Pejuang Taliban, Afghanistan
Taliban masih belum mau bernegosiasi dengan Pemerintah Afghanistan.
CB,
WASHINGTON -- Utusan khusus Amerika Serikat (AS) untuk Afghanistan
Zalmay Khalilzad mengatakan, AS dan Taliban sudah membuat draf
kesepakatan yang dapat menjadi jalan menuju perundingan damai dengan
pemerintah Afghanistan. Tapi beberapa rintangan menuju perdamaian
seperti gencatan senjata dan penarikan pasukan asing masih
dinegosiasikan.
"Kami memiliki draf kerangka kerja yang perlu disempurnakan sebelum menjadi kesepakatan," kata Khalilzad ke surat kabar AS
the New York Times, seperti dilansir dari
Aljazirah, Selasa (29/1).
Pernyataan
Khalilzad ini menjadi tanda yang paling jelas pembicaraan antara AS dan
Taliban di Qatar mengalami banyak kemajuan. Hal ini meningkatkan
harapan berakhirnya perang di Afghanistan yang sudah berlangsung selama
17 tahun.
Khalilzad sudah memimpin pembicaraan dengan
Taliban untuk mendorong agar mereka berkenan bernegosiasi dengan
Pemerintah Afghanistan. Tapi kelompok radikal tersebut terus-menerus
menolaknya. Menurut Taliban, Pemerintah Afghanistan hanya boneka dari
AS.
"Sudah setuju untuk sepakat dalam beberapa prinsip di
beberapa isu yang sangat penting," kata Khalilzad yang dikutip oleh
Kedutaan Besar AS di Kabul, Afghanistan.
Para ahli memuji
hal ini sebagai batu pijakan yang menandakan kedua belah pihak sudah
ingin mengakhiri konflik selama belasan tahun. Pelaksana Tugas Menteri
Pertahanan AS Patrick Shanahan menggambarkan pembicaraan di Qatar sangat
memotivasi.
Tapi belum ada tenggat waktu kapan gencatan
senjata atau penarikan pasukan AS akan dilakukan. Dua hal tersebut isu
paling penting yang dalam pertemuan dan pembicaraan sebelumnya selalu
gagal untuk disepakati.
Pada
Sabtu (27/1) juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan tanpa
ada waktu yang jelas kapan AS akan menarik pasukannya dari Afghanistan
maka mustahil untuk membicarakan isu lainnya.
Ada
satu isu menurut Khalilzad yang sudah disepakati oleh Taliban yakni
keamanan Afghanistan. "Taliban sudah berkomitmen, demi kepuasan kami,
untuk melakukan hal yang diperlukan demi mencegah Afghanistan menjadi
wadah bagi kelompok atau individu teroris internasional," kata
Khalilzad.
Namun ia tidak menjelaskan lebih lanjut apa
yang dimaksud dengan hal itu. Dalam pernyataan yang dikeluarkan Taliban
pada pekan lalu, mereka sepakat untuk melawan Alqaidah dan ISIS di
Afghanistan.
Di sisi lain, ISIS masih terus tumbuh dan berpotensi berbahaya di
Afghanistan. Kelompok tersebut kerap perang melawan Taliban untuk
memperebutkan beberapa wilayah.
Menurut Analis Wilson Center, Michael Kugelman, AS sudah lama meminta
Taliban ikut memerangi Alqaidah dan ISIS. Tapi langkah Taliban yang
setuju untuk memerangi Alqaidah dan ISIS ini lebih bersifat 'isyarat
perdamaian' dibandingkan konsensi.
"Taliban tidak pernah
berteman dengan ISIS atau Alqaidah yang menjadi bayang dirinya
sendirinya, tapi hal ini menjadi isyarat, setidaknya dititik ini, para
pemberontak berniat untuk bernegosiasi dalam kebaikan dan sepakat dengan
permintaan penting AS," kata Kugelman.
Pemerintah Afghanistan mengatakan kesepakatan apa pun yang dibuat oleh AS dan Taliban harus berdasarkan dukungan mereka.
"Saya
meminta kepada Taliban, untuk menunjukan kehendak Afghanistan mereka
dan menerima permintaan rakyat Afghanistan untuk perdamaian dan
melakukan pembicaraan damai yang serius dengan pemerintah Afghanistan,"
kata Presiden Afghanistan Ashraf Ghani.
Keinginan Presiden
AS Donald Trump untuk segera mengakhiri perang selama 17 tahun di
Afghanistan juga membebani pembicaraan damai. Ghani memperingatkan untuk
tidak terburu-buru melakukan kesepakatan apa pun. Ia menyinggung
tentang penarikan pasukan Uni Soviet dari Afghanistan pada 1989. "Kami
ingin perdamaian, kami menginginkannya dengan cepat tapi kami ingin
dilakukan dengan rencana," kata Ghani.
Ghani juga
mengatakan semua pasukan asing juga harus meninggalkan Afghanistan. Tapi
keamanan dan keselamatan rakyat Afghanistan harus menjadi hal yang
paling utama.
"Tidak ada rakyat Afghanistan yang
ingin pasukan asing tetap bertahan di negara mereka, tidak ada rakyat
Afghanistan yang ingin menghadapi bom bunuh diri di rumah sakit,
sekolah, masjid dan taman," katanya.
Rakyat sipil menjadi
pihak yang harus membayar mahal serangan-serangan yang dilakukan
Taliban. Pada tahun lalu perang di Afghanistan mengalahkan perang di
Suriah sebagai yang paling mematikan saat ini.
Kantor
kepresidenan Afghanistan mengatakan Khalilzad sudah memastikan kepada
pemerintah Afghanistan pembicaraan di Qatar tetap fokus untuk membawa
para pemberontak ke meja perundingan dengan Pemerintah Afghanistan.
Mereka juga mengatakan Khalilzad sudah mengonfirmasi belum ada
kesepakatan untuk melakukan penarikan pasukan atau gencatan senjata.
Credit
republika.co.id