Kamis, 29 September 2016

Jerman tingkatkan keamanan terhadap pusat Muslim di Dresden


 
Jerman tingkatkan keamanan terhadap pusat Muslim di Dresden
Polisi Jerman bersiaga menjaga keamanan. (DPA)
 
Dresden (CB) - Kepolisian Jerman meningkatkan perlindungan terhadap sejumlah lembaga Muslim di Dresden setelah dua bom meledak di kota itu pada Senin sore, satu di masjid dan yang lain di pusat konferensi internasional.

Tidak ada korban akibat ledakan itu, meskipun pada saat kejadian terdapat seorang imam beserta istri dan anak-anaknya.

"Meskipun belum ada klaim di balik kejadian itu, kami harus kembali ke dasar bahwa alasan di balik peristiwa tersebut adalah rasa benci," kata Horst Kretzschmar, kepala polisi Dresden, dalam pernyataan.

Dia mengatakan bahwa kepolisian menduga terdapat keterkaitan dalam perayaan, yang akan diadakan pada akhir minggu di kota itu, untuk memperingati persatuan kembali Jerman pada 3 Oktober 1990.

Kretzschmar mengatakan bahwa tiga masjid, sebuah pusat sosial Muslim dan sebuah ruang ibadah akan diberi perlindungan dengan segera.

Segera setelah adanya ledakan di masjid, Kongres Internasional Dresden juga mendapatkan kejadian serupa yang diakibatkan oleh alat buatan tangan dan sebuah bar dari hotel dekat lokasi segera dievakuasi.

Mehmet Demirbas, pendiri masjid yang diserang, mengatakan bahwa kalangan muslim telah memperkirakan akan terjadi serangan sejak dahulu.

"Kaca-kaca pecah dahulu, atau grafiti di dinding. Namun ini pertama kalinya sesuatu seperti ini terjadi. Semoga itu akan menjadi yang terakhir dan kami terus hidup dengan tenang di Dresden," katanya.

Dresden merupakan tempat lahir gerakan anti-Islam PEGIDA yang kampanye mingguannya menarik dukungan dari sekitar 20.000 orang saat mereka berada dalam puncak popularitas pada awal 2015.

Masuknya sekitar satu juta otang migran, yang kebanyakan kalangan Muslim, ke Jerman pada tahun lalu telah meningkatkan ketegangan sosial, terutama di Jerman timur dimana terdapat sejumlah serangan terhadap pusat-pusat pengungsian.

Dukungan untuk partai Alternatif untuk Jerman (AfD), yang menyebutkan bahwa Islam tidak cocok dengan konstitusi, meningkat dikarenakan adanya kebijakan pintu terbuka Kanselir Jerman Angela Merkel.

Salah satu pendiri AfD Frauke Petry mengutuk serangan terhadap masjid itu, menyebutkan bahwa "menyerang sebuah bangunan dimana orang-orang menyembah Tuhan itu keji, baik sebuah gereja, masjid ataupun sinagoga (tempat ibadah umat Yahudi)".

Menteri Keuangan Jerman Wolfgang Schaeuble menekankan dalam sebuah konferensi tahunan terkait Islam pada Selasa bahwa Islam merupakan bagian dari Jerman, mengulang pandangan yang diutarakan oleh Merkel pada 2015 sebelum adanya demonstrasi PEGIDA di Dresden, demikian Reuters.


Credit  ANTARA News