Ilustrasi (Johannes EISELE / AFP)
Akibat perlambatan ekonomi ini, Kementerian Sumber Daya Manusia, seperti dikutip Xinhua, Minggu (13/1), menargetkan pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah yaitu 6 hingga 6,5 persen pada 2019. Padahal negara itu menargetkan pertumbuhan sekitar 6,5 persen pada 2018.
"Untuk 2019, Cina masih menghadapi tekanan pekerjaan yang besar, dengan lebih dari 15 juta pencari kerja baru bertambah di daerah perkotaan. Termasuk perkiraan rekor baru jumlah lulusan perguruan tinggi sejumlah 8,34 juta orang," tutur pejabat kementerian.
Ia pun mengungkap bahwa pemerintah mesti membantu para lulusan perguruan tinggi dan pekerja migran dari pedesaan untuk mencari pekerjaan. Mereka berencana untuk menambah saluran pelatihan keterampilan untuk para penganggur.
Selain itu, untuk memastikan ketersediaan lapangan pekerjaan, pejabat dari Departemen Sumber Daya Manusia dan Jaminan Sosial mengatakan pemerintah China akan mengurangi beban perusahaan. China tengah meneliti untuk mempercepat penerapan rencana pemotongan tingkat premi asuransi sosial mereka.
"Perusahaan dengan PHK lebih sedikit atau nol dapat mengambil kembali setengah dari premi asuransi pengangguran tahun sebelumnya," jelas seorang pejabat senior kementerian yang tidak disebutkan namanya kepada Xinhua.
Kebijakan ini sempat diisyaratkan oleh Dewan Negara, kabinet China, Desember lalu.
Xinhua mengatakan tingkat pengangguran perkotaan China adalah 3,8 persen pada akhir 2018, dengan membuat 13,61 juta lapangan pekerjaan baru di daerah perkotaan. Angka ini naik 100.000 dari 2017.
Perdana Menteri Cina Li Keqiang mengatakan rencana pemotongan pajak akan ditujukan bagi perusahaan kecil. Harapannya hal ini akan membantu mendukung pekerjaan dan stabilitas ekonomi seperti tertulis dalam pernyataan tertulis, Sabtu (12/1).
Credit cnnindonesia.com