Otoritas Palestina belum membahas nama-nama calon pengganti Rami Hamdallah
CB.CO.ID,
 RAMALLAH -- Presiden Palestina Mahmoud Abbas telah menerima pengunduran
 diri Perdana Menteri Palestina Rami Hamdallah dan jajaran menteri di 
kabinetnya pada Selasa (29/1). Kendati demikian, Hamdallah masih 
ditunjuk sebagai pengurus hingga kabinet baru terbentuk. 
Kantor berita Palestina 
WAFA telah mengonfirmasi kabar 
tersebut. Namun belum ada keterangan atau pernyataan resmi dari Abbas 
merespons mundurnya Hamdallah sebagai perdana menteri.
Hamdallah
 mengajukan pengunduran diri setelah Komite Sentral Fatah 
merekomendasikan pembentukan pemerintah yang terdiri dari perwakilan 
faksi-faksi di Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dan tokoh-tokoh 
independen. "Dia (Hamdallah) dan menteri lainnya mengundurkan diri," 
ungkap juru bicara Hamdallah, Ahmad Shami, dikutip laman 
the Times of Israel. 
Hingga
 saat ini Otoritas Palestina dikabarkan belum membahas nama-nama calon 
yang akan menggantikan posisi Hamdallah. Juru bicara Hamas Fawzi Barhoum
 memprotes pengunduran diri Hamdallah dan menteri Palestina lainnya. Dia
 berpendapat hal itu akan membuka jalan bagi pembentukan pemerintahan 
yang hanya melayani kepentingan Abbas dan faksi Fatah saja.
Pada
 Ahad lalu, anggota Komite Sentral Fatah Azzam al-Ahmad mengatakan 
Palestina berencana membentuk pemerintahan baru. Rencana itu diumumkan 
merespons keputusan Hamas yang menolak menyerahkan kontrol atas Jalur 
Gaza ke Otoritas Palestina. 
"Kami berencana membentuk 
pemerintahan baru dari faksi-faksi segera sebagai tanggapan atas 
kegagalan Hamas melakukan tanggung jawab nasionalnya dalam menyerahkan 
Jalur Gaza ke Otoritas Palestina yang sah," kata Ahmad. 
Ahmad
 menegaskan Hamas tak akan disertakan dalam pembentukan pemerintahan 
yang baru. "Hamas membantu membentuk pemerintahan terakhir. Kali ini, 
mereka tidak akan berpartisipasi dalam pembentukannya atau menjadi 
bagian darinya," ujar dia. 
Hamas dan Fatah telah 
berselisih sejak 2007. Beberapa upaya rekonsiliasi telah dilakukan. 
Namun hingga kini kedua belah pihak masih belum bisa sepenuhnya 
berdamai.