Laporan setebal 237 halaman yang dirlis Breaking the Silence itu merupakan hasil wawacara dengan ratusan anggota IDF. Menurut kesaksian salah seorang tentara, mereka tetap diminta untuk melakukan tembakan ke sebuah wilayah di Gaza, walaupun mereka tidak yakin personel Hamas ada di wilayah tersebut.
"Kami menembak tanpa tujuan sepanjang hari. Kami tidak melihat pergerakan pasukan Hamas," kata seorang prajurit dalam laporan itu, seperti dilansir Reuters pada Senin (4/5/2015).
Sementara itu, pengakuan lebih mengerikan diutarakan oleh seorang Sersan IDF. Dirinya menyatakan, IDF diminta untuk menembak siapapun yang muncul, tanpa memperdulikan apakah dia warga sipil atau bukan.
"Idenya adalah, jika Anda melihat sesuatu, tembak. Jika Anda menembak seseorang di Gaza, itu adalah sesuatu yang keren, dan bukanlah sebuah masalah besar," kata sersan tersebut.
Pihak Breaking the Silence mengaku ngeri mendengar semua cerita dan pengakuan yang diuatarakan oleh pasukan Israel. "Kami benar-benar mempertanyakan etika yang dimiliki oleh IDF," kata pihak Breaking the Silence.
"Apa yang mereka lakukan menimbulkan bahaya besar dan belum pernah terjadi sebelumnya yang menimpa warga sipil Palestina pada tahun 2014 lalu, dengan melakukan tembakan secara sembarang," sambungnya.
Credit SINDOnews