Menhan AS menilai perlu ada kerja sama militer
baru dengan Korea Selatan terkait ancaman senjata nuklir dan rudal yang
makin meningkat dari Korea Utara. (Reuters/Jonathan Ernst)
Dalam kunjungannya di Seoul, Korsel, pada Sabtu (28/10), Mattis melabeli ulah Korut yang menjalankan serangkaian uji coba nuklir di kawasan tersebut sebagai "perilaku pelanggar hukum.”
"Ancaman dari Korut sudah meningkat jauh dibanding terakhir kali saya ke sini tahun lalu. Korut telah meningkatkan ancaman pada tetangganya sendiri (Korsel) dan dunia melalui program rudal dan nuklirnya yang tidak sah dan perlu dilakukan," kata Mattis, dikutip dari CNN.
“Korea Utara telah mempercepat ancaman yang ia timbulkan kepada negara-negara tetangganya, juga dunia, melalui program rudal dan sejata nuklir yang tidak perlu,” kata Mattis. “AS tidak dapat menerima aksi nuklir Korea Utara,”
Sebelumnya, Kepala Pentagon ini mengunjungi zona demiliterisasi antara Korea Utara dan Selatan. Setelah itu, dia bertemu dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in di Istana Kepresidenan.
Pyongyang diketahui telah melakukan sejumlah uji coba senjata nuklir dan rudal mereka dalam beberapa bulan terakhir. Beberapa uji coba yang dilakukan Korut adalah menembakkan rudal balistik ke Jepang serta melakukan tes nuklir ke-6 kalinya pada bulan lalu.
Aksi itu mendorong Amerika Serikat dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memberlakukan sanksi baru kepada Pyongyang. Namun, kerja sama dari China dianggap lebih dapat membantu tekanan ekonomi terhadap Korea Utara.
Terkait ancaman nuklir Korut, AS memilih mencoba menyelesaikan dengan cara diplomasi. Namun Presiden Donald Trump telah menegaskan komitmen AS membela sekutunya dan menyebut menegakkan pencegahan ‘amatlah sulit’.
"Jangan salah, serangan terhadap Amerika Serikat atau sekutunya akan dibalas. Setiap penggunaan senjata nuklir oleh Korea Utara akan disambut dengan respon militer yang besar, efektif dan luar biasa," kata Mattis.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Korea Selatan Song Young-moo menyebut aksi Korea Utara sebagai ‘provokasi sembrono.’
Untuk itu, Song dan Mattis membahas berbagai topik dalam pertemuan mereka, termasuk pencarian kemampuan militer baru dan kendali operasional pasukan militer Korea Selatan jika terjadi perang di kawasan itu.
Namun, Song dan Mattis mengaku tidak membahas peluang Amerika Serikat menggunakan kembali senjata nuklir taktis ke Korea Utara, sejak terakhir kali digunakan pada akhir Perang Dingin.
"Mengingat pertimbangan kepentingan nasional yang dipertaruhkan, kami percaya bahwa nuklir taktis tidak layak diterapkan ke Semenanjung Korea," kata Song ketika ditanya tentang masalah tersebut.
Di sisi lain, Mattis menekankan bahwa tujuan masyarakat internasional saat ini adalah menghapus seluruh senjata nuklir dari Semenanjung Korea.
Kunjungan Mattis dilakukan sebelum Trump datang ke kawasan tersebut pada pekan depan. Trump dijadwalkan akan mengunjungi Seoul dan sejumlah kota lain di Asia pada November.
Credit cnnindonesia.com