Senin, 25 Februari 2019

Pasukan Khusus Rusia Berlatih untuk Hadapi Konflik Arktik


Pasukan Khusus Rusia Berlatih untuk Hadapi Konflik Arktik
Legislator Rusia mengirim peringatan kepada AS bahwa pasukan khusus negaranya sedang berlatih untuk menghadapi potensi konflik di Kutub Utara. Foto/Ilustrasi/Istimewa

MOSKOW - Pasukan khusus Rusia sedang berlatih untuk menghadapi potensi konflik di Kutub Utara. Hal itu diungkapkan oleh seorang anggota parlemen Rusia dalam sebuah peringatan kepada pemerintahan Trump.

"Kami memiliki angkatan bersenjata kami sendiri, juga memiliki para jenderal, yang memiliki kemampuan, menurut pendapat saya," ujar anggota komite urusan luar negeri legislatif Rusia, Andrei Klimov.

"Kami memiliki unit khusus yang dapat beraksi di Far North dan kondisinya, yang telah membedakan diri mereka sendiri," imbuhnya seperti dikutip dari Washington Examiners, Sabtu (23/2/2019).

Klimov mengeluarkan peringatan itu sebagai tanggapan terhadap pernyataan Laksamana James Foggo, komandan Pasukan Angkatan Laut AS untuk Eropa dan Afrika, yang mengatakan baik Rusia maupun China tidak akan diizinkan untuk mendominasi wilayah Arktik. Klimov menganggap pernyataan itu berarti bahwa Amerika Serikat berniat mengendalikan Kutub Utara.

"Pendapat para jenderal bukanlah terbaik dan paling diinginkan," katanya.

"Adapun masalah itu sendiri, ada aturan internasional yang mengatur penggunaan tanah dan laut, dan kami telah membuktikan sejak lama dari sudut pandang geologi dan geografi di mana area daratan dan laut condong ke arah Federasi Rusia," tuturnya.

Klimov menilai pernyataan Foggo harus ditafsirkan sebagai mengatakan bahwa "jika gratis, maka milik kita," menambahkan bahwa dia akan lebih suka jika bukan jenderal yang berbicara tentang masalah politik seperti kompetisi di Arktik.

"Kami juga memiliki armada pemecah es kami, yang terkuat di dunia, yang memfasilitasi agenda perdamaian kami," tambahnya, yang bekerja untuk membuka jalur pelayaran baru melalui gletser yang mencair di Kutub Utara.

"Pekerjaan aktif dari bagian ini dapat secara signifikan mengubah semua skema perdagangan dan ekonomi yang ada di Eurasia, dan Amerika tidak terlalu tertarik dengan itu," tukasnya. 



Credit  sindonews.com