Portal Berita Tentang Sains, Teknologi, Seni, Sosial, Budaya, Hankam dan Hal Menarik Lainnya
Kamis, 29 September 2016
Menggugat Rumor 'Black Moon' 30 September sebagai Pemicu Kiamat
Bulan, satelit alami Bumi (NASA)
CB, Jakarta - Isu tentang kiamat kembali beredar. Kali ini fenomena Black Moon atau Bulan Hitam yang terjadi pada 30 September di Belahan Bumi Barat, disebut-sebut menjadi awal kehancuran Bumi.
Menurut pencetus teori konspirasi seperti dilansir oleh Inquisitr,
ramalan Bulan Hitam akan dipenuhi pada 30 September dan menjadi awal
kehancuran dunia. Namun, para ilmuwan membantah rumor tersebut.
Lalu apa sebenarnya Bulan Hitam itu?
Dikutip dari Space.com, Rabu (28/9/2016), Bulan Hitam adalah
bulan baru ke dua yang terjadi dalam satu bulan kalender. Hal itu
berkebalikan dengan fenomena Blue Moon, yakni bulan purnama ke dua yang terjadi dalam satu bulan kalender.
"Bulan Hitam adalah fenomena langit yang jarang, biasanya terjadi sekitar 32 bulan sekali," ujar Joe Rao dari Space.com.
Menurut AccuWeather, fenomena Bulan Hitam terakhir kali terjadi pada Maret 2014.
Seperti halnya bulan baru lain, Bulan Hitam tak dapat diamati. Hal tersebut terjadi karena sisi Bulan yang diterangi sinar Matahari menjauh dari Bumi, sehingga sisi yang terlihat dari Bumi seluruhnya berada dalam bayangan.
Blue Moon yang terjadi pada 31 Juli 2015 di Washington, Amerika Serikat (NASA/Bill Ingalls)
"Black moon hanya istilah bulan baru ke dua dalam satu bulan. Awal
September yang pertama dan akhir September. Tidak teramati. Itu hanya
istilah," jelas Ketua Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
(LAPAN), Thomas Djamaluddin, kepada Liputan6.com.
Namun karena Bulan sangat gelap, malam terjadinya Bulan Hitam merupakan waktu yang tepat untuk mengamati bintang.
Bulan Hitam akan terjadi pada Jumat, 30 September 2016, pukul 20.11
waktu setempat bagi mereka yang tinggal di Bumi Belahan Barat, yakni
Amerika Utara dan Selatan.
Untuk Belahan Timur, seperti Eropa, Afrika, Asia, dan Australia,
bulan baru akan terjadi pada malam hari tanggal 1 Oktober. Jadi untuk
bagian Bumi tersebut, yang terjadi bukanlah bulan baru kedua, tapi yang
pertama.
Akibat hal tersebut, Bulan Hitam di Belahan Timur baru akan terjadi
pada 30 Oktober, dan 31 Oktober untuk benua Asia, Jepang, Australia, dan
Selandia Baru.
Dilansir dari Huffington Post, fenomena Bulan Hitam akan terjadi lagi di Belahan Barat pada Juli 2019.
Bulan Biru dan Merah Darah
Tak hanya hitam. Bulan bisa juga 'biru' atau merah serupa darah.
Dalam bahasa Inggris ada istilah 'Once in a Blue Moon.' Ini adalah ekspresi tentang sesuatu yang jarang, langka, bahkan absurd.
Biasanya tiap tahun, Bumi mengalami 12 kali purnama. Setiap bulan.
Tapi di beberapa kali kesempatan, Bumi mendapatkan purnama ekstra. Hal
ini terjadi karena ketidaksinkronan antara rotasi Bulan dan Bumi.
Bulan berotasi 29 hari, sementara Bumi 30 hari--kecuali Februari.
Itulah yang menyebabkan purnama hadir dua kali dalam sebulan. Dan
menurut perhitungan, blue moon terjadi tiap 2,7 tahun sekali, demikian
seperti ditulis oleh SPACE.
Gerhana
bulan kali ini adalah bagian dari rangkaian 4 gerhana bulan total yang
berurutan (gerhana bulan tetrad). Dua gerhana terjadi pada 2014 dan dua
lainnya pada 2015, Jakarta, (8/10/14).(Liputan6.com/Johan Tallo)
Ada sebuah artikel di majalah Sky & Telescope terbitan tahun
1943 yang menuliskan artikel tentang bulan ekstra dalam kalender
Masehi. Ditulis oleh Lawrence J. Lafleur. Ia menemukan sebuah fotokopi
almanak tahun 1937. Di almanak itu tertulis 'blue moon' dan penjelasan
tentangnya.
Di almanak tersebut tertulis, "Ini adalah sebuah kebetulan yang tidak
menguntungkan, terutama buat para pendeta yang menyiapkan festival
bulan purnama tiap bulannya, terpaksa melakukan dua kali karena terdapat
dua bulan purnama dalam satu bulan."
"Ada tujuh bulan biru di kalendar Lunar tiap 19 tahun," lanjut
almanak itu, "Di masa lalu, para pembuat almanak menemukan banyak
kesulitan mengkalkulasi kapan terjadi Blue Moon dan ketidakpastian ini
menciptakan istilah 'once in a blue moon.'
"Biru pada Blue Moon tidak merujuk pada warna, dalam Bahasa Inggris kuno 'biru' sebelum kata benda berarti 'pengkhianat.
'Disebut 'pengkhianat' karena bulan purnama seharusnya datang tiap
satu bulannya, di mana Bulan terlihat besar dan berwarna putih pucat.
Maka, purnama kedua dianggap 'pengkhianat'.
Hal berbeda terjadi pada bulan merah darah.
Efek merah muncul karena cahaya matahari yang mengenai Bulan tertutup
Bumi. Tetapi atmosfer Bumi masih membiaskan cahaya merah dari Matahari
itu, sehingga Bulan tidak gelap total.
"Saat cahaya matahari mengenai atmosfer Bumi, maka cahayanya akan
dibiaskan. Hasil pembiasan ini yang membuat Bulan menjadi terlihat
berwarna merah," ujar Thomas.