Kamis, 21 Februari 2019

Maduro Yakin Dunia Bela Venezuela Jika AS Lakukan Invasi


Maduro Yakin Dunia Bela Venezuela Jika AS Lakukan Invasi
Maduro menyatakan keyakinannya bahwa orang-orang di seluruh dunia akan bangkit untuk membela negaranya jika terjadi invasi militer Amerika Serikat (AS). Foto/Reuters

CARACAS - Presiden Venezuela, Nicolas Maduro menyatakan keyakinannya bahwa orang-orang di seluruh dunia akan "bangkit" untuk membela negaranya jika terjadi invasi militer Amerika Serikat (AS).

"Jika Venezuela diserang oleh kekaisaran AS, orang-orang di dunia akan bangkit dan mulai bertarung bersama," kata Maduro, saat berbicara di depan para lulusan universitas kedokteran Venezuela, seperti dilansir Sputnik pada Rabu (20/2).

Maduro, dalam pidatonya menuduh AS melakukan tindakan agresif, sepihak dan imperial. Ia juga menyatakan bahwa konflik Venezuela-AS adalah antara agresi AS dan pendukung pendekatan demokratis multilateral berdasarkan kesepakatan, harmoni dan dialog antara orang-orang di seluruh dunia.

Sementara itu, sebelumnya Menteri Pertahanan Venezuela, Vladimir Padrino memerintahkan Angkatan Bersenjata negara tersebut tetap siaga di sepanjang perbatasan negara untuk mencegah potensi pelanggaran teritorial. Dia menantang siapa pun yang ingin menggulingkan Maduro untuk melangkahi mayat para tentara.

Padrino mengatakan, para perwira dan tentara Venezuela tetap patuh dan tunduk kepada Presiden Maduro, yang oleh sekitar 50 negara di seluruh dunia tidak lagi mengakuinya sebagai kepala negara yang sah. Dia menolak pemaksaan pemerintahan baru, meski ada dorongan dari asing sekalipun.

Komitmen loyalitas Menhan Padrino disampaikan setelah Presiden AS, Donald Trump mendesak militer Venezuela untuk menerima tawaran amnesti dan mendukung pemimpin oposisi Juan Guaido atau kehilangan segalanya.

Ancaman Trump disampaikan saat berbicara kepada para pendukung dan ekspatriat Venezuela di Miami pada hari Minggu waktu setempat. Dia memiliki pesan untuk para pejabat yang membantu menjaga Maduro tetap pada kekuasaannya.  





Credit  sindonews.com