Rohingya melarikan
diri dari Rakhine menuju Bangladesh sejak pasukan keamanan melakukan
operasi balas dendam karena pos polisi di perbataaan diserang pada 9
Oktober lalu.
Menurut data lembaga kemanusiaan PBB baru-baru ini,
jumlah pengungsi Rohingya ke Bangladesh mencapai69 ribu orang. Ini
menunjukkan adanya gelombang pengungsian yang dilakukan terus-menerus ke
Bangladesh.
Seperti dilansir Independent, bayi dan
anak-anak digorok dengan pisau selama kampanye militer pasukan keamanan
Myanmar. Ini merupakan laporan PBB yang isinya mengerikan. Bayi berusia
delapan bulan, lima tahun, dan enam tahun dilaporkan dibunuh dengan cara
ditusuk sampai mati di rumah mereka selama operasi pemusnahan suku
Rohingya.
Laporan PBB mengenai kondisi mengerikan suku
Rohingya diterbitkan di Jenewa, setelah para investigator mengumpulkan
testimoni dari para korban dan saksi suku Rohingya yang melarikan diri
dari Rakhine ke Bangladesh.
Credit REPUBLIKA.CO.ID