WASHINGTON
- Militer Amerika Serikat (AS) mengonfirmasi bahwa pesawat pembom
siluman berkemampuan nuklir B-2 telah diterbangkan ke wilayah Pasifik
akhir pekan lalu. Pesawat berbahaya ini dikirim menjelang lawatan
Presiden Donald Trump ke Asia dan di saat krisis Korea Utara (Korut)
memanas.
“Sebuah B-2 Spirit dari Pangkalan Angkatan Udara Whiteman melakukan misi jarak jauh ke wilayah tanggung jawab Komando Pasifik akhir pekan ini (kemarin),” kata Komando Strategis AS (US STRATCOM) dalam sebuah pernyataan.
Komando Strategis juga mengungkap sekilas tujuan dari misi penerbangan B-2. ”Misi jarak jauh membiasakan awak pesawat dengan basis udara dan operasi dalam perintah pertempuran di kondisi geografis yang berbeda, yang memungkinkan mereka mempertahankan tingkat kesiapan dan kemampuan yang tinggi,” lanjut pernyataan US STRATCOM, yang dikutip dari akun Facebook-nya, Senin (30/10/2017).
“Misi ini memvalidasi kemampuan serangan global kami selalu siap dan merupakan komitmen demonstrasi nyata terhadap sekutu kami serta untuk meningkatkan keamanan regional.”
Meski demikian, Komando Pusat AS menolak merinci jalur penerbangan pesawat pembom B-2, termasuk lokasi pendaratannya.
Berkantor pusat di Hawaii, Komando Pasifik AS (USPACOM) bertanggung jawab atas wilayah Indo-Asia-Pasifik, wilayah yang mencakup lebih dari 100 juta mil persegi. USPACOM adalah komando terbesar pasukan AS dengan sekitar 375.000 personel militer dan sipil serta 1.100 pesawat terbang.
USPACOM juga bertanggung jawab mengarahkan operasi Armada Pasifik AS yang menggabungkan sekitar 200 kapal yang terbagi antara lima armada tempur kapal induk yang membawa 130.000 pelaut militer dan sipil.
Presiden Trump sendiri dijadwalkan memulai lawatannya ke Jepang pada tanggal 5 November 2017. Sebelum perjalanan Trump, Menteri Pertahanan AS James Mattis telah lebih dulu lawatan ke Korea Selatan untuk membahas krisis nuklir Korut. Kunjungan Mattis juga sebelumnya diawali dengan penerbangan pesawat pembom B-2.
“Sebuah B-2 Spirit dari Pangkalan Angkatan Udara Whiteman melakukan misi jarak jauh ke wilayah tanggung jawab Komando Pasifik akhir pekan ini (kemarin),” kata Komando Strategis AS (US STRATCOM) dalam sebuah pernyataan.
Komando Strategis juga mengungkap sekilas tujuan dari misi penerbangan B-2. ”Misi jarak jauh membiasakan awak pesawat dengan basis udara dan operasi dalam perintah pertempuran di kondisi geografis yang berbeda, yang memungkinkan mereka mempertahankan tingkat kesiapan dan kemampuan yang tinggi,” lanjut pernyataan US STRATCOM, yang dikutip dari akun Facebook-nya, Senin (30/10/2017).
“Misi ini memvalidasi kemampuan serangan global kami selalu siap dan merupakan komitmen demonstrasi nyata terhadap sekutu kami serta untuk meningkatkan keamanan regional.”
Meski demikian, Komando Pusat AS menolak merinci jalur penerbangan pesawat pembom B-2, termasuk lokasi pendaratannya.
Berkantor pusat di Hawaii, Komando Pasifik AS (USPACOM) bertanggung jawab atas wilayah Indo-Asia-Pasifik, wilayah yang mencakup lebih dari 100 juta mil persegi. USPACOM adalah komando terbesar pasukan AS dengan sekitar 375.000 personel militer dan sipil serta 1.100 pesawat terbang.
USPACOM juga bertanggung jawab mengarahkan operasi Armada Pasifik AS yang menggabungkan sekitar 200 kapal yang terbagi antara lima armada tempur kapal induk yang membawa 130.000 pelaut militer dan sipil.
Presiden Trump sendiri dijadwalkan memulai lawatannya ke Jepang pada tanggal 5 November 2017. Sebelum perjalanan Trump, Menteri Pertahanan AS James Mattis telah lebih dulu lawatan ke Korea Selatan untuk membahas krisis nuklir Korut. Kunjungan Mattis juga sebelumnya diawali dengan penerbangan pesawat pembom B-2.
Credit sindonews.com