Selasa, 27 September 2016

China Selidiki Pejabat Bank Korut Terkait Pendanaan Nuklir

 
China Selidiki Pejabat Bank Korut Terkait Pendanaan Nuklir 
 Ilustrasi uji coba rudal Korea Utara (KCNA via Reuters)
 
Jakarta, CB -- Pemerintah China tengah menyelidiki sejumlah pejabat dari bank Korea Utara yang diyakini terkait dengan pendanaan pengadaan berbagai senjata dan materi terlarang untuk mengembangkan program nuklir.

Media Korea Selatan, JoongAng Daily, pada Senin (26/9) melaporkan bahwa China dan Amerika Serikat sepakat untuk meningkatkan kerja sama di Dewan Keamanan PBB dan sejumlah jalur penegakan hukum, utamanya setelah Korut meluncurkan uji coba nuklir kelima pada 9 September lalu.

China, yang merupakan sekutu utama Korut, juga mengaku geram atas serangkaian uji coba nuklir dan rudal Korut selama beberapa bulan terakhir.

Salah satu bentuk kerja sama AS dan China dalam bidang penegakan hukum adalah dengan menargetkan keuangan Liaoning Hongxiang Industrial, sebuah perusahaan raksasa yang dikepalai oleh seorang kader Partai Komunis. Pemerintahan Obama menilai perusahaan itu membantu program nuklir Korut, seperti dilaporkan Wall Street Journal pekan lalu.

JoongAng Daily melaporkan bahwa pihak berwenang China sedang menyelidiki seorang pejabat tinggi dari cabang Kwangson Banking Corporation di kota perbatasan Dandong.

Pada 2009 lalu, Kementerian Keuangan AS menyebut bank tersebut sebagai salah satu bank yang diduga mendukung penyelundupan senjata ke Korut, baik melalui pengadaan senjata untuk perorangan maupun militer.

"Kepala cabang, Ri Il Ho, sementara ini tengah kembali ke Korea Utara, sehingga wakil eksekutifnya kini diselidiki," ungkap seorang sumber kepada JoongAng Daily, dikutip dari Reuters.

Harian ini tidak mempublikasikan identitas sang sumber, namun menyebutnya "memiliki informasi yang luas soal Korea Utara."

Pada Maret tahun ini, selain menjatuhkan sanksi terbaru kepada Korut, PBB juga memperpanjang masa pembekuan aset kepada seluruh pendanaan asing bank tersebut di luar negeri.

Cabang bank di Dandong kemudian pindah ke sebuah kantor di lantai 13 sebuah gedung yang sama dengan Hongxiang dan terus beroperasi secara diam-diam, menurut laporan JoongAng Daily.

Kementerian Luar Negeri China belum memberikan pernyataan resmi terkait laporan ini.

Sementara itu, laporan dari Asan Institute for Policy Studies di Seoul dan lembaga think-tank C4ADS yang berbasis di Washington pekan lalu mengidentifikasi dana sebesar lebih dari US$500 juta dalam perdagangan periode Januari 2011 hingga September 2015 antara Korut dengan Liaoning Hongxiang Group. Laporan itu menyebutkan bahwa Liaoning Hongxiang Group melakukan perdagangan besar-besaran dengan Korut.

JoongAng juga melaporkan bahwa lebih dari 20 pejabat bea cukai dan kota Dandong sedang diselidiki atas dugaan memberikan bantuan ke Ma Xiaohong, pemimpin dan pendiri Hongxiang. Laporan JoongAng ini mengutip sumber "yang mengetahui hubungan antara Beijing dan Pyongyang."

Sejumlah aset tertentu yang terkait dengan Ma dan beberapa kerabat serta rekannya telah dibekukan oleh otoritas China dalam beberapa pekan terakhir, menurut laporan Wall Street Journal.

JoongAng juga menyebut bahkan sejumlah "karyawan tak dikenal dari Korea Utara" lainnya yang tinggal di China juga tengah diselidiki.



Credit  CNN Indonesia