Kamis, 02 Februari 2017

Misteri Penculikan Miliarder China Picu Ketakutan Hong Kong


 
Misteri Penculikan Miliarder China Picu Ketakutan Hong Kong  
Hong Kong diliputi ketakutan setelah seorang miliarder diduga diculik aparat China daratan. (Thinkstock/Purestock)
 
Jakarta, CB -- Misteri soal laporan penculikan miliarder China dari Hong Kong semakin mendalam setelah sebuah iklan di surat kabar menampilkan dirinya bersumpah setia pada Beijing.

Keberadaan salah satu orang terkaya di China itu, Xiao Jianhua, masih belum diketahui dengan jelas. Sejumlah media melaporkan Xiao dibawa oleh agen keamanan pekan lalu.

Laporan-laporan itu menyiratkan hilangnya Xiao adalah bagian dari operasi antikorupsi China yang diyakini sejumlah pengkritik digunakan untuk mengeliminasi musuh politik Presiden Xi Jinping.

Sebuah iklan yang dipublikasi di halaman depan surat kabar Ming Pao, diatribusikan pada Xiao, mengatakan dirinya "selalu mencintai partai komunis dan China" dan akan segera menemui media.

"Saya pribadi meyakini pemerintah China beradab dan mempunyai hukum," bunyi iklan tersebut sebagaimana dikutip AFP, Rabu (1/2).

"Saya tidak diculik."

Xiao yang mengatakan bahwa dirinya adalah warga negara Kanada, berkeras dirinya sedang dirawat di luar negeri karena sakit, menampik dirinya telah diculik. Hal ini disampaikan melalui pernyataan yang dipublikasikan akun WeChat perusahaannya.

Sebagai pendiri Tomorrow Group yang berbasis di Beijing, Xiao sebelumnya telah menampik dugaan dirinya melarikan diri ke Hong Kong untuk menghindari operasi antikorupsi Presiden Xi.

Agen China daratan tidak diperbolehkan bertindak di kota semi-otonom seperti Hong Kong. Namun, hilangnya lima penerbit buku Hong Kong yang dikenal kritis memicu anggapan bahwa Beijing telah bertindak kelewat batas.

Salah satu dari lima orang itu, Lee Bo, menghilang dari Hong Kong hingga memicu kecaman internasional dan protes lokal. Sementara Lee selalu berkeras dirinya keluar perbatasan dengan suka rela.

"Setelah kejadian Lee Bo, warga semakin khawatir soal perlindungan orang-orang yang tinggal di Hong Kong," kata James To dari partai Republik, kepada AFP.

To mengatakan ada "kecurigaan yang kredibel" akan pelanggaran kesepakatan "satu negara dua sistem" yang memberikan kewenangan semi-otonom Hong Kong.

The Financial Times melaporkan Xiao digiring oleh agen keamanan publik China dari hotel Four Seasons.

Laporan lain menyebut Xiao tinggal di hotel itu untuk jangka waktu yang panjang, dijaga sejumlah pengawal perempuan.

Sementara pihak hotel menyatakan tidak bisa berkomentar karena ada penyelidikan yang sedang berjalan.

Ketika ditanya soal kasus Xiao, Kepolisian Hong Kong menyatakan mereka sempat menerima permohonan bantuan untuk seorang warga China daratan. Namun, permohonan itu belakangan ditarik keluarga.

Mereka juga mengatakan orang yang dimaksud sempat melintasi titik pengawas perbatasan antara Hong Kong dan China, Jumat pekan lalu.

Di sisi lain, Konsulat Kanada menyatakan pihaknya menyadari adanya laporan tersebut dan para pejabatnya sudah menghubungi otoritas.




Credit  CNN Indonesia