Menurut Hassoun, seperti dilansir Al Arabiya pada Senin (29/2), kerjasama ini termasuk menyerahkan kota Palmyra sebanyak dua kali ke ISIS. "Data tersebut akan diserahkan kepada PBB," ucap Hasooin.
Hassoun juga menyatakan, serangan terhadap Homs dieksekusi oleh pasukan pemerintah dan oposisi memiliki bukti yang membuktikan ada hubungan antara rezim dan ISIS, serta koordinasi antara mereka satu sama lain.
Sementara itu, Naser al-Hariri, anggota delegasi oposisi Suriah lainnya, menuduh delegasi pemerintah mencoba untuk menyabotase perundingan, dan menambahkan delegasi terdiri dari setidaknya lima orang dari dua kelompok, Kairo, dan Moskow.
"Delegasi rezim tidak berbicara tentang serangan udara yang dilakukan terhadap masyarakat sipil," ucap Hariri.
"Posisi kami adalah jujur dan jelas dalam mengutuk semua serangan terorisme dan teroris, kami juga mengutuk ISIS dan semua orang yang berhubungan dengan agenda patriotik dan memecah belah Suriah," sambungnya.
Credit sindonews.com
Bom Guncang Homs, Mata-mata Top Rezim Suriah Terbunuh
HOMS - Rentetan serangan bom bunuh diri mengguncang Homs, Suriah, pada Sabtu kemarin. Sebanyak 32 orang terbunuh, termasuk kepala intelijen atau mata-mata top militer rezim Suriah, Jenderal Hassan Daabul.Stasiun televisi pemerintah Suriah melaporkan, Jenderal Daabul—intelijen kepercayaan Presiden Bashar al-Assad—menjadi salah satu korban tewas dalam salah satu dari tiga serangan bom.
Seorang saksi mata mengatakan seorang pengebom bunuh diri berlari ke kantor Daabul dan meledakkan diri dengan bahan peledak.
Kepala Divisi Keamanan Negara Ibrahim Darwish juga ikut terluka akibat serangan bom tersebut. Dia kini dalam kondisi kritis.
Sementara itu, Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) melaporkan bahwa pasukan Assad pada hari yang sama juga meluncurkan serangan udara yang menewaskan 13 orang di berbagai wilayah di Suriah. Rentetan serangan rezim Suriah ini termasuk menewaskan tiga orang di al-Waer, kantong pemberontak Suriah di Homs.
Berbicara kepada Al Jazeera di Jenewa, juru bicara salah satu divisi dari Tentara Pembebasan Suriah (FSA), Issam al-Reis, menuduh pemerintah Assad meluncurkan serangan untuk mempengaruhi perundingan di Jenewa.
”Selama perundingan terakhir Jenewa, ledakan terjadi di wilayah pemerintah Sayyda Zeinab, tapi sekarang kita sedang berbicara tentang militer dan divisi keamanan di dalam ‘Zona Hijau' (Homs). Tidak ada yang diperbolehkan untuk memasuki wilayah tersebut, bahkan tidak boleh mendekat,” katanya.
Talal Barzani, Gubernur Provinsi Homs, mengatakan total ada tiga ledakan di wilayahnya. Korban tewas, kata dia mencapai 32 orang dan korban luka mencapai 20 orang.
Credit sindonews.com
PBB Sebut Serangan Homs Upaya Menggagalkan Perundingan Damai
JENEWA - Utusan PBB untuk Suriah Staffan de Mistura angkat bicara mengenai serangan di kota Suriah, Homs. Ia menyebut serangan tersebut sebagai serangan teroris yang mengerikan. Serangan itu dianggap sebagai upaya menggagalkan pembicaraan damai Suriah yang tengah berlangsung di Jenewa."Spoilers selulu berharap, dan terus berharap, untuk mencoba mempengaruhi proses perundingan," begitu pernyataan de Mistura dalam pernyataan yang dirilis oleh kantornya seperti dikutip dari Reuters, Minggu (26/2/2017).
"Hal ini demi kepentingan semua pihak yang menentang terorisme dan berkomitmen untuk proses politik di Suriah tidak mengizinkan upaya ini berhasil," sambung pernyataan itu.
Rentetan serangan bom bunuh diri mengguncang Homs, Suriah, pada Sabtu kemarin. Sebanyak 32 orang terbunuh, termasuk kepala intelijen atau mata-mata top militer rezim Suriah, Jenderal Hassan Daabul.
Talal Barzani, Gubernur Provinsi Homs, mengatakan total ada tiga ledakan di wilayahnya. Korban tewas, kata dia mencapai 32 orang dan korban luka mencapai 20 orang.
Credit sindonews.com