Rabu, 06 Mei 2015

Lomba Karikatur Nabi, Kebebasan Berbicara atau Provokasi?


Lomba Karikatur Nabi Kebebasan Berbicara atau Provokasi
Lokasi penyerangan lomba menggambar karikatur Nabi Muhammad di Texas, AS. Lomba itu dinilai sebagai provokasi terhadap warga Muslim. | (Reuters)
 
 
TEXAS  (CB) - Setelah tragedi berdarah di kantor majalah Charlie Hebdo, di Paris, Prancis yang menewaskan 12 orang, tragedi nyaris serupa terulang di Garland, Texas, Amerika Serikat (AS). Musababnya sama, yakni seputar kontroversi menggambar karikatur Nabi Muhammad.

Minggu malam, dua tersangka penyerang bersenjata Elton Simpson dan Nadir Soofi bergerak mendekati Curtis Culwell Centre, lokasi digelarnya lomba kontroversial itu. Mereka menembaki penjaga keamanan sebelum akhirnya ditembak mati tim SWAT yang sedang patroli di sekitar lokasi lomba tersebut.

Jika di Paris majalah Charlie Hebdo berdalih menerbitkan kartun Nabi Muhammad sebagai ekspresi kebebasan berbicara, maka di AS, Pamela Geller dan organisasi kontroversialnya, American Freedom Defense Initiative (AFDI) juga berdalih sama.

AFDI yang menjadi penggelar lomba menggambar karikatur Nabi Muhammad selama ini dikenal keras bersinggungan dengan komunitas agama demi menyuarakan kebebasan berbicara.

Tapi, lomba yang diwarnai insiden berdarah di Texas itu dianggap sebagai langkah provokatif dari AFDI. Kelompok itu menyediakan hadiah US$10 ribu untuk pemenang lomba. Parahnya, apa yang dilakukan AFDI terjadi di saat ketegangan antara beberapa segmen masyarakat dan Muslim AS sedang memanas setelah dipicu film “American Sniper” yang dianggap menyudutkan kaum Muslim.

Tindakan Geller dan AFDI menimbulkan pertanyaan, apa motivasi mereka menggelar lomba yang memicu kemarahan dan kebencian dari kalangan warga Muslim?

Geller dan AFDI bukan sekali ini saja melakukan tindakan kontoversi. Dua minggu yang lalu, dia memenangkan kasus di pengadilan atas “kebebasan berbicara” terhadap Metropolitan Transportation Authority (MTA) di New York. MTA sebelumnya menolak untuk memasang salah satu iklan AFDI yang berbunyi; ”Membunuh Yahudi adalah ibadah yang menarik kita dekat dengan Tuhan”. Iklan itu sengaja untuk menyindir kelompok Hamas, Palestina.

Organisasi Geller ini juga sering bentrok dengan para pejabat di kota-kota lain di AS, termasuk di Philadelphia dan Washington. Salah satunya, karena kelompok itu pernah membandingkan Islam dengan Nazizme dengan memasang poster di kereta bawah tanah.

Tapi, pada tahun 2012, hakim federal AS memutuskan bahwa kota-kota tersebut tidak bisa menolak untuk memasang poster AFDI di kereta bawah tanah yang berbunyi;  "Dalam setiap perang antara manusia beradab dan biadab, mendukung manusia beradab. Mendukung Israel. Kalahkan Jihad.”

Banyak pendukung Geller dan organisasinya mengecam penyerangan terhadap lokasi lomba menggambar karikatur Nabi Muhammad Minggu malam lalu. Tapi tidak sedikit warga AS mendorong ada batas-batas kebebasan berbicara dengan pesan bahwa kelompok itu sengaja meracuni wacana publik.

”Dan datang seperti yang terjadi tepat ketika kita, warga Amerika Serikat, benar-benar menghadapinya saat harus mempertanyakan apa yang menyatukan kami, saya dapat melihat ini berpotensi memperparah situasi. Ini sudah menantang dalam menangani beberapa pertanyaan tentang perbedaan budaya, keragaman, dan jenis masyarakat yang kita inginkan,” kata Gordon Coonfield, Direktur Studi Komunikasi Pascasarjana di Universitas Villanova, Philadelphia, Selasa (5/5/2015).

Menurut Coonfield, dari analisis tentang “Kontes Pameran Seni dan Kartun Nabi Muhammad” ada kesamaan dari beberapa penggambaran Nabi Muhammad dengan lomba poster "Der Ewige Jude," atau "The Eternal Jew", yang merupakan propaganda dari Nazi.

Dalam salah satu kartun yang dipamerkan AFDI, Nabi digambarkan sebagai sosok berkerut dan menggeram. Nabi digambarkan sebagai pria bersorban yang memegang pisau berdarah. Menurut  Coonfield, model-model kartun seperti itu identik dengan poster "The Eternal Jew".

Terlepas dari kenyataan bahwa lomba itu menyinggung perasaan umat Muslim, para pemimpin Muslim di Texas telah menyerukan pengikutnya untuk tenang dan tidak perlu memprotes acara itu.

”Kata-kata mereka bukan untuk kebebasan berbicara,” kata Linda Sarsour, Direktur Eksekutif Aosiasi Amerika-Arab di New York. ”Mereka menghasut kebencian terhadap seluruh masyarakat kita. Saya sangat kecewa dengan penembakan di Garland, Texas, tetapi pada saat yang sama, Pamela Geller bukan korban dalam situasi ini, bahwa kita berada di sini, pada saat ini.”

”Dia sengaja menempatkan peristiwa yang bersama-sama dengan harapan bahwa ia akan mendapatkan respons yang ia terima,” kecam Sarsour. ”Kami berdoa, tetapi bukan seorang Muslim dari negara bagian Texas yang keluar untuk memprotes dia,” lanjut dia.

“Para pemimpin Muslim khusus diberitahu, jangan pergi ke mana-mana. Biarkan dia melakukan apa yang dia lakukan. Kami tidak peduli. Dan tidak ada yang memprotes di luar. Sayangnya, kecuali dua orang dari Arizona, yang sudah di radar FBI,” imbuh Sarsour mengacu pada dua pria bersenjata penyerang lokasi lomba itu, seperti dilansir The Christian Science Monitor.








Credit   SINDOnews