CB, Beijing – Militer Cina
memobilisasi rudal nuklir DF-26 berjarak menengah dengan kemampuan
menyerang kapal perang atau juga dikenal sebagai “Guam Killer”. Ini
karena rudal ini mampu menyerang instalasi militer Amerika di Pulau Guam
di Pasifik.
Ketegangan antara Amerika dan Cina meningkat terkait sengketa Laut Cina Selatan dan status Taiwan sebagai negara.
“Stasiun televisi Cina merilis sebuah video yang menunjukkan militer Cina meluncurkan roket DF-26,” begitu dilansir Sputnik News pada Senin, 28 Januari 2019.
Video itu menunjukkan latihan menembak militer Cina di kawasan barat laut negara itu. Satu dari dua roket DF-26 terlihat ditembakkan.
“Sebuah jaringan informasi terkoneksi dengan kepala rudal, yang terdiri dari satelit, radar darat dan laut serta radar di dalam rudal itu sendiri, akan terus memutakhirkan lokasi dari target yang bergerak, menginformasikan data kepada kontrol penerbangan rudal mengenai arah dari rudal ini,” begitu kata seorang ahli militer kepada media Global Times asal Cina seperti dilansir Sputnik News.
Menurut Song Zhongping, analis militer dan veteran dari Pasukan Roket Cina, rudal DF-26 ini mampu mengubah arah lintasannya.
“Rudal ini memiliki sistem pandu yang memungkinkannya mengenai kapal induk yang bergerak lambat,” kata Song. “Roket ini memiliki struktur double cone untuk keperluan antideteksi siluman sehingga sulit dicegat.”
Militer PLA dari Pasukan Roket memesan paket pertama 22 rudal DF-26 sistem rudal mobile pada April 2019. Pada awal bulan ini, media Cina melaporkan militer memindahkan rudal ini ke sebuah kawasan di Barat Laut negara itu. Ini merespon kedatangan kapal penghancur AS yang dilengkapi rudal terpandu beberapa waktu lalu.
AS kembali mengirim dua kapal perang melewati Selat Taiwan pada pekan lalu membuat hubungan dengan Cina kembali memanas. Bejing meminta AS menjauh dari area ini karena khawatir Taiwan bakal mendapat bantuan militer. Taiwan merupakan negara kepulauan yang mengatur dirinya sendiri sejak 1949. Namun, Cina masih menganggapnya sebagai bagian integral dari negara itu.
Ketegangan antara Amerika dan Cina meningkat terkait sengketa Laut Cina Selatan dan status Taiwan sebagai negara.
“Stasiun televisi Cina merilis sebuah video yang menunjukkan militer Cina meluncurkan roket DF-26,” begitu dilansir Sputnik News pada Senin, 28 Januari 2019.
Video itu menunjukkan latihan menembak militer Cina di kawasan barat laut negara itu. Satu dari dua roket DF-26 terlihat ditembakkan.
“Sebuah jaringan informasi terkoneksi dengan kepala rudal, yang terdiri dari satelit, radar darat dan laut serta radar di dalam rudal itu sendiri, akan terus memutakhirkan lokasi dari target yang bergerak, menginformasikan data kepada kontrol penerbangan rudal mengenai arah dari rudal ini,” begitu kata seorang ahli militer kepada media Global Times asal Cina seperti dilansir Sputnik News.
Menurut Song Zhongping, analis militer dan veteran dari Pasukan Roket Cina, rudal DF-26 ini mampu mengubah arah lintasannya.
“Rudal ini memiliki sistem pandu yang memungkinkannya mengenai kapal induk yang bergerak lambat,” kata Song. “Roket ini memiliki struktur double cone untuk keperluan antideteksi siluman sehingga sulit dicegat.”
Militer PLA dari Pasukan Roket memesan paket pertama 22 rudal DF-26 sistem rudal mobile pada April 2019. Pada awal bulan ini, media Cina melaporkan militer memindahkan rudal ini ke sebuah kawasan di Barat Laut negara itu. Ini merespon kedatangan kapal penghancur AS yang dilengkapi rudal terpandu beberapa waktu lalu.
AS kembali mengirim dua kapal perang melewati Selat Taiwan pada pekan lalu membuat hubungan dengan Cina kembali memanas. Bejing meminta AS menjauh dari area ini karena khawatir Taiwan bakal mendapat bantuan militer. Taiwan merupakan negara kepulauan yang mengatur dirinya sendiri sejak 1949. Namun, Cina masih menganggapnya sebagai bagian integral dari negara itu.
Credit tempo.co