JENEWA
- Lebih dari 40 orang tewas dan sekitar 850 orang ditahan, termasuk
setidaknya 77 anak di bawah umur, dalam demonstrasi anti pemerintah di Venezuela. Demikian pernyataan yang dikeluarkan oleh kantor hak asasi manusia PBB (OHCHR).
Juru bicara OHCHR, Rupert Colville, mengatakan pada Rabu pekan lalu saja 696 orang ditahan oleh pasukan keamanan. Angka ini adalah jumlah tertinggi penahanan dalam satu hari di negara Amerika Selatan itu dalam 20 tahun.
Colville mengatakan di Jenewa bahwa di antara orang-orang yang terbunuh, 26 orang ditembak oleh pasukan pro-pemerintah, lima orang tewas dalam penggerebekan di rumah dan 11 orang dilaporkan terbunuh oleh "orang tak dikenal" yang terkait dengan insiden penjarahan. Dia mengatakan salah satu anggota Garda Bolivarian juga dilaporkan tewas di negara bagian Monagas seperti dikutip dari Fox News, Selasa (29/1/2019).
Juru bicara OHCHR, Rupert Colville, mengatakan pada Rabu pekan lalu saja 696 orang ditahan oleh pasukan keamanan. Angka ini adalah jumlah tertinggi penahanan dalam satu hari di negara Amerika Selatan itu dalam 20 tahun.
Colville mengatakan di Jenewa bahwa di antara orang-orang yang terbunuh, 26 orang ditembak oleh pasukan pro-pemerintah, lima orang tewas dalam penggerebekan di rumah dan 11 orang dilaporkan terbunuh oleh "orang tak dikenal" yang terkait dengan insiden penjarahan. Dia mengatakan salah satu anggota Garda Bolivarian juga dilaporkan tewas di negara bagian Monagas seperti dikutip dari Fox News, Selasa (29/1/2019).
Venezuela
telah terlibat dalam tarik ulur kekuatan politik sejak pemimpin oposisi
Juan Guaido menyatakan dirinya sebagai presiden sementara pekan lalu.
Ini adalah bagian dari kampanye untuk melengserkan Presiden Nicolas Maduro.
Awal pekan ini, Guaido meminta para pendukungnya untuk meningkatkan protes di setiap sudut negara dan di seluruh dunia, meningkatkan tekanan terhadap Maduro yang menghadapi pengawasan intensif atas pemilihan presiden tahun lalu yang kontroversial.
Awal pekan ini, Guaido meminta para pendukungnya untuk meningkatkan protes di setiap sudut negara dan di seluruh dunia, meningkatkan tekanan terhadap Maduro yang menghadapi pengawasan intensif atas pemilihan presiden tahun lalu yang kontroversial.
"Saya satu-satunya presiden Venezuela yang sah," tegas Guaido kepada penyiar ARD.
"Tidak ada pemilu pada tahun 2018. Masa jabatan Maduro berakhir sehingga ia tidak sah di kantor dan memerintah sebagai diktator," imbuhnya.
Klaim kepala negara oleh pemimpin Majelis Nasional berusia 35 tahun itu mendapat dukung dari sebagian besar kekuatan Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat (AS).
"Tidak ada pemilu pada tahun 2018. Masa jabatan Maduro berakhir sehingga ia tidak sah di kantor dan memerintah sebagai diktator," imbuhnya.
Klaim kepala negara oleh pemimpin Majelis Nasional berusia 35 tahun itu mendapat dukung dari sebagian besar kekuatan Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat (AS).
Credit sindonews.com