AS memang tidak lagi berniat berada dalam perjanjian tersebut.
CB,
BEIJING -- Perjanjian nuklir antara Rusia dan Amerika Serikat (AS),
Intermediate-range Nuclear Forces Treaty (INF), terancam bubar. Kedua
negara belum mencapai kesepakatan setelah AS menentukan tenggat waktu 60
hari agar Rusia mematuhi INF pada 4 Desember tahun lalu.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Ryabkov melakukan pembicaraan
dengan Wakil Menteri AS untuk Kontrol Senjata dan Keamanan Internasional
Andrea Thompson di Beijing, Cina, Kamis (31/1). Mereka bertemu di
sela-sela pertemuan puncak lima kekuatan nuklir dunia.
Pertemuan
Ryabkov dan Thompson yang sengaja dilakukan untuk mempertahankan
perjanjian INF tak membuahkan hasil positif. Menurut Ryabkov, AS memang
tidak lagi berniat berada dalam perjanjian tersebut.
"AS
memberlakukan periode 60 hari di mana kami harus memenuhi ultimatum
mereka. Saya menyimpulkan AS tidak mengharapkan keputusan apa pun dan
semua ini adalah permainan yang dibuat untuk menutupi keputusan domestik
mereka menarik diri dari perjanjian INF," kata Ryabkov, dikutip laman
Sputnik.
Pernyataan
itu diutarakan Ryabkov sebab AS menolak tuntutan Rusia terkait sistem
peluncuran rudal vertikal MK-41, yang telah dianggap Moskow melanggar
ketentuan INF. "Tidak ada reaksi apa pun terhadap tuntutan kami terkait
sistem peluncuran US MK-41 yang sudah dikerahkan ke Rumania dan akan
dikerahkan ke Polandia sebagai bagian dari kompleks Aegis Ashore,"
ujarnya.
Pada 4 Desember tahun lalu, Menteri Luar Negeri AS
Mike Pompeo mengatakan Rusia memiliki waktu 60 hari untuk mulai
mematuhi perjanjian INF. Ultimatum diberikan setelah Washington
mengumumkan niatnya mundur dari INF.
Hal itu dilakukan
karena AS menuding Rusia telah melanggar perjanjian INF dengan memiliki
rudal 9M729. Moskow menyangkal tuduhan tersebut.
Pada
pertemuan pertengahan Januari lalu, Rusia mengklaim telah menawarkan
agar para ahli AS melakukan inspeksi dan melihat langsung rudal 9M729.
Tapi AS menolak tawaran tersebut.
Sikap AS itu sangat
disesalkan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov. "Logika semua
pendekatan AS yang disuarakan kemarin hanya itu, 'Anda melanggar
perjanjian, kami tidak melanggar, oleh karena itu Anda, Rusia, wajib
melakukan apa yang kami minta dari Anda dan kami tidak harus melakukan
apa pun'," katanya.
Dengan belum adanya penyelesaian yang
disepakati kedua belah pihak, AS kemungkinan besar resmi mundur dari INF
pada 2 Februari mendatang. INF ditandatangani AS dan Uni Soviet pada
1987. Perjanjian tersebut melarang kedua belah pihak memproduksi atau
memiliki rudal nuklir dengan daya jangkau 500-5.500 kilometer.
Sejak
2014, AS kerap menuding Rusia melanggar INF. Namun, tudingan itu selalu
dibantah oleh Moskow. Pada Oktober 2018, Presiden AS Donald Trump
mengumumkan rencananya menarik AS dari INF. Rencana tersebut juga telah
disampaikan secara resmi kepada Rusia pada Desember tahun lalu.
Rencana
mundurnya AS dari INF memicu kekhawatiran, terutama dari Eropa. Benua
Biru telah menganggap INF sebagai fondasi keamanannya. Dengan
hengkangnya AS, potensi terjadinya perlombaan senjata baru seperti era
Perang Dingin terbuka lebar dan akan menempatkan Eropa dalam bahaya.