WASHINGTON
- Sebuah catatan rapat antara Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali
Khamenei, para pemimpin politik dan kepala keamanan negara tersebut
bocor ke media. Bocoran catatan rapat itu menunjukkan kepanikan di
kalangan rezim Iran atas gelombang demonstrasi yang meluas.
Bocoran catatan beberapa rapat hingga 31 Desember 2017 itu dilansir Fox News. Menurut laporan media Amerika Serikat tersebut, catatan yang diterjemahkan dari bahasa Farsi (Persia) ke bahasa Inggris dan diberikan oleh sumber tingkat tinggi di dalam rezim Iran kepada Dewan Perlawanan Nasional Iran (NCRI).
Rapat di antara tokoh-tokoh terkemuka Iran tersebut membahas soal meningkatnya kerusuhan dan bagaimana cara menekannya.
”Pemimpin agama dan pimpinan harus datang ke tempat kejadian sesegera mungkin dan mencegah agar situasi tidak memburuk,” bunyi catatan tersebut. ”Tuhan tolong kami, ini adalah situasi yang sangat kompleks dan berbeda dari kejadian sebelumnya.”
”Di Teheran hari ini, orang-orang meneriakkan slogan melawan Khamenei dan slogan yang digunakan kemarin semuanya bertentangan dengan Khamenei,” imbuh catatan tersebut, yang dikutip Rabu (3/1/2018).
Menurut laporan Fox News, catatan tersebut mengatakan bahwa divisi intelijen Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) memantau situasi dan bekerja sama dalam koordinasi untuk mencegah demonstrasi.
Catatan juga menunjukkan bahwa rezim Iran sadar akan slogan yang dilontarkan para demonstran. Slogan itu antara lain berbunyi “Kematian untuk diktator”, dan ”Pemimpin hidup seperti Tuhan sementara orang-orang hidup seperti pengemis”.
Masih menurut dokumen rapat tersebut, pemimpin NCRI, Maryam Rajavi, dituding telah bersatu untuk pertama kalinya dengan Barat. NCRI merupkan oposisi Iran yang melakukan perlawanan dari luar negeri atau wilayah pengasingan.
Dukungan untuk demonstrasi dari Presiden Trump dan pejabat AS juga disebutkan dalam laporan rapat rezim Iran. ”Amerika Serikat secara resmi mendukung orang-orang di jalanan,” bunyi catatan tersebut. ”AS dan Barat telah bersatu untuk mendukung orang-orang munafik.”
”Pasukan keamanan dan intelijen harus terus memantau situasi di tempat kejadian dan melakukan pengawasan dan kemudian melapor ke kantor pimpinan,” imbuh catatan rapat rezim Iran.
Sementara itu, demonstrasi terus berlanjut di kota-kota Iran dan telah memasuki hari keenam. Bentrokan antara pasukan keamanan dan pemrotes menyebabkan jumlah korban tewas menjadi 20 orang.
Pemerintah Iran hingga kini belum berkomentar soal bocoran catatan rapat terkait respons gelombang demonstrasi.
Bocoran catatan beberapa rapat hingga 31 Desember 2017 itu dilansir Fox News. Menurut laporan media Amerika Serikat tersebut, catatan yang diterjemahkan dari bahasa Farsi (Persia) ke bahasa Inggris dan diberikan oleh sumber tingkat tinggi di dalam rezim Iran kepada Dewan Perlawanan Nasional Iran (NCRI).
Rapat di antara tokoh-tokoh terkemuka Iran tersebut membahas soal meningkatnya kerusuhan dan bagaimana cara menekannya.
”Pemimpin agama dan pimpinan harus datang ke tempat kejadian sesegera mungkin dan mencegah agar situasi tidak memburuk,” bunyi catatan tersebut. ”Tuhan tolong kami, ini adalah situasi yang sangat kompleks dan berbeda dari kejadian sebelumnya.”
”Di Teheran hari ini, orang-orang meneriakkan slogan melawan Khamenei dan slogan yang digunakan kemarin semuanya bertentangan dengan Khamenei,” imbuh catatan tersebut, yang dikutip Rabu (3/1/2018).
Menurut laporan Fox News, catatan tersebut mengatakan bahwa divisi intelijen Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) memantau situasi dan bekerja sama dalam koordinasi untuk mencegah demonstrasi.
Catatan juga menunjukkan bahwa rezim Iran sadar akan slogan yang dilontarkan para demonstran. Slogan itu antara lain berbunyi “Kematian untuk diktator”, dan ”Pemimpin hidup seperti Tuhan sementara orang-orang hidup seperti pengemis”.
Masih menurut dokumen rapat tersebut, pemimpin NCRI, Maryam Rajavi, dituding telah bersatu untuk pertama kalinya dengan Barat. NCRI merupkan oposisi Iran yang melakukan perlawanan dari luar negeri atau wilayah pengasingan.
Dukungan untuk demonstrasi dari Presiden Trump dan pejabat AS juga disebutkan dalam laporan rapat rezim Iran. ”Amerika Serikat secara resmi mendukung orang-orang di jalanan,” bunyi catatan tersebut. ”AS dan Barat telah bersatu untuk mendukung orang-orang munafik.”
”Pasukan keamanan dan intelijen harus terus memantau situasi di tempat kejadian dan melakukan pengawasan dan kemudian melapor ke kantor pimpinan,” imbuh catatan rapat rezim Iran.
Sementara itu, demonstrasi terus berlanjut di kota-kota Iran dan telah memasuki hari keenam. Bentrokan antara pasukan keamanan dan pemrotes menyebabkan jumlah korban tewas menjadi 20 orang.
Pemerintah Iran hingga kini belum berkomentar soal bocoran catatan rapat terkait respons gelombang demonstrasi.
Namun, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei telah angkat bicara soal gelombang demonstrasi anti-pemerintah di negaranya. Menurutnya, musuh Teheran menggunakan uang dan senjata untuk melemahkan pemerintah Iran, termasuk melalui demonstrasi yang meluas.
”Sebagaimana perkembangan akhir-akhir ini (di negara ini), musuh telah bersatu untuk menciptakan masalah bagi sistem Islam dengan menggunakan berbagai cara termasuk uang, senjata, politik dan keamanan,” kata Khamenei pada hari Selasa, yang dikutip dari kantor berita negara IRNA, Rabu (3/1/2018).
Kendati demikian, Khamenei tidak menyebut secara spesifik musuh-musuh Iran yang dia maksud. ”Musuh selalu menanti-nanti untuk menemukan kesempatan guna memberikan pukulan kepada bangsa Iran,” ujarnya.
Pejabat Iran lainnya juga menuduh bahwa demonstrasi anti-pemerintah—yang beberapa di antaranya menargetkan Ayatollah Khamenei dan berubah menjadi aksi kekerasan—telah diprovokasi dari luar. Presiden Iran Hassan Rouhani menuduh Saudi memainkan peran dalam gelombang demonstrasi anti-pemerintah.
“Mereka (orang-orang Saudi) secara terang-terangan mengatakan bahwa kita akan menciptakan masalah di Teheran,” kata Rouhani di hadapan anggota parlemen.
Pada hari Selasa, Ali Shamkhani, Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, juga menuduh Arab Saudi mengipasi kerusuhan rakyat melalui media sosial. “Menurut kepala keamanan, sekitar 27 persen hashtag yang telah dibuat milik orang Saudi, hashtag tentang situasi di Iran telah diluncurkan dari AS, Inggris dan Arab Saudi,” katanya.
”Tentu saja, Saudi akan mendapat tanggapan yang tepat dari Iran dan mereka tidak akan mengerti asal usul tanggapan ini. Keluarga Saudi yang berkuasa sangat menyadari bahaya tanggapan kita,” kata Shamkhani, seperti dikutip FARS.
Credit sindonews.com