Selasa, 04 Juli 2017

Ilmuwan Sebut Rudal Korea Utara Bisa Capai Alaska


Ilmuwan Sebut Rudal Korea Utara Bisa Capai Alaska 
Korea Utara kembali melakukan uji coba rudal pada Selasa (4/7) bertepatan dengan hari kemerdekaan Amerika Serikat. (KCNA via REUTERS)


Jakarta, CB -- Korea Utara kembali melakukan uji coba rudal balistik, Selasa (4/7), bertepatan dengan perayaan hari kemerdekaan Amerika Serikat. Peluncuran rudal tersebut langsung menimbulkan reaksi dari Presiden Donald Trump yang mendesak China segara melakukan tindakan untuk “mengakhiri omong kosong ini secepatnya”.

Di sisi lain, analis menyebut peluru kendali terbaru Korea Utara itu bisa mencapai Alaska.

“Rudal balistik yang tidak dikenal” itu ditembakkan melalui sebuah situs di Provinsi Phyongan Utara dan jatuh di Laut Timur, menurut Kepala Staf Gabungan militer Korea Selatan.

“Rudal tersebut sempat terbang sejauh 930 kilometer,” sebut militer Korsel.



Sementara juru bicara kementerian pertahanan Jepang mengatakan pada AFP, rudal tersebut kemungkinan besar memasuki zona ekonomi eksklusif Jepang.

Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga mengatakan misil tersebut terbang sekitar 40 menit, yang merupakan rekor terlama dalam uji coba rudal Korut.

Komando Pasifik Amerika Serikat mengonkfirmasi bahwa rudal tersebut ditembakkan dari darat dan merupakan misil berjangkauan menengah, sempat terbang selama 37 menit dan tidak menimbulkan ancaman bagi AS.

Tapi, David Wright dari Persatuan Ilmuwan Peduli mengatakan bukti-bukti dari uji coba rudal terbaru itu menunjukkan kemajuan yang signifikan terhadap perkembangan senjata Korut.

Wright menambahkan, rudal tersebut bisa punya jangkauan yang lebih jauh jika “ditembakkan dengan sudut yang lebih tinggi”.

“Jika laporannya benar, rudal yang sama bisa mencapai jarak maksimum sejauh 6700 kilometer dengan sudut lintasan standar,” papar Wright dalam blog allthingsnuclear milik organisasi ilmuwan tersebut.



“Jarak itu tidak bisa mencapai 48 negara bagian di Amerika Serikat, tapi bisa jadi mencapai Alaska,” paparnya.

Di sisi lain, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe menyebut uji coba rudal terbaru Korut semakin mengancam keamanan di kawasan.

“Peluncuran ini jelas menunjukkan bahwa ancaman senjata Korut semakin nyata,” tutur Abe.

Sementara itu, Amerika Serikat, Jepang dan Korea Selatan akan melakukan diskusi terpisah saat pertemuan G20 pekan ini, guna membahas ancaman senjata Korut.

Abe menambahkan dia akan mendesak Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk melakukan “tindakan yang lebih konstruktif.”




Credit  cnnindonesia.com



Uji Rudal Terbaru Korut Masuki Perairan Jepang


Uji Rudal Terbaru Korut Masuki Perairan Jepang 
Korut kembali meluncurkan rudal balistiknya ke Laut Timur, yang menurut Kementerian Pertahanan Jepang jatuh di sekitar perairan zona ekonomi eksklusifnya. (KCNA/via Reuters)


Jakarta, CB -- Korea Utara dilaporkan kembali melakukan uji coba rudal balistiknya pada Selasa (4/7).

Peluncuran rudal ini dilakukan hanya berselang beberapa hari setelah Presiden Korea Selatan Moon Jae-In dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump bertemu untuk pertama kalinya dan membahas ancaman Pyongyang yang kian memprihatinkan.

"Rudal balistik tidak dikenal diluncurkan dari sebuah situs militer dekat Bangyon di Provinsi Phyongan Utara dan jatuh di Laut Timur [Laut Jepang]," bunyi pernyataan militer Korsel.

Menurut juru bicara Kementerian pertahanan Jepang, rudal tersebut diperkirakan jatuh di sekitar zona ekonomi eksklusif negaranya, perairan yang membentang sekitar 321 kilometer dari garis pantai Jepang.


Peluncuran rudal Korut hari ini merupakan yang terbaru dari serangkaian provokasi pemerintahan Kim Jong-un yang telah meningkatkan ketegangan di kawasan.

Sejak awal tahun Korut terus menjadi sorotan akibat aktivitas uji coba rudal dan ambisi pengembangan nuklirnya yang kian mengkhawatirkan.

Negara paling terisolasi itu pun telah meluncurkan sejumlah rudalnya sejak Presiden Moon Jae-In menjabat pada Mei lalu, menggantingkan Presiden Park Geun-hye yang dimakzulkan.

Padahal, sejak menjabat di Gedung Biru, kantor kepresidenan Korsel, Moon memiliki pendekatan yang lebih halus untuk bisa berembuk dengan Korut.


Meski begitu, Moon tetap menegaskan bahwa penerapan sanksi atas Korut tetap penting dilakukan selama Pyongyang tak bisa meredam ambisi nuklirnya.

Dalam pertemuan perdananya dengan Moon pada akhir pekan lalu, Trump menyatakan bahwa AS telah habis kesabaran menghadapi pergerakan senjata Korut.

Dia bahkan menyebut, AS bersama komunitas internasional perlu merespons ancaman nuklir Korut ini secara tegas dan pasti.

"Bersama-sama kita menghadapi ancaman rezim sembrono dan brutal Korut. Nuklir dan rudal rezim tersebut memerlukan respons yang tegas," ucap presiden AS ke-45 itu, seperti dikutip AFP.




Credit  cnnindonesia.com