Ilustrasi kapal induk AS. Paman Sam
akan mengirimkan kapal pengangkut pesawat semacam ini ke Laut China
Selatan. (Ron Reeves via Wikimedia)
Menurut pernyataan Angkatan Laut AS, pengangkut 60 pesawat tempur dengan bobot 97 ribu ton ini berlayar mulai Sabtu (18/2), didampingi oleh kapal penghancur rudal Wayne E Meyer.
Operasi ini dilaksanakan di tengah ketegangan AS dan China soal teritori dan perdagangan, seiring dengan sikap keras pemerintahan Donald Trump terhadap negara tersebut.
Dalam konferensi pers Rabu pekan lalu, Kementerian Luar Negeri China menyatakan telah mendengar rencana pelayaran kapal induk AS ini dan memeringatkan Washington agar tidak mengganggu kedaulatannya.
"China menghormati dan menjunjung kebebasan navigasi dan penerbangan di Laut China Selatan, yang dinikmati sejumlah negara di bawah hukum internasional, tapi menolak dengan keras upaya negara manapun untuk melecehkan kedaulatan China dan keamanan atas nama kebebasan tersebut," kata juru bicara Geng Shuang, dikutip CNN, Senin (20/2).
Laut China Selatan itu adalah rute pengapalan krusial bagi sejumlah negara yang memperebutkannya.
Negeri Tirai Bambu memang mempunyai sejarah panjang soal persengketaan periran tersebut.
Mereka mengklaim sebagian besar Laut China Selatan, termasuk pulau-pulau yang berjarak lebih dari 1.000 kilometer dari daratan, meski ditentang para tetangganya seperti Filipina, Malaysia, Brunei dan Vietnam.
Beijing juga membuat sejumlah pulau buatan di kawasan dan mempersenjatainnya. Menurut pemerintah Amerika, China sudah membangun kembali sejumlah besar daerah di Kepulauan Spratly sejak 2014.
Meski Amerika tidak berpihak dalam sengketa teritorial ini, kapal-kapal perangnya telah melaksanakan operasi rutin "kebebasan navigasi" dekat pulau-pulau tersebut, memancing peringatan Beijing.
Kejadian terakhir dilakukan oleh kapal penghancur rudal USS Decatur, Oktober lalu. Saat itu, China menyebutnya sebagai pelanggaran hukum besar dan provokasi yang disengaja.
Sejauh ini belum diketahui apakah USS Vinson dan Meyer akan melakukan hal serupa.
Credit CNN Indonesia