MOSKOW
- Seorang legislator Rusia mengatakan bahwa Amerika Serikat (AS)
sengaja merongrong upaya untuk menyelesaikan krisis nuklir dan rudal
Korea Utara (Korut). Anton Morozov mengatakan bahwa aksi semacam itu
bisa memperkuat Rusia dan China dan menjadikannya pemimpin wilayah.
Anggota Komite Hubungan Duma Negara untuk Hubungan Internasional, Morozov, mengomentari wawancara presiden AS di mana Donald Trump menuduh bahwa Rusia telah merugikan upaya AS untuk menyesuaikan diri dengan Korut.
"Saya pikir situasinya terbalik: kemungkinan Amerika Serikat menghalangi kemajuan sehubungan dengan Korea Utara karena, seperti kita ketahui, wilayah khusus ini tidak memiliki sistem keamanan kolektif yang menyatukan semua negara setempat, seperti OSCE Eropa," tutur Morozov.
"Inilah sebabnya mengapa Amerika mendestabilisasi situasi di wilayah ini, mereka ingin menguasai China dan negara-negara lain," sambungnya seperti dikutip dari Russia Today, Jumat (27/10/2017).
Pada saat yang sama, dia mengatakan bahwa dia telah merasakan bahwa kalangan tertentu di Washington mulai menyadari bahwa AS harus meninggalkan wilayah Asia Timur atau tidak akan pernah melihat stabilitas.
"Tentu, ini bisa menyebabkan iritasi. Jika Amerika Serikat meninggalkan wilayah ini, kepemimpinan akan diserahkan ke Rusia dan China," katanya.
"Tapi saya pikir tidak ada jalan keluar lain, karena eskalasi ketegangan lebih lanjut dapat menyebabkan Perang Dunia Ketiga. Tidak ada yang bisa mendapatkan keuntungan dari hasil seperti itu, termasuk Amerika Serikat," ujarnya.
Morozov mewakili partai oposisi LDPR, yang dikenal dengan agenda nasionalis dan terbuka secara populis. Bersama dua rekan partainya, dia mengunjungi Korea Utara pada 2-6 Oktober.
Sekembalinya dari Korut, dia mengatakan bahwa orang-orang Korut dan pemimpinnya Kim Jong-un sangat khawatir dengan ancaman yang dilakukan oleh Trump dan memilih untuk menanggapi dengan mengembangkan rudal balistik baru yang mampu mengantarkan hulu ledak nuklir ke Amerika.
Dia juga menyatakan bahwa selama kunjungan ke Korut, anggota parlemen Rusia dengan jelas menandai posisi negara mereka untuk tidak mendukung sikap agresif antara AS dan Korut serta menyerukan terciptanya kondisi untuk penyelesaian krisis secara damai.
Anggota Komite Hubungan Duma Negara untuk Hubungan Internasional, Morozov, mengomentari wawancara presiden AS di mana Donald Trump menuduh bahwa Rusia telah merugikan upaya AS untuk menyesuaikan diri dengan Korut.
"Saya pikir situasinya terbalik: kemungkinan Amerika Serikat menghalangi kemajuan sehubungan dengan Korea Utara karena, seperti kita ketahui, wilayah khusus ini tidak memiliki sistem keamanan kolektif yang menyatukan semua negara setempat, seperti OSCE Eropa," tutur Morozov.
"Inilah sebabnya mengapa Amerika mendestabilisasi situasi di wilayah ini, mereka ingin menguasai China dan negara-negara lain," sambungnya seperti dikutip dari Russia Today, Jumat (27/10/2017).
Pada saat yang sama, dia mengatakan bahwa dia telah merasakan bahwa kalangan tertentu di Washington mulai menyadari bahwa AS harus meninggalkan wilayah Asia Timur atau tidak akan pernah melihat stabilitas.
"Tentu, ini bisa menyebabkan iritasi. Jika Amerika Serikat meninggalkan wilayah ini, kepemimpinan akan diserahkan ke Rusia dan China," katanya.
"Tapi saya pikir tidak ada jalan keluar lain, karena eskalasi ketegangan lebih lanjut dapat menyebabkan Perang Dunia Ketiga. Tidak ada yang bisa mendapatkan keuntungan dari hasil seperti itu, termasuk Amerika Serikat," ujarnya.
Morozov mewakili partai oposisi LDPR, yang dikenal dengan agenda nasionalis dan terbuka secara populis. Bersama dua rekan partainya, dia mengunjungi Korea Utara pada 2-6 Oktober.
Sekembalinya dari Korut, dia mengatakan bahwa orang-orang Korut dan pemimpinnya Kim Jong-un sangat khawatir dengan ancaman yang dilakukan oleh Trump dan memilih untuk menanggapi dengan mengembangkan rudal balistik baru yang mampu mengantarkan hulu ledak nuklir ke Amerika.
Dia juga menyatakan bahwa selama kunjungan ke Korut, anggota parlemen Rusia dengan jelas menandai posisi negara mereka untuk tidak mendukung sikap agresif antara AS dan Korut serta menyerukan terciptanya kondisi untuk penyelesaian krisis secara damai.
Credit sindonews.com