CB, Caracas – Presiden Venezuela, Nicolas Maduro,
mengatakan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, meminta pemerintah
Kolombia dan kelompok mafia di negara itu untuk membunuhnya.
Maduro mengatakan ini dalam wawancara dengan media RIA Novosti dari Rusia.
“Tanpa diragukan lagi, Donald Trump memerintahkan pembunuhan atas diri saya, meminta pemerintah Kolombia, mafia Kolombia, untuk membunuh saya. Jika sesuatu terjadi pada diri saya, Donald Trump dan Presiden Kolombia, Ivan Duque, bertanggung jawab,” kata Maduro kepada media RIA Novosti dan dilansir Reuters dan Russia Today pada Rabu, 30 Januari 2019.
Maduro mengaku dia merasa yakin dengan keamanannya karena dijaga
dengan ketat. “Saya selalu dilindungi oleh rakyat Venezuela. Kami punya
lembaga intelijen yang bagus,” kata dia.
Soal
Kolombia, penasehat keamanan AS, John Bolton, terekam kamera memegang
catatan yang berisi tulisan 5000 tentara ke Kolombia. Ini menimbulkan
pertanyaan apakah AS akan mengirim pasukan lewat Kolombia terkait krisis
di Venezuela.
Penasehat keamanan nasional Gedung Putih, John Bolton, memegang buku catatan yang berisi tulisan "5000 tentara ke Kolombia" pada Selasa, 29 Januari 2019. Sky News
Maduro baru saja dilantik sebagai Presiden Venezuela pada 10 Januari 2019 untuk masa pemerintahan kedua selama enam tahun.
Namun, seperti dilansir Reuters, kalangan oposisi dan negara Barat menilai pelaksanaan pemilu Venezuela berlangsung penuh kecurangan sehingga tidak memiliki legitimasi. Sejumlah negara Barat seperti Jerman dan Prancis mendesak Maduro menggelar pemilu dalam delapan hari.
Pada
saat yang sama, pemimpin oposisi Venezuela, Juan Guaido, menobatkan
diri sebagai Presiden interim pada pekan lalu dan berjanji akan
menggelar pemilu secepatnya setelah Maduro mundur. Trump, sejumlah
negara Eropa dan Amerik Latin, mendukung Guaido sebagai Presiden
interim.
Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, menggelar acara lari bersama tentara loyalis pada 27 Januari 2019. Reuters
Lewat cuitan di akun @realdonaldtrump, Trump mengatakan baru saja bicara dengan Guaido. “Saya baru saya bicara hari ini dengan Presiden interim Venezuela, Juan Guaido, untuk mengucapkan selamat kepadanya mengenai kenaikannya sebagai Presiden dan menguatkan dukungan kuat AS kepada perjuangan Venezuela untuk meraih kembali demokrasi,” kata Trump sambil menyebut terjadi unjuk rasa besar terhadap Maduro. “Perjuangan untuk kebebasan sudah dimulai,” kata dia.
Trump
juga mencuit soal kesediaan Maduro untuk bernegosiasi dengan kelompok
oposisi di Venezuela. “Ini terjadi setelah AS mengenakan sanksi memotong
pendapatan minyak,” kata Trump sambil menyebut Guaido menjadi target
Mahkamah Agung dan unjuk rasa besar di sana.
Dalam wawancara ini, Maduro menolak permintaan pemilu ulang dan mengatakan pemilu berikutnya akan berlangsung pada 2025.
Dia juga mengaku mencoba menjalin dialog dengan Presiden Trump namun upaya ini gagal karena dihalangi oleh penasehat keamanan nasional Gedung Putih yaitu John Bolton.
“Selama bertahun-tahun, saya mencoba mengadakan dialog.. Tapi Bolton mencegah Donald Trump melakukan dialog dengan Nicolas Maduro. Saya punya informasi dia mencegah ini agar tidak terjadi,” kata Maduro.
“Tanpa diragukan lagi, Donald Trump memerintahkan pembunuhan atas diri saya, meminta pemerintah Kolombia, mafia Kolombia, untuk membunuh saya. Jika sesuatu terjadi pada diri saya, Donald Trump dan Presiden Kolombia, Ivan Duque, bertanggung jawab,” kata Maduro kepada media RIA Novosti dan dilansir Reuters dan Russia Today pada Rabu, 30 Januari 2019.
Penasehat keamanan nasional Gedung Putih, John Bolton, memegang buku catatan yang berisi tulisan "5000 tentara ke Kolombia" pada Selasa, 29 Januari 2019. Sky News
Maduro baru saja dilantik sebagai Presiden Venezuela pada 10 Januari 2019 untuk masa pemerintahan kedua selama enam tahun.
Namun, seperti dilansir Reuters, kalangan oposisi dan negara Barat menilai pelaksanaan pemilu Venezuela berlangsung penuh kecurangan sehingga tidak memiliki legitimasi. Sejumlah negara Barat seperti Jerman dan Prancis mendesak Maduro menggelar pemilu dalam delapan hari.
Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, menggelar acara lari bersama tentara loyalis pada 27 Januari 2019. Reuters
Lewat cuitan di akun @realdonaldtrump, Trump mengatakan baru saja bicara dengan Guaido. “Saya baru saya bicara hari ini dengan Presiden interim Venezuela, Juan Guaido, untuk mengucapkan selamat kepadanya mengenai kenaikannya sebagai Presiden dan menguatkan dukungan kuat AS kepada perjuangan Venezuela untuk meraih kembali demokrasi,” kata Trump sambil menyebut terjadi unjuk rasa besar terhadap Maduro. “Perjuangan untuk kebebasan sudah dimulai,” kata dia.
Spoke today with Venezuelan Interim President Juan Guaido to congratulate him on his historic assumption of the presidency and reinforced strong United States support for Venezuela’s fight to regain its democracy....— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) January 30, 2019
Dalam wawancara ini, Maduro menolak permintaan pemilu ulang dan mengatakan pemilu berikutnya akan berlangsung pada 2025.
Dia juga mengaku mencoba menjalin dialog dengan Presiden Trump namun upaya ini gagal karena dihalangi oleh penasehat keamanan nasional Gedung Putih yaitu John Bolton.
“Selama bertahun-tahun, saya mencoba mengadakan dialog.. Tapi Bolton mencegah Donald Trump melakukan dialog dengan Nicolas Maduro. Saya punya informasi dia mencegah ini agar tidak terjadi,” kata Maduro.
Credit tempo.co