Paus Fransiskus berada di Uni Emirat Arab untuk mempromosikan kadamaian.
CB,
ABUDHABI -- Paus Fransiskus melayani komunitas Katholik di Uni Emirat
Arab. Dalam kunjungannya ke Semananjung Arab yang bersejarah ini ia
menyerukan agar umatnya tetap lemah lembut dalam mengikuti Tuhan. Ini
pertama kalinya Paus datang ke Jazirah Arab.
Satu hari setelah meminta pemimpin Kristen dan Muslim untuk berkerja
sama dalam mempromosikan kedamaian dan menolak peperangan, Paus
Fransiskus mengadakan misa terbesar di Arab. Misa ini menandakan tonggak
sejarah baru toleransi di Uni Emirat Arab.
Hymne
Helleluyah yang bergema di sepenjuru kota Abu Dhabi menjadi bukti
toleransi Uni Emirat Arab terhadap agama lain selain Islam. Sementara di
negara-negara Teluk Arab lainnya sangat sulit bagi masyarakat agama
non-Islam menyelenggarakan ibadah publik.
"Kami harus
katakan ini acara yang sangat besar dari acara yang tidak pernah kami
perkirakan," kata Sumitha Pintu, perempuan asal India yang sudah tinggal
hampir 20 tahun Uni Emirat Arab, Selasa (5/2).
Penyelenggara
mengatakan pemeluk agama Katholik dari 100 negara menghadiri misa ini.
Termasuk empat ribu Muslim dari federasi Muslim. Bukti keragaman 9 juta
penduduk Uni Emirat Arab.
Surat kabar Amerika Serikat (AS)
New York Times
melaporkan Uni Emirat Arab memiliki Kementerian Toleransi. Kementerian
ini bukti Uni Emirat Arab sudah lama berupaya mempromosikan diri mereka
sebagai pusat kosmopolitan dan perdagangan global tapi juga menerapkan
hukum agama yang inklusif.
Pinto menghadiri misa ini
bersama suami dan empat orang anaknya. Anak bungsu Pinto memegang sebuah
poster foto Paus dengan tulisan 'Selamat Datang Paus Fransiskus,
Jadikan Saya Saluran Kedamaian Anda'.
Sorak-sorai meledak di dalam dan luar Stadion Zayed Sports City ketika Paus Fransiskus tiba dengan mobil bak terbuka. Teriakan '
Viva il Papa' dan '
We love you' bergema di mana-mana. Diperkirakan ada 135 ribu orang yang menghadiri misa ini.
Masyarakat
Katholik Uni Emirat Arab sesuatu yang anomali di kawasan Timur Tengah.
Mereka sangat banyak, beragam dan terus berkembang ketika banyak
masyarakat Katholik di Timur Tengah melarikan diri dari
serangan-serangan ISIS dan kelompok teror lainnya.
Gereja
Katholik memperkirakan ada sebanyak 1 juta pemeluk Katholik di Uni
Emirat Arab. Hampir semuanya adalah pendatang yang datang untuk bekerja
di negara yang kaya minyak tersebut. Posisi mereka ada berbagai sektor
mulai dari sektor kerah putih seperti keuangan sampai kerah biru seperti
konstruksi.
Kebanyakan dari mereka adalah orang Filipina
dan India. Banyak yang meninggalkan keluarga mereka di negara asal untuk
datang dan bekerja di Uni Emirat Arab. Kelompok-kelompok hak asasi
manusia mengkritik tempat atau kondisi kerja yang disediakan pemerintah
Uni Emirat Arab kepada mereka.
Paus Fransiskus
menyampaikan khotbahnya dengan bahasa Italia. Diterjemahkan ke dalam
bahasa Arab dan Inggris di layar raksasa. Dalam khotbahnya Paus meminta
umat Katholik di Uni Emirat Arab untuk menahan segala penderitaan yang
mereka tanggung.
"Tentunya tidak mudah bagi Anda untuk
tinggal jauh dari rumah, merindukan orang yang Anda cintai, dan mungkin
merasa tidak ada kepastian di masa depan, tapi Tuhan setia dan tidak
akan meninggalkan umatnya," kata Paus Fransiskus.
Paus
Fransiskus juga memberitahu jemaatnya yang banyak di antara mereka
miskin dan pekerja kasar untuk tidak perlu membangun karya 'sangat
besar' untuk membuktikan keimanan mereka. Sebuah pesan yang menekankan
kelemahlembutan di negara yang memiliki banyak gedung pencakar langit
dan terkenal dengan kemewahannya.
"Yesus, tidak meminta
kita untuk membangun karya besar atau menarik perhatian diri kita
sendiri dengan gestur yang luarbiasa, dia meminta kita hanya membuat
satu karya seni, yang mungkin untuk semua orang: hidup kita sendiri,"
kata Paus Fransiskus.
Para jemaat gembira dan mengapresiasi
kata-kata Paus Fransiskus. Kedatangan Paus Franciskus selama tiga hari
di Uni Emirat Arab merupakan sebuah oasis bagi mereka.
"Ia
hampir bersifat keilahian, dia memiliki kharisma yang istimewa," kata
Raphael Muntenkurian, seorang mantan seminaris yang tinggal selama 30
tahun di Uni Emirat Arab.
Muntenkurian mengatakan, semua
orang sangat terpesona dengan upaya yang dilakukan Paus Fransiskus untuk
terus mempromosikan perdamaian dan toleransi. Kesederhanaan dan
keredahan hatinya, kata Muntenkurian, selalu layak untuk dipuji.
Untuk
menekankan keragamaan jemaat Katholik doa misa dibacakan dalam berbagai
bahasa dan menekankan berbagai kesulitan hidup. Dalam doa bahasa India
Konkani doa misa meminta agar pejabat publik 'diterangi' dan
mempromosikan martabat semua orang.
Sementara itu doa
dalam bahasa Tagalog Filipina meminta agar pengorbanan dan kerja para
pekerja dan imigran di Uni Emirat Arab dapat menopang keluarga mereka.
Doa dalam bahasa Prancis meminta mereka yang melakukan kekerasan untuk
mengubah cara mereka berperilaku dan menghentikan perang, mengatasi
kebencian dan membantu semua orang untuk menjalin keadilan dan membangun
kedamaian.
Misa diakhiri pada tengah hari dan Paus pun
menuju bandara Abu Dhabi untuk pulang. Pada Senin (4/2), bersama Imam
Besar Al-Azhar Syeikh Ahmed el-Tayeb, Paus Fransiskus menandatangani
perjanjian mempromosikan 'persaudaraan manusia'.
Paus
Fransiskus juga meminta pemimpin-pemimpin agama untuk bekerja sama
menentang 'kekejaman yang menyedihkan' dalam perang. Ia juga meminta
pemimpin agama untuk menolak 'logika pasukan bersenjata, mempersenjatai
perbatasan dan meningkatkan tembok perbatasan'.
"Tidak ada alternatif : kita membangun masa depan bersama-sama atau tidak ada masa depan sama sekali," kata Paus Fransiskus.
Kata-kata
itu ia sampaikan di depan putra mahkota Uni Emirat Arab, ratusan imam,
mufti, rabi dan swami yang berkumpul di Abu Dhabi. Di saat ketika Uni
Emirat Arab membantu koalisi Arab Saudi dalam perang Yaman. Perang yang
membuat Yaman sebagai negara termiskin di Arab ke ambang kelaparan.
"Tuhan menyertai mereka yang mencari perdamaian," tambah Paus Fransiskus.
Penguasa
Uni Emirat Arab memperhiasi lampu-lampu jalan dengan bendera Uni Emirat
Arab dan Vatikan untuk kedatangan Paus Fransiskus. Mereka sudah lama
memberikan kebebasan kepada agama-agama minoritas termasuk Katolik.
Pasalnya
pemeluk Katholik dari India, Filipina dan Amerika Selatan, telah
membantu mendukung pertumbuhan Uni Emirat Arab sebagai pekerja
konstruksi, pembantu rumah tangga dan karyawan industri minyak.
Sementara umat Hindu, dan minoritas agama lainnya dapat mempraktikkan
keyakinan mereka.