ilustrasi: Ratusan ribu orang berkumpul di
ibukota Catalan, Barcelona pada Minggu (29/10) untuk menentang adanya
kemerdekaan Catalonia dari Spanyol.(REUTERS/Albert Gea)
Credit CNN Indonesia
Ribuan demonstran serukan pemenjaraan pemimpin separatis Catalonia
Madrid (CB) - "Penjara untuk Puigdemont", demikian
teriakan ribuan orang di Madrid tengah yang pada Sabtu (28/10)
berdemonstrasi sambil mengibarkan bendera Spanyol raksasa dalam
kemarahan terhadap deklarasi kemerdekaan sepihak Catalonia di bawah
pimpinan separatis Carles Puigdemont.
Ketidaksenangan terhadap upaya pemisahan diri Catalonia juga membuat banyak orang menyalahkan Perdana Menteri Mariano Rajoy, yang mereka anggap terlalu lunak terhadap pemimpin separatis di wilayah itu.
"Yang terjadi di Catalonia adalah aib, dan yang terjadi setelahnya juga memalukan," kata Carlos Fernandez, seorang teknisi pertambangan berusia 41 tahun.
Pada Jumat, parlemen Catalonia menyatakan kemerdekaan sepihak.
Rajoy membalasnya dengan memecat Puigdemont dan eksekutifnya, membubarkan parlemen dan menyerukan pemilu regional cepat pada 21 Desember untuk membatalkan apa yang dia sebut sebagai "eskalasi pembangkangan".
"Tidak ada yang akan berubah dalam dua bulan," kata Fernandez tentang intervensi Rajoy, "Itu hanya akan memperpanjang masalah".
"Hari ini, kami semua berkumpul untuk menunjukkan kesatuan kami, untuk menyatakan bahwa kami akan mendapatkan kembali Catalonia," kata seorang pembawa acara di hadapan massa.
"Kami tidak akan berhenti sampai melihat mereka di dalam penjara," tambah dia tentang seruan pemenjaraan Puigdemont.
Jaksa Spanyol mengumumkan bahwa pekan depan mereka akan mengajukan tuduhan "pemberontakan" terhadap Puigdemont -- kejahatan yang bisa kena hukuman hingga 30 tahun penjara.
Di dekat lapangan, satu spanduk besar dengan tulisan yang artinya "Spanyol tidak menyerah" tergantung dari satu bangunan yang diduduki kelompok xenopobia kanan jauh, Hogar Social.
Orang-orang condong keluar cendera dan bersorak saat puluhan pengunjuk rasa memegang bendera Spanish Legion, satu unit angkatan darat, dan sekelompok kecil anggota partai kanan-jauh National Democracy yang berpawai diapik polisi.
Sementara di lapangan, insinyur 38 tahun Jorge Marin, mengatakan : "Pada akhirnya, ini tidak jadi apa-apa."
"Warga Catalan tidak serius, dan kami tidak serius, karena mereka tidak benar-benar mendapat kemerdekaan, dan kami tidak akan memasukkan mereka ke penjara atas apa yang mereka lakukan," katanya sebagaimana dikutip kantor berita AFP.
Ketidaksenangan terhadap upaya pemisahan diri Catalonia juga membuat banyak orang menyalahkan Perdana Menteri Mariano Rajoy, yang mereka anggap terlalu lunak terhadap pemimpin separatis di wilayah itu.
"Yang terjadi di Catalonia adalah aib, dan yang terjadi setelahnya juga memalukan," kata Carlos Fernandez, seorang teknisi pertambangan berusia 41 tahun.
Pada Jumat, parlemen Catalonia menyatakan kemerdekaan sepihak.
Rajoy membalasnya dengan memecat Puigdemont dan eksekutifnya, membubarkan parlemen dan menyerukan pemilu regional cepat pada 21 Desember untuk membatalkan apa yang dia sebut sebagai "eskalasi pembangkangan".
"Tidak ada yang akan berubah dalam dua bulan," kata Fernandez tentang intervensi Rajoy, "Itu hanya akan memperpanjang masalah".
"Hari ini, kami semua berkumpul untuk menunjukkan kesatuan kami, untuk menyatakan bahwa kami akan mendapatkan kembali Catalonia," kata seorang pembawa acara di hadapan massa.
"Kami tidak akan berhenti sampai melihat mereka di dalam penjara," tambah dia tentang seruan pemenjaraan Puigdemont.
Jaksa Spanyol mengumumkan bahwa pekan depan mereka akan mengajukan tuduhan "pemberontakan" terhadap Puigdemont -- kejahatan yang bisa kena hukuman hingga 30 tahun penjara.
Di dekat lapangan, satu spanduk besar dengan tulisan yang artinya "Spanyol tidak menyerah" tergantung dari satu bangunan yang diduduki kelompok xenopobia kanan jauh, Hogar Social.
Orang-orang condong keluar cendera dan bersorak saat puluhan pengunjuk rasa memegang bendera Spanish Legion, satu unit angkatan darat, dan sekelompok kecil anggota partai kanan-jauh National Democracy yang berpawai diapik polisi.
Sementara di lapangan, insinyur 38 tahun Jorge Marin, mengatakan : "Pada akhirnya, ini tidak jadi apa-apa."
"Warga Catalan tidak serius, dan kami tidak serius, karena mereka tidak benar-benar mendapat kemerdekaan, dan kami tidak akan memasukkan mereka ke penjara atas apa yang mereka lakukan," katanya sebagaimana dikutip kantor berita AFP.
Credit antaranews.com
Ratusan ribu penentang kemerdekaan Catalonia unjuk gigi di Barcelona
Barcelona (CB) - Ratusan ribu pendukung Spanyol bersatu
memenuhi jalan-jalan Barcelona, kemarin, dalam salah satu unjuk kekuatan
terbesar dari mayoritas diam yang selama ini harus menyaksikan para
pemimpin daerah mereka memaksakan kemerdekaan Catalonia.
Berbagai jajak pendapat baru-baru ini menunjukkan sekitar separuh elektorat di provinsi kaya raya yang sudah mendapatkan status otonomi itu menentang pemisahan diri Barcelona dari Spanyol. Namun gerakan prokemerdekaan yang kian agresif telah membawa ke tingkat krisis seperti sekarang terjadi.
Jumat pekan lalu pemerintah pusat Spanyol memecat Presiden Catalonia Carles Puigdemont, membekukan parlemen dan membubarkan pemerintahan. Langkah ini ditempuh setelah DPRD Catalonia memproklamasikan secara sepihak kemerdekaan daerah ini, kendati diboikot tiga partai nasional.
Pemerintah daerah merasa mendapatkan mandat untuk merdeka menyusul referendum kemerdekaan 1 Oktober yang disebut pemerintah Spanyol ilegal dan diboikot para pendukung kesatuan Spanyol.
Mengutip Reuters, dengan mengibarkan bendera Spanyol dan menyanyikan “"Viva Espana", para demonstran memenuhi jalan-jalan di kota Barcelona demi menunjukkan dukungan kepada Spanyol bersatu.
"Saya di sini untuk mempertahankan kesatuan dan hukum Spanyol," kata Alfonso Machado (55), salesman yang membawa putrinya dengan hiasan bendera Spanyol pada kepalanya.
Berbagai jajak pendapat baru-baru ini menunjukkan sekitar separuh elektorat di provinsi kaya raya yang sudah mendapatkan status otonomi itu menentang pemisahan diri Barcelona dari Spanyol. Namun gerakan prokemerdekaan yang kian agresif telah membawa ke tingkat krisis seperti sekarang terjadi.
Jumat pekan lalu pemerintah pusat Spanyol memecat Presiden Catalonia Carles Puigdemont, membekukan parlemen dan membubarkan pemerintahan. Langkah ini ditempuh setelah DPRD Catalonia memproklamasikan secara sepihak kemerdekaan daerah ini, kendati diboikot tiga partai nasional.
Pemerintah daerah merasa mendapatkan mandat untuk merdeka menyusul referendum kemerdekaan 1 Oktober yang disebut pemerintah Spanyol ilegal dan diboikot para pendukung kesatuan Spanyol.
Mengutip Reuters, dengan mengibarkan bendera Spanyol dan menyanyikan “"Viva Espana", para demonstran memenuhi jalan-jalan di kota Barcelona demi menunjukkan dukungan kepada Spanyol bersatu.
"Saya di sini untuk mempertahankan kesatuan dan hukum Spanyol," kata Alfonso Machado (55), salesman yang membawa putrinya dengan hiasan bendera Spanyol pada kepalanya.
Credit antaranews.com