Ini terungkap dari hasil analisa dalam proyek The Climate Institute.
Biji Kopi (REUTERS/Ulises Rodriguez)
Ini terungkap dari hasil analisa dalam proyek The Climate Institute. Menurut mereka, pada 2050, jumlah lahan pertanian kopi di dunia akan berkurang 50 persen dibanding yang ada saat ini. Pengurangan ini akan terjadi, seiring dengan suhu udara yang terus naik, ditambah munculnya banyak hama dan jamur.
"Tumbuhan kopi diprediksi akan punah di muka bumi, 30 tahun setelahnya. Kepunahan ini secara otomatis akan memberikan dampak buruk yang signifikan terhadap 120 juta orang di seluruh dunia, yang kehidupannya bergantung pada biji-bijian itu. Bahkan, kebanyakan mereka tinggal di negara miskin," tulis laporan tersebut, seperti dikutip dari Independent.co.uk, Selasa 6 September 2016.
Tercatat, ada sekitar 70 negara di dunia yang menjadi produsen kopi. Tidak heran, jika kemudian sekitar 59 persen pendapatan ekspor di Burundi berasal dari produk tersebut, 33 persen pendapatan ekspor di Ethiopia, dan 17 persen di Nicaragua.
"Cuaca yang semakin ekstrem terjadi di area produksi kopi dunia. Ini mengakibatkan suplai kopi semakin menipis. Apalagi, kondisi panas akan semakin merusak aroma dan rasa kopi. Bahkan, kopi instan akan semakin berkurang seiring dengan cuaca dingin melanda wilayah dunia, sampai lebih dari tiga derajat celsius," tulis laporan tersebut.
Perubahan iklim yang dramatis akan terjadi dan mengakibatkan meningkatnya ancaman terhadap tanaman. Selama beberapa dekade mendatang, produksi kopi akan semakin berkurang, bahkan sampai menyebabkan deforestasi.
Tidak hanya panas yang terus meningkat. Perubahan iklim juga disebut akan berpengaruh besar pada kepunahan kopi, seiring dengan penyebaran jamur yang menghancurkan tanaman. Di wilayah Tanzania, sekitar 2,4 juta warga bergantung pada kopi. Namun, habitat kumbang terus meningkat dan mengambil alih lahan kopi.
Hasil ini hampir sama dengan laporan ilmuwan sebelumnya dari Kew Gardens. Dalam laporan tersebut dikatakan, kopi sedang dalam tahap kepunahan dan bisa habis akhir abad ini, karena perubahan iklim.
Credit VIVA.co.id