JENEWA
- Presiden Bashar al-Assad dan keluarganya tidak memiliki peran di masa
depan Suriah. Hal itu ditegaskan Sekretaris Negara Amerika Serikat
(AS), Rex Tillerson.
Tillerson mengatakan bahwa pemerintah Trump mendukung perundingan perdamaian Jenewa sebagai satu-satunya cara untuk mengakhiri perang enam tahun dan beralih ke transisi politik dan pemilihan.
Ia mengatakan hal itu setelah mengadakan pembicaraan dengan Utusan Khusus PBB untuk Suriah Staffan de Mistura. Sebelumnya de Mistura mengumumkan bahwa perundingan damai yang terhenti antara pemerintah Suriah dan oposisi akan dilanjutkan di Jenewa pada 28 November mendatang.
"Amerika Serikat menginginkan Suriah yang utuh dan bersatu tanpa peran Bashar al-Assad di pemerintahan," kata Tillerson seperti dilansir dari Reuters, Jumat (27/10/2017).
"Ini adalah pandangan kami dan saya telah mengatakan ini berkali-kali juga bahwa kami tidak percaya bahwa ada masa depan bagi rezim Assad dan keluarga Assad. Masa pemerintahan keluarga Assad akan segera berakhir. Satu-satunya masalah adalah bagaimana hal itu harus dilakukan," lanjutnya.
"Ketika pemerintah Trump mulai beroperasi, kami berpendapat bahwa ini bukanlah sebuah prasyarat bahwa Assad pergi sebelum proses peralihan dimulai," tukasnya.
Didukung oleh kekuatan udara Rusia dan milisi yang didukung Iran, Assad tampaknya tidak dapat ditahan secara militer dan bulan lalu sekutu Assad Hizbullah mengumumkan kemenangan dalam perang Suriah.
Pasukan tersebut telah mendorong negara Islam kembali dari sebagian besar wilayah timur Suriah dalam beberapa bulan terakhir. Selama setahun terakhir Hizbullah telah membawa banyak wilayah kantong yang dikuasai pemberontak di sekitar Aleppo, Homs dan Damaskus.
Perundingan gencatan senjata yang ditengahi oleh Rusia, Turki, Iran dan Amerika Serikat di daerah-daerah yang dikuasai pemberontak di Suriah barat telah membebaskan tenaga kerja untuk sekutu-sekutu Assad.
Tillerson menyebut pembahasannya dengan Mistura "berbuah" dan mengatakan bahwa AS akan melanjutkan usahanya untuk mengurangi kekerasan di Suriah".
Dia mengatakan satu-satunya alasan pasukan Assad telah berhasil mengubah arus dalam perang melawan ISIS dan militan lainnya adalah dukungan udara yang di terima dari Rusia.
Tillerson mengatakan bahwa pemerintah Trump mendukung perundingan perdamaian Jenewa sebagai satu-satunya cara untuk mengakhiri perang enam tahun dan beralih ke transisi politik dan pemilihan.
Ia mengatakan hal itu setelah mengadakan pembicaraan dengan Utusan Khusus PBB untuk Suriah Staffan de Mistura. Sebelumnya de Mistura mengumumkan bahwa perundingan damai yang terhenti antara pemerintah Suriah dan oposisi akan dilanjutkan di Jenewa pada 28 November mendatang.
"Amerika Serikat menginginkan Suriah yang utuh dan bersatu tanpa peran Bashar al-Assad di pemerintahan," kata Tillerson seperti dilansir dari Reuters, Jumat (27/10/2017).
"Ini adalah pandangan kami dan saya telah mengatakan ini berkali-kali juga bahwa kami tidak percaya bahwa ada masa depan bagi rezim Assad dan keluarga Assad. Masa pemerintahan keluarga Assad akan segera berakhir. Satu-satunya masalah adalah bagaimana hal itu harus dilakukan," lanjutnya.
"Ketika pemerintah Trump mulai beroperasi, kami berpendapat bahwa ini bukanlah sebuah prasyarat bahwa Assad pergi sebelum proses peralihan dimulai," tukasnya.
Didukung oleh kekuatan udara Rusia dan milisi yang didukung Iran, Assad tampaknya tidak dapat ditahan secara militer dan bulan lalu sekutu Assad Hizbullah mengumumkan kemenangan dalam perang Suriah.
Pasukan tersebut telah mendorong negara Islam kembali dari sebagian besar wilayah timur Suriah dalam beberapa bulan terakhir. Selama setahun terakhir Hizbullah telah membawa banyak wilayah kantong yang dikuasai pemberontak di sekitar Aleppo, Homs dan Damaskus.
Perundingan gencatan senjata yang ditengahi oleh Rusia, Turki, Iran dan Amerika Serikat di daerah-daerah yang dikuasai pemberontak di Suriah barat telah membebaskan tenaga kerja untuk sekutu-sekutu Assad.
Tillerson menyebut pembahasannya dengan Mistura "berbuah" dan mengatakan bahwa AS akan melanjutkan usahanya untuk mengurangi kekerasan di Suriah".
Dia mengatakan satu-satunya alasan pasukan Assad telah berhasil mengubah arus dalam perang melawan ISIS dan militan lainnya adalah dukungan udara yang di terima dari Rusia.
Tillerson mengatakan Iran, sekutu utama Assad lainnya, seharusnya tidak dipandang telah membuat perbedaan dalam kekalahan ISIS di Suriah.
"Saya tidak melihat Suriah sebagai kemenangan bagi Iran. Saya melihat Iran sebagai gantungan baju. Saya tidak berpikir bahwa Iran harus diberi penghargaan atas kekalahan ISIS di Suriah. Sebaliknya, saya pikir mereka telah memanfaatkan situasi ini," tukasnya.
Credit sindonews.com